Salam

Salam

Minggu, 19 Januari 2014

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 21-24 (Pokok Hukum Musrik dan Cara Menjauhinya)

...Membahas hukum dan ciri-ciri orang musyrik tidak bisa dilepaskan dari masalah tauhid. Dalam Al-Quran dari awal sampai akhir dijelaskan dengan terperinci. Hal-hal pokok yang perlu diketahui dan dipahami syirik (yang harus dimulai dari pembahasan tauhid) terkandungan dalam Surat Al-Baqarah ayat 21-24.

“Wahai manusia! Ibadahilah Tuhanmu (Rabbmu) yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa;” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 21)

Siapakah Rabb itu?
Pertama, yang telah menciptakan (membentuk) kamu. Maka kita diciptakan seperti ini tentunya untuk tujuan tertentu. Kedua, yang telah menciptakan (membentuk) orang-orang yang sebelum kamu. Orang-orang sebelum kita salah satunya yang terdekat yaitu ibu bapak kita. Dalam kalimat terakhir ayat ke-21 di atas (agar kamu bertakwa) mengandung arti manusia menjadi orang yang bertakwa merupakan tujuan dibentuk atau diciptakannya manusia itu sendiri. Dalam ayat berikutnya disebutkan,

“ (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu maengetahui;” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 22)

Ketiga, yang menciptakan langit dan bumi. Keempat, yang menurunkan air hujan. Kelima, yang menjadikan air hujan itu menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki untukmu.

Lalu siapa yang dimaksud dengan Rabb itu? Nah, kelima hal di ataslah yang dimaksud Rabb yang sering diartikan Tuhan. Manusia sendiri mengenal Rabbnya hanya sebatas pada pengetahuan yang merujuk pada kelima hal tadi. Dari sinilah sebetulnya hal-hal yang bersifat tahayul muncul, jauh sejak dahulu kala.
Tentunya, di balik penciptaan langit dan bumi pasti ada yang menguasainya. Kalau saja kita mau berpikir (berakal), mana mungkin semua itu diciptakan dan terjadi tanpa ada yang berkehendak dan berkuasa. Jadi Allah Swt. membuat bentuk serupa itu (manusia) semata-mata hanya untuk melaksanakan ibadah hanya kepada-Nya dengan cara-cara yang telah diberi petunjuk (melalui Rasul-Nya) agar manusia tidak terus-menerus menyekutukan Allah.

Pada dua ayat surat Al-Baqarah selanjutnya, Allah Swt. berfirman,

“Dan jika kamu meragukan (Quran) yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 23-24)

Oleh sebab itu, Allah Swt. mengutus Rasul untuk memberi petunjuk agar manusia bisa terhindar dari sifat-sifat syirik (musrik) dan melaksanakan ibadah sesuai yang dicontohkan Muhammad Saw. Bahkan Allah Swt. menantang manusia, apakah mereka mampu membuat satu ayat (tandingan) saja kalau memang benar mereka hendak menandingi kekuasaan-Nya.
Di sinilah kita maknai bahwa bertakwa tanpa ibadah adalah suatu hal mustahil, begitu pun ibadah tanpa meyakini keberadaan Rabb. Dengan kata lain, tidak mungkin melakukan ketakwaan tanpa tauhid atau keimanan yang masih terkontaminasi dengan syirik. Dan karena tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan untuk memerangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah.” (H.R. Bukhari-Muslim)

Dalam ayat ke-24 tersebut di atas diterangkan bahwa Allah sudah menegaskan tidak ada satu pun mahkluk ciptaannya yang bisa menandingi kekuasaan-Nya. Maka bila tidak meyakini Allah dan rasul-Nya, maka mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt. Mereka pun kemudian menjadi orang musyrik karena mencintai selain Allah. Dalam ayat tersebut diterangkan betapa hinanya manusia serupa itu yang masuk ke neraka dan disamakan dengan batu.
Kembali ke ayat ke-22 pada kalimat karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah padahal kamu mengetahui. Dalam hal ini, apabila hamba menyembah selain Allah mereka mesti menyembah salah satu dari kelima hal tersebut di atas dan musyrik yang paling hebat adalah mempertuhankan manusia dengan alasan apa pun.

Inilah yang dimaksud tauhid yang kemudian menjadi ajaran pokok Islam yaitu Asyhadu (Aku bersaksi). Kata-kata Asyhadu di sini maksudnya adalah Asyhadu alla ilmiin (Aku bersaksi berdasarkan ilmu) seperti yang tadi telah diterangkan. Anlaa Ilaaha Illallaah (Tidak ada Tuhan Selain Allah) artinya apabila disembah selain Allah, pastilah makhluk yang akan disembah.
Mengenal Allah tanpa beriman kepada Rasul itu tahayul. Mengapa? Dari mana ia tahu (tentang keimanan kepada Allah) kalau bukan dari Rasul-Nya (kecuali ia hanya bersangka-sangka saja)? Itulah dasar syahadat pertama. Kalimat Asyhadu anlaa Ilaaha Illallaah dilanjutkan dengan lasyarikallahu yang artinya tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah yang kemudian dimaksud dengan larangan jangan musyrik karena mempertuhankan selain Allah hanya akan berarti mempertuhankan makhluk-Nya dengan alasan apa pun.
Syahadat yang kedua berbunyi wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuuluh yang artinya aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Di sini, kita baru akan terbebas dari musyrik jika telah betul-betul meyakini dan mengimani Muhammad Saw. sebagai orang yang menerima, menjelaskan, serta melaksanakan Al-Quran dan hal ini berlaku sampai hari kiamat.
Kesimpulannya, melalui empat ayat surat Al-Baqarah tersebut, kita bisa merangkai berbagai pemahaman tentang kaitan antara tauhid dan musyrik serta diutusnya Rasul Saw. sebagai pemberi petunjuk dan pelaksana Al-Quran yang perlu kita ikuti. Mencari ilmu itu hukumnya wajib karena dengan ilmu suatu kebenaran akan terbuka sehingga kita bisa memilah mana yang harus dijadikan rujukan dan mana yang musti dibuang. Di sini bisa kita lihat betapa
pentingnya menanamkan tauhid dalam diri kita untuk lebih jauh memahami
syirik dan musyrik itu sendiri.

Allah SWT dan Rasulullah SAW juga mencela sebagian SAHABAT… Syi’ah Juga Menirunya

“Pada pembahasan sebelumnya, telah kita singgung posisi sahabat Nabi saaw. Sekali lagi ingin kami sebutkan, bahwa, mengetahui sahabat secara jelas, akan sangat membantu kita dalam kritik selanjutnya. Tidak diragunakan lagi, bahwa sahabat adalah orang-orang yang senantiasa memiliki maqam istimewa dalam agama Islam. Mereka adalah orang-orang awal yang menjadi pembela Islam, orang-orang yang hadir dalam peperangan sepanjang sejarah penegakan fondasi islam. Orang-orang yang berdiri di samping Rasul dengan segenap harta, daya dan mempertaruhkan nyawa mereka. Yang menjadi perbincangan antar golongan selanjutnya adalah,  apakah sahabat seluruhnya adalah jauh dari dosa, tidak berbuat ma’siat yang besar ataupun yang kecil, yang mulia dan yang tidak sepanjang umurnya? Atau seluruh sahabat otomatis karena kedekatan jarak dan pergaulan dengan rasul, telah menjadi manifestasi Rasul. Ataukah itu semua tergantung wi’ah, qabuliyyat dan isti’dadiyat mereka terhadap pengajaran, dan hikmah kenabian Rasulullah saaw.” 


Pada pembahasan sebelumnya, telah kita singgung posisi sahabat Nabi saaw. Sekali lagi ingin kami sebutkan, bahwa, mengetahui sahabat secara jelas, akan sangat membantu kita dalam kritik selanjutnya. Tidak diragunakan lagi, bahwa sahabat adalah orang-orang yang senantiasa memiliki maqam istimewa dalam agama Islam. Mereka adalah orang-orang awal yang menjadi pembela Islam, orang-orang yang hadir dalam peperangan sepanjang sejarah penegakan fondasi islam. Orang-orang yang berdiri di samping Rasul dengan segenap harta, daya dan mempertaruhkan nyawa mereka. 
Yang menjadi perbincangan antar golongan selanjutnya adalah,  apakah sahabat seluruhnya adalah jauh dari dosa, tidak berbuat ma’siat yang besar ataupun yang kecil, yang mulia dan yang tidak sepanjang umurnya? Atau seluruh sahabat otomatis karena kedekatan jarak dan pergaulan dengan rasul, telah menjadi manifestasi Rasul. Ataukah itu semua tergantung wi’ah, qabuliyyat dan isti’dadiyat mereka terhadap pengajaran, dan hikmah kenabian Rasulullah saaw. 
Ada dua komentar untuk pandangan di atas, Pertama: seluruh sahabat karena kedekatan dan tenggelamnya mereka dalam cinta dan perkhidmatan kepada Rasulullah saaw. maka secara otomatis rahmat dan kasih sayang Allah swt. menjadikan mereka seluruhnya adil. Penganut pandangan ini mengatakan bahwa para sahabat adalah hukum syar’i sebagaimana Rasulullah saaw. Pandangan kedua: penerimaan sahabat atas didikan dan pengajaran sekaligus menyerap hikmah-hikmah kenabian, sangat tergantung pada potensidan kemampuan penerimaan sahabat. 
Sahabat terbagai dalam kelompok besar menurut penganut pandangan ini. Sebagian ada yang sampai kepada penerimaan yang sempurna, ada yang hanya sebagian, dan ada yang tidak menerima kecuali sangat sedikit dari hikmah-hikmah kenabian. Golongan ini mengatakan bahwa, sahabat harus dipilah dan pilih, tidak bisa dikategorikan sama. Dan karenanya, mereka dengan Rasul tidak boleh disamakan dalam posisi syar’i. 
  
Siapakah sahabat Nabi?  
Menurut Kamus 
Al-Ashhab, ash-Shahabah, Shahaba, Yashhubu, Shuhbatan, Shahabatan, Shahibun, artinya: teman bergaul, sahabat, teman duduk, penolong pengikut. As-Shahib artinya kawan bergaul, pemberi kritik, teman duduk, pengikut, teman atau orang yang melakukan atau menjaga sesuatu. Kata ini juga bisa diartikan sebagai orang yang mengikuti suatu paham atau mazhab tertentu. Misalnya, kita bisa bisa mengatakan: pengikut Imam Ja’far, pengikut Imam Syafi’I, pengikut Imam Malik dan lain-lain. Dapat juga kita menyatakannya seperti dalam frasa ishthahaba al-qaum, yang artinya, mereka saling bersahabat satu sama lain, atau ishthahaba al-bar, artinya, menyelamatkan unta (lih. Lisan-al-Arab Ibn Manzhur 1/915). 

Menurut Peristilahan al-Qur’an 
Kata as-Shuhbah – persahabatan- dapat diterapkan pada hubungan: antara seorang mukmin dengan mukmin yang lain (Kahfi ayat 6), antara seorang anak dengan kedua orang tuanya yang berbada keyakinan(Lukman ayat 15), antara dua orang yang sama-sama melakukan perjalanan(an-Nisa ayat 36), antara tabi (pengikut) dengan matbu’ (yang mengikuti) (at-Taubah ayat 40), antara orang mukmin dengan orang kafir (al-Kahfi ayat 34 dan 37), antara orang kafir dengan orang kafir lainnya (al-Qamar ayat 29), antara seorang Nabi dengan kaumnya yang kafir yang berusaha menghalangi dari kebaikan dan mengembalikannya pada kesesatan (an-Najm ayat 2, Saba ayat 41) lihat juga Tafsir Ibn Katsir untuk masing-masing ayat di atas. 
Ahlul Sunnah wal Jam’ah (selanjutnya kita sebut; Sunni)  bersepakat dalam mendefenisikan sahabat dengan keadilan mereka (sahabat). Pendapat mereka antara lain: 
- Sa’id Bin Musayyab : Sahabat, adalah mereka yang berjuang bersaama Rasulullah selama setahun atau dua tahun dan berperang bersama Rasul sekalil atau dua kali. 
- Al-Waqidi : Kami melihat, para ulama mengatakan, mereka  (sahabat Rasulullah) adalah siapa saja yang melihat Rasul, mengenal dan beriman kepada beliau, menerima dan ridha terhadap urusan-urusan agama walaupun sebentar. 
- Ahmad bin Hanbal : Siapa saja yang bersama dengan Rasul selama sebulan, atau sehari, atau satu jam atau hanya melihat beliau saja, maka mereka adalah sahabat Rasulullah saaw. 
- Bukhari : barang siapa yang bersama Rasulullah atau belihat beliau dan dia dalam keadaan Islam, maka dia adalah Rahabat Rasulullah saaw. 
Al-Qawali menambahkan, kebersamaan itu walaupun sejam saja, tapi secara umum kebersamaan itu mempersyaratkan waktu yang lama.Al-Jaziri berkata, mereka adalah yang hadir dalam perang Hunain yang berjumlah dua belas ribu orang, yang ikut dalam perang Tabuk, dan ikut bersama Rasul dalam haji  wada’. Demikianlah pendefenisian sahabat menurut Sunni, walaupun secara Lughawai dan al-’Uruf al-’Am  memliki perbedaan yang jauh. Di mana persahabatan itu mempersyaratkan  kebersamaan dalam waktu yang lama. Jadi tidak bisa dimasukkan dalam defenisi ini, bagi mereka yang bertemu hanya dalam waktu singkat, atau hanya mendengar perkataan atau hanya dengan bercakap-cakap singkat, atau tinggal bersama dalaml waktu yang singkat. Yang mengherankan adalah, bahwa Sunni sudah sampai kepada kesepakatan tentang keadilan sahabat sedangkan mereka masih saling ikhtilaf dalam pendefinisian sahabat? 

Apakah Tujuan dari Tinjauan Kehidupan Sahabat? 
Sebagian besar ulama Sunni memasukan sahabat Nabi ke dalam wilayah profane sangat holistic, sehingga sering kali kita mendengar pengkafiran, Zindiq, munafik dan pembuat bid’ah bagi mereka yang melanggar secret zona-line­ ini. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Ishabah jilid 1 hal. 17 mengatakan: Ahlu Sunnah bersepakat bahwa seluruh sahabat adalah ‘adil, kecuali dan barang siapa yang menentang ini adalah ahli bid’ah. Al-Khatib berkata: keadilan sahabat dengan legitimasi Allah swt. adalah  sesuatu yang tetap dan telah diketahui. Allah telah memilih mereka (sahabat) dan mengabari tentang kesucian mereka. Kemudian Ibnu Hajar berkata: al-Khatib meriwayatkan dari Abi Zar’ah al-Razi: Kalau kamu melihat seseorang berkata tentang kekurangan (baca:kejelekan) sahabat Rasul, maka ketahuilah bahwa orang itu adalah zindiq. Karena Rasulullah adalah haq, al-Qur’an dan apa yang datang bersamanya adalah haq. Dan sahabat telah menyampaikan itu semua kepada kita. Orang-orang yang ingin mencemari keyakinan kita tentang itu, adalah mereka yang  ingin menolak kebenaran al-Qur’an dan Sunnah. Maka menolak mereka adalah lebih utama sebab mereka adalah kaum zindiq. 
Jawaban atas pernyataan di atas akan kita bahas dalam bab-bab berikutnya. Tapi, terlepas dari itu semua, kritik terhadap akidah dan sepak terjang sahabat bertujuan bukan untuk membatalkan kebenaran al-Qur’an dan Sunnah, atau ingin menghilangkan keyakinan kaum muslim. Tapi bila ingin mengetahui dan menguji keadilan para sahabat, maka kita harus menguji secara naqidi, untuk mengetahui yang shaleh dan thaleh, untuk kemudian kita ambil dari mereka yang shaleh, agama bima huwa yang diajarkan Rasul dan menolak sebaliknya. 
  
Kesulitan Kritik Objektif 
In any case , kritik akan sampai kepada hasil yang diharapkan bila saja, kita mampu melihat secara objektif objek yang kita kritik. Salah satunya adalah melepaskan nilai-nilai yang sudah dari dulu diletakkan para pendahulu kita. Tentu saja harus segera digaris bawahi, bahwa tidak setiap yang old itu begitu saja kita tolak, tapi yang ingin kita lakukan hanya ingin bersikap ilmiah dengan mengolah dan menguji kembali apa-apa yang sudah dianggap paten oleh para pendahulu kita. 
Sebagai contoh: Imam Hanbal (lih. Kitab as-Sunnah Ahmad Bin Hanbal hal.50) dan sebaik-baik ummat setelah Rasulullah adalah Abu Bakar. Kemudian secara berurut, Umar, kemudian Ustman, kemudian Ali -radiyallahu ‘anhum- kemudian para sahabat Muhammad saaw. setelah empat Khulafa ar-Rasyidin. Dia melanjutkan, tak seorang pun boleh membanding-bandingkan mereka, atau mencukupkan satu dari yang lain….. 
Imam Asy’ari juga berpendapat bahwa, kita percaya kepada sepuluh ahli surga sebagaimana yang disabdakan Rasul, kita mengikuti mereka dan seluruh sahabat Nabi saaw. dan menerima segala tentang mereka….(lih.al-Ibana hal.40/Maqalat, hal.294). 
Cukupkah kita terhadap pernyataan di atas? Sementara sedemikian jelasnya sejarah panjang perjalanan sahabat Rasul yang saling berikhtilaf dan bertentangan dari permasalahan ritual ibadah sampai akidah! Tidakkah para ulama di atas membaca sejarah bahwa sahabat berbeda sampai dengan Rasul sendiri? Tidakkah mereka membaca bahwa sesama sahabat saling menumpahkan  darah! Bagaimana mungkin kita bisa menerima seluruhnya, dan tidak boleh menolak seluruhnya sekaligus zindiq-kafir bila mengambil segolongan dari mereka! Ini sangat bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah an-Nabawiyah sekaligus akal sehat! 
Al-Qur’an telah mensifatkan sebagian sahabat dengan fasiq sebagaimana firman-Nya: “Wahai orang-orang beriman, apabila datang padamu seorang fasiq…..(al-Hujurat:6) dalam hadits, mensifati golongan yang membunuh ‘Ammar Bin Yasir sebagai golongan yang al-Baghiyah. Rasul bersabda: Engkau (‘Ammar) akan dibunuh golongan Baghyah, engkau memanggil mereka ke surga, sedangkan mereka memanggilmu ke neraka (al-Jam’ bain as-Shahihain 2/461).  Sedangkan untuk orang-orang khawarij Rasul menyebut mereka orang-orang yang membunuh golongan yang paling utama dalam kebenaran. 
Hadits-hadits seperti ini banyak termuat dalam kitab Shahih  dan Masanid. Apabila berpegang kepada sahabat adalah sebuah kewajiban sedangkan  mempertanyakan ihwal mereka adalah haram, kenapa al-Qur’an dan Rasulullah saaw. mengabarkan kepada kita sifat-sifat seperti di atas. Akal sehat tidak menerima penutupan kebenaran dengan kesalahan, menutupi kebenaran, dan memposisikan sama antara yang benar dan yang salah. 
      
 Al-Qur’an dan Keadilan Sahabat 
Dalam perang Uhud, ketika mendengar kabar bahwa Rasulullah terbunuh, banyak di antara sahabat yang kembali lemah imannya, bahkan mengarah ke arah kemurtadan, sehingga turunlah Ayat 144 surah al-Imran “Muhammad itu tidak lain hanyalah  seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika Dia wafat atau terbunuh, kalian akan berbalik kebelakang (murtad)?……  
Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini turun untuk peristiwa perang Uhud, untuk sahabat setelah mendengar Rasululllah telah terbunuh (lih. Tafsir Ibnu Katsir 1/409). (lihat juga Zadul Ma’ad Ibnu al-Qayyum al-Jauzi hal.253). Ayat di atas menjelaskan tentang kemungkinan berpaling dan goyahnya keimanan sahabat (hanya setelah mendengar berita bohong terbunuhnya Rasul). Mungkinlah kita menyifati mereka dengan ‘adil mutlak’ kepada yang berpotensi untuk murtad? 
Ibnu Katsir menulis tentang sahabat yang meninggalkan Rasul yang sedang khutbah Jum’at hanya karena perdagangan. Dia berkata bahwa Imam Ahmad berkata: Berkata kepada Ibnu Idris dari Hushain bin Salim dari Jabir, ia berkata: Aku sering masuk ke Madinah dan ketika Rasulullah saaw. sedang berkhutbah orang-orang meninggalkan beliau dan tersisa hanya dua belas orang saja,kemudian turunlah ayat “Dan apabila mereka melihat perdagangan (yang menguntungkan) ataupermainan (yang menyenangkan) mereka bubar dan pergi ke sana meninggalkan engkau berdiri (berkutbah)(al-Jumu’ah ayat 11). Kejadian ini juga termuat dalam Shahihain.   (lih. Tafsir Ibnu Katsir 4/378, ad-Durrul Mantsur Suyuthi hal.220-223, Shahih Bukhari 1/316, Shahih Muslim, 2/590) 
Untuk penelitian dan eksplorasi yang mendalam tentang naqd al-Qur’an terhadap sahabat, silahkan anda buka kitab-kitab berikut: 
- Tafsir Ibn Katsir 1/421 dan Tafsir at-Tabari 4/155, tafsir surah al-Imran ayat 161. 
- Tafsir Ibn katsir 4/209 tafsir surah al-Hujurat ayat 6 dan 2/283-285 tafsir surah al-Anfal ayat 1 
Lihat juga tafsir surah al-Imran ayat 103,  al-Ahzab ayat 12-13. at-Taubah 101-102, al-Hujurat 14, at-Taubah ayat 60. dan lain-lain yang tidak memungkinkan kita urai dan tulis satu persatu pada tempat ini. 
  
Al-Sunnah an-Nabawiyah dan Keadilan Sahabat 
Al-Qur’an, sebagaimana telah kita urai, melihat sahabat sebagaimana tabi’in, yang di antara mereka ada yang adil dan yang fasiq, yang shaleh dan thaleh dan lain-lain. Sekarang merilah kita menengok sahabat dalam hadits-hadits Nabi saaw. 
Al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang sahabat-sahabat beliau untuk menyalati mayat seorang sahabat yang lain (lih.Mustadrak al-Hakim 2/127, lihat juga Musnad Ahmad kitab al-jihad 4/114). 
Rasulullah berlepas tangan dari Khalid Bin Walid, karena membunuhi Bani Juzaimah yang telah menerima Islam, sebagian yang hidup lalu ditawan, tapi kemudian para tawanan itu pun dibunuh juga. Rasul mengangkat tangan ke langit “Ya Allah, aku berlepas tangan dari yang diperbuat Khalid”  beliau mengatakannya dua kali (lih.Shahih Bukhari, Kitab Maghazi bab Ba’atsa  an-Nabi Khalid Bin al-Walid, hadits 4339). 
Rasulullah saaw. melaknat Hakam bin Ash Umayyah bin Abdus-Salam – paman Ustman bin Affan dan ayah Marwan bin Hakam – dan melaknat apa yang terdapat dalam tulang rusuknya (keturunannya). Rasulullah bersabda, “celaka bagi umatku dari apa yang terdapat pada tulang rusuk orang ini (keturunan Hakam bin Ash).” Dalam hadits, Aisyah berkata kepada Marwan Bin Hakam, “Aku bersaksi bahwa Rasulullah melaknat ayahmu, sedangkan engkau ketika itu berada pada tulang rusuknya.” 
Bukhari dan Muslim meriwayatkan banyak sahabat Nabi dimasukkan ke dalam neraka dan tertolak dari kelompok Nabi saaw. Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda, “Takkala aku sedang berdiri, muncullah segerombolan orang yang kukenal dan muncul pula seorang lelaki di antara diriku dan rombongan itu. Lelaki itu berkata, “Ayo ” Aku bertanya, “Kemana?” Ia menjawab, “Ke neraka, demi Allah!!” Aku bertanya; “Ada apa dengan mereka?” Ia menjawab; “Mereka berbalik setelah engkau wafat.” Dan yang lain dari Asma’ binti Abi Bakar yang berkata: Nabi bersabda; “Takkala berada di al-Haudh, aku tiba-tiba melihat ada di antara kamu yang mengingkariku, yang mengikuti selain diriku. AKu berkata; Ya Rabbi, dari diriku dan umatku? Dan terdengar suara seseorang: Apakah engkau mengetahui apa yang mereka lakukan sesudahmu? Demi Allah mereka terus mengingkarimu.” Dari bab yang sama yang berasal dari Sa’id bin Musayyib yang berasal dari para sahabat Nabi bahwa Nabi bersabda “Di al-Haudh sejumlah sahabat berbalik dan aku bertanya: “Ya Rabbi mereka adalah sahabatku!”. Dan Nabi mendapat jawaban; “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sesudahmu. Mereka telah berbalik mengingkarimu!” Riwayat ini juga disampaikan oleh Sahl bin Sa’d. Bukhari juga meriwayatkan yang berasal dari Ibnu Abbas, Nabi saaw. Bersabda; “Dan sejumlah sahabat mengambil jalan kiri dan aku berseru “Sahabatku, sahabatku!” dan terdengar jawaban: “Mereka tak pernah berhenti berbalik ingkar sejak berpisah denganmu.” (lih.Shahih Bukhari jilid 4 bab al-Haudh, akhir bab ar-Ruqab, hal.94 dan jilid 3/30 bab Ghazwah Hudaibiyah). 
Muslim juga meriwayatkan, Nabi bersabda; “Sebagian orang menjadikan aku sebagai sahabat akan berbalik dariku di telaga Haudh, yaitu takkala dengan tiba-tiba aku melihat mereka dan mereka melihat kepadaku, kemudian meninggalkanku dan aku benar-benar akan bertanya: “Wahai Rabbi, para sahabatku. Dan akan terdengar: “Engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan sesudahmu” (lih.Shahih Muslim kitab Fadhail hadits 40, lihat juga Musnad Ahmad 1/453, jilid 2/28 dan jilid 5/48). 
  
Sejarah  dan Keadilan Sahabat 
Dua uraian sumber hukum terpenting agama Islam, telah kita jelajahi dalam membaca kembali sahabat. Sekarang marilah kita journey ke petak-petak sejarah sahabat Nabi setelah beliau wafat. Mukhtashar Tarikh Dimasyk 8/19, Sirah I’lam an-Nubala’ 3/235,  Tarikh at-Thabari 2/272, Usudul Ghabah 2/95, dan al-Ishabah 5/755. 
Kita ambil dari at-Thabari, Malik Bin Nawairah Bin Hamzah al-Ya’rubi sudah Islam dan saudaranya, Rasul menunjuknya sebagai petugas pengumpul shadaqah bani Yarbu’. Setelah Rasul saaw. wafat, meluas kemurtadan di antara kabilah-kabilah. Abu Bakar, mengutus Khalid Bin Walid untuk memandamkan fitnah tersebut, tapi Khalid sangat berlebihan. Khalid membunuh sahabat-sahabat Nabi saaw. termasuk Malik Bin Nawairah, tidak sampai di situ, Khalid kemudian menzinahi istri Malik Bin Nawairah (yakni tanpa menunggu iddahnya). 
Abu Bakar dan Umar berbeda keras dalam kasus ini, Umar bersikeras agar Khalid Bin Walid dihukum berat. Umar berkata kepada Khalid “Kamu telah membunuh seorang muslim, lali engkau memperkosa istrinya! Demi Allah, akan kurajam engkau! (lih.Tarikh Ibn Atsir, dan Wafayat al-’A'yan Ibn Khalikan Abu Bakar alih-alih menghukum Khalid, Khalid dia malah diberi gelar saif Allah al-madzlul. Umar, setelah menjabat sebagai khalifah, memecat Khalid dan melantik Abu Ubaidah untuk menggantikan Khalid (lih. Sirah a’lam an-Nubala 3/236). 
Sa’ad Bin Ubadah, Hubab bin al-Mundzir bin al-Jamuh al-Anshari, tidak membaiat Abu Bakar sebagai khalifah. Amirul Mukminin Ali as, al-Abbas, ‘Uthbah bin Abi Lahab (juga anggota Bani Hasyim lainnya), Abu Dzar, Salman al-Farisi, al-Miqdad, ‘Ammar bin Yasir, Zubair, Khuzaimah bin Tsabit, ‘Amr bin Waqadah, Ubay bin Ka’ab, al-Bara’ bib ‘Azib. Semuanya pada mulanya menolak membaiat kepada Abu Bakar. Sejarah mencatat, malah sebagian dari mereka, seperti Sa’d bin Ubadah dan Hubab al-Munzdir, malah terbunuh secara rahasia. (lih.Shahih Bukhari dan Muslim, Tarikh at-Tabari, al-’Iqd al-Farid dan al-Kamil Ibn Katsir). 
Lihat juga pertengkaran Sayyidah Fathimah az-Zahra, penghulu para wanita seluruh alam, putri belahan jiwa Rasulullah, dengan Abu Bakar. Semua mengetahui pertengkaran tersebut.(lih.Shahih Bukhari 3/36 – 4/105, Muslim 2/72, Musnad Ahmad bin Hanbal 1/6, al-Imamah wa as-Siyasah Ibn Qutaibah, dan Syahr Nahjul Balaghah Ibn Abil Hadid al-Mu’tazili). 
Sebenarnya masih sangat banyak yang telah tercatat dalam sejarah tentang prilaku sahabat, sebagaimana yang dilaporkan Muslim tentang sahabat pada masa Umar Bin Khattab yang menjual Khamar (lih.Shahih Muslim 5/41 bab Tahrim al-Khamer) tidak hanya sebatas itu, sahabat tersebut juga, suka menumpahkan darah orang-orang yang tak berdosa dan para pengumpul Qur’an (lih.Tarikh at-Thabari 3/176). 
Aisyah Binti Abi Bakar melaknat Utsman (lih. Tarikh at-Thabari 4/459, an-Nihayah Ibn Atsir 5/80), Mu’awiyah melaknat dan memerintahkan setiap khatib jum’at dan imam shalat untuk melaknat Ali bin Abi Thalib, dan kedua cucu Rasulullah saaw, al-Hasan dan al-Husain di atas minbar dan dalam qunut shalat. Umar dan Abu Bakar melaknat Sa’id Bin Ubadah ketika ia masih hidup. Dan masih banyak lagi dalam sejarah, para sahabat melaknat sebagian sahabat yang lain dan berlepas diri dari yang lain. 
   
Kesimpulan Bahasan 
To make long story short, Sebagaimana yang telah al-Qur’an dan Sunnah telah wajibkan, menghormati sahabat dan memposisikan mereka pada derajat yang tinggi merupakan suatu kelaziman. Tapi selain itu, kedua sumber hukum Islam ini juga memerintahkan kepada kita untuk menilai sesuai dengan kapasitas mereka. 
Orang-orang yang dicela al-Qur’an sudah pasti bukan orang adil, orang-orang yang disebut fasiq pasti tidak adil. Orang-orang yang menyepelekan Nabi pasti bukan adil, orang-orang yang dilaknat Nabi saaw. pasti tidak adil, orang-orang yang tidak cela Nabi saaw. pasti tidak adil. Mereka sebagaimana kamu muslim yang lain, bisa jadi berbuat salah dan benar, di antara mereka ada yang adil sebagimana ada yang tidak. Menghukumi mereka adil secara keseluruhan adalah sangat berseberangan dengan sikap ilmiah dan bertentangan dengan sejarah, dan secara tidak langsung meragukan kebenaran nas. Bahkan syi’ar tersebut terbukti benar-benar bertentangan dengan nas-nas dan hadits Rasulullah saaw. yang jelas. Al-Qur’an mengajarkan kita, wa la tus-alu ‘amma ka nu ya’malun –kalian tidak akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang mereka lakukan- bukan, wa la tas-alu ‘amma kanu ya’malunjanganlah kalian bertanya terhadap apa yang mereka lakukan-.[] 

Sabtu, 18 Januari 2014

Poto-poto Ekslusif Peninggalan Nabi Muhammad Rasulullah SAW

Foto-Foto Eksklusif Peninggalan Nabi Muhammad Rasulullah SAW

Foto-Foto Eksklusif Peninggalan Nabi Muhammad Rasulullah  صلى الله عليه وسلم

Bila kita berjauh jarak dengan sang terkasih Muhammad Rasulullah. Kita hanya bisa menjumpainya melalui do’a-do’a yang kita lantunkan, memohon syafa’at Nabi untuk keselamatan kita di akhirat dari pedihnya adzab neraka, tidakkah foto-foto berikut ini mengobati kerinduan kita yang sangat dalam kepada Sang Nabi Tercinta, Kekasih Allah, pribadi mulia panutan alam?? Ratusan orang meneteskan air matanya setelah menatap langsung baju beliau yang bersahaja dan sudah robek, sandal beliau, keranda beliau yang tak terhalang apapun. Allahu Akbar … serasa dekaaat denganmu ya Rasulullah … Andai aku bisa melihat wajahmu, rontok segala persendianku, tak tahan dengan kenikmatan memandang kemuliaan wajahmu… Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad SAW.

(Foto-foto ini kebanyakan adalah koleksi yang tersimpan dari berbagai tempat di beberapa negara: Museum Topkapy di Istambul Turki, Yordania, Irak dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Selamat merasakan kelezatan menatap peninggalan-peninggalan ini. Semoga kerinduan kita semakin memuncak kepada sang Nabi Agung, sang kekasih Allah …)

أللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد و ذريته و اصحابه و امته الي يوم الدين
__________________________
the-blessed-shirt-of-prophet-muhammad-saw
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW
the-blessed-shirt1-of-prophet-muhammad-saw

The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW yang sudah sobek)

jubah-rasulullah1

Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW

blessed-seal-of-rasool-allah-saw1

The Blessed Seal of Rasulullah SAW (Cap surat Nabi SAW)

copy-of-the-blessed-bowl-of-prophet-muhammad-saw

Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW

Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW
Kunci Ka’bah Masa Nabi Muhammad SAW

the-blessed-foot-print-of-rasool-allah-saw
Jejak Kaki Rasulullah SAW
Jejak Kaki Rasulullah SAW

blessed-hair-of-rasool-allahsaw

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

rambut-nabi

Beberapa helai rambut Rasulullah SAW

gigi-dan-rambut1

Peninggalan gigi dan rambut Nabi.

Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW

Wadah Kotak Gigi Rasulullah SAW






pedang2-nabi-dengan-nama-namanya1 

pedang2-nabi-dengan-nama-namanya2 

pedang2-nabi-dengan-nama-namanya

Berbagai pedang yang pernah dimiliki Nabi dengan nama-namanya yang digunakan untuk menegakkan ajaran tauhid, ketika orang-orang kafir memerangi Nabi dan dakwahnya sehingga harus mengangkat pedang.

Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas

Gagang Pedang “Hatf” Nabi SAW tampak lebih jelas

busur-panah-nabi

Busur Panah Nabi SAW

Bendera Rasululullah SAW

Bendera Rasululullah SAW

Bendera Rasululullah SAW

Bendera Rasululullah SAW

Salah satu sorban/tutup kepala  Rasulullah SAW 

Salah satu sorban/tutup kepala Rasulullah SAW

Topi Besi Rasulullah SAW

Topi Besi Rasulullah SAW

Baju dan barang-barang Rasulullah SAW

Baju dan barang-barang Rasulullah SAW

blessed-sandals2-of-rasool-allah-saw 

blessed-sandal-of-rasool-allah-saw 

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta …

Sandal-sandal (terumpah) peninggalan Rasulullah SAW tercinta …

letter-to-nijashi-king-of-habsha

Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah

letter-to-omani-people

Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan

letter-to-qaiser_e_rome
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke- 7
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
prophets-letter-to-muqauqas-egypt
Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW 

Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW
box-belonging-to-hazrat-fatima-rz

Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.

PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW 

PINTU EMAS MAKAM NABI MUHAMMAD SAW

the-blessed-dust-from-the-tomb-of-the-prophet 

Butiran pasir yang diambil dari makam Nabi Muhammad SAW

Jumat, 17 Januari 2014

Sabda Rasullulah SAW tentang neraka

Dalam Hadistnya Di riwayatkan kepada para sahabtnya sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah bersabda : “Akan didatangkan pada hari kiamat itu neraka Jahannam, dan neraka Jahannam itu mempunyai 70,000 kendali, dan pada setiap kendali itu ditarik oleh 70,000 malaikat, dan berkenaan dengan malaikat penjaga neraka itu besarnya ada diterangkan oleh Allah S.W.T dalam surah At-Tahrim ayat 6 yang artinya : “Sedang penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras.”Setiap malaikat apa yang ada di antara pundaknya adalah jarak perjalanan setahun, dan setiap satu dari mereka itu mempunyai kekuatan yang mana kalau dia memukul gunung dengan pemukul yang ada padanya, maka nescaya akan hancur lebur gunung tersebut. Dan dengan sekali pukulan sahaja ia akan membenamkan 70,000 ke dalam neraka Jahannam.
 adapun Dalam keterangan Neraka di bagi ke dalam beberapa golongan tergantung tingkat dosa seorang hamba kepada Allah SWT Yang tidak memiliki kesadaran untuk bertobat di kala ajal menjemput.

 Bagian-bagian Neraka :
Gambar-gambar di bawah ini tentang Neraka hanya Ilustrasi, mohon maaf  kurang lebihnya, mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yg dadapat untuk kita semuanya . amiiiiin

NERAKA HAWIYAH
Penghuni :
Untuk mereka yang ringan keburukannya.Melakukan kebaikan campur keburukan.
Untuk orang-orang islam yang cara hidupnya tidak selari dengan ajaran islam.
Keadaan :
Dibakar dengan api yang panas
gambar hanyalah ilustrasi, sesungguhnya Neraka Lebih Dari apa yang manusia bayangkan....

NERAKA JAHIM
Penghuni :
Untuk hamba-hamba yang mensyirikkan Allah
Kedaan :
Sembahannya (patung) yang akan menyiksanya di neraka

NERAKA SAQAR
Penghuni :
Bagi orang-orang munafik
Untuk orang yang tahu syariaat islam,tetapi meremehkannya
Keadaan :
Dibakar di dalam api


NERAKA LAZZHA
Penghuni :
Untuk orang yang suka mengumpul harta.
Hartanya tidak diserahkan kepada fakir miskin.
Tidak mengeluarkan zakat.
Keadaan :
Bakar di dalam api yang panas
Kulit disiat habis

NERAKA HUTAMAH
Penghuni:
Pengumpat
Pencela
Kedekut (suka membilang-bilang harta)
Keadaan :
Sangat dasyat,harta-harta yang dikira akan menjadi bahan bakar.
NERAKA SA'IR
Penghuni:
kafirun
Orang yang tidak mahu menerima islam
Orang islam yang tidak mahu menunaika solat
Orang islam tidak mahu zakat
Orang islam tidak mahu puasa
 
NERAKA WAIL
Penghuni:
Orang yang tidak jujur
Keadaan:
Barang dagangan mereka akan dibakar
Hamba Berlindung Padamu dari Azab Api neraka mu yang pedih.........