5. Mentalqinkan Orang Yang Akan Meninggal
Dalam
menjenguk orang sakit, maka apabila ternyata yang sakit itu sudah amat
berat dan telah mendekati ajalnya, agama mensyari'atkan untuk
mentalqinkannya, yaitu menuntunnya agar mengingat dan membaca "Laa Ilaaha Illaallooh" (Tiada Tuhan selain Allah).
Cara
menuntunnya dengan lemah lembut dan pelan-pelan, tidak tergesa-gesa
supaya tidak menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sakit
tersebut.
عَنْ
مُعَاذٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ كَانَ اخِرُ
قَوْلـِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. احمد و ابو داود
Dari Mu'adz, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang akhir ucapannya itu laa ilaaha illallooh, maka dia masuk syurga". [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لَـقِّـنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. الجماعة الا البخارى
Dari Abu Sa'id dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh". [HR. Jama'ah kecuali Bukhari]
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas
jelaslah bahwa perintah agama untuk mentalqin itu waktunya adalah
ketika seseorang sudah mendekati ajalnya, jadi bukan di atas qubur
setelah mayyit itu ditanam. DAn mentalqinkan mayyit di atas qubur itu
adalah penyelewengan dari tuntunan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur'an sendiri yang berbunyi :
اِنَّـكَ لاَ تُسْمِعُ اْلمَوْتى. النمل:80
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang-orang yang telah mati itu mendengar" [QS. An-Naml : 80]
Adapun
membacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal dunia, memang
ada riwayat/haditsnya, tetapi riwayat/hadits-hadits tersebut tidak ada
yang sah. Di antara hadits-hadits itu sebagai berikut :
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ. ابو داود و ابن ماجه
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Bacakanlah Yaasiin untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
وَ
اَحْمَدُ وَ لَـفْظُهُ: يس قَـلْبُ اْلـقُرْآنِ. لاَ يَقْرَأُهَا رَجُلٌ
يُرِيـْدُ اللهَ وَ الدَّارَ اْلاخِرَةَ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ، وَ
اقْرَأُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ. احمد
Dan
Ahmad dengan lafadh (artinya), "Yaasin itu jantung Al-Qur'an yang tidak
dibaca oleh seseorang karena Allah dan kampung akhirat melainkan dia
akan diampuninya, oleh karena itu bacakanlah untuk orang-orang yang akan
mati di antara kalian". [HR. Ahmad]
[Hadits-hadits tersebut ada cacatnya dan dlo'if, lihat Nailul Author juz IV halaman : 25]
6. Hal-hal yang dilakukan terhadap orang yang baru saja meninggal dunia :
a) Menutupkan kedua matanya
عَنْ
اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اَبِى سَلَمَةَ وَ
قَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَـاَغْمَضَهُ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الرُّوْحَ اِذَا
قُبِضَ تَبِعَهُ اْلبَصَرُ. فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ اَهْلـِهِ فَقَالَ: لاَ
تَدْعُوْا عَلَى اَنــْفُسِكُمْ اِلاَّ بِخَيْرٍ. فَاِنَّ اْلمَلاَئِكَةَ
يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا تَـقُوْلُـوْنَ. ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ
ِلاَبِى سَلَمَةَ. وَ ارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى اْلمَهْدِيِّـيْنَ، وَ
اخـْلُـفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى اْلغَابِرِيـْنَ وَ اغْفِرْلَـنَا وَ لَهُ
يـَا رَبَّ اْلعَالَمِـيْنَ، وَ افْسَحْ لَهُ فِى قَـبْرِهِ، وَ نَـوِّرْ
لَهُ فِـيْهِ. مسلم 2:634
Dari
Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW mendatangi jenazah Abu Salamah
(yang baru saja meninggal), sedang kedua matanya masih terbuka, maka
Rasulullah SAW mengatupkan kedua matanya dan bersabda, "Sesungguhnya roh
itu apabila diambil diikuti oleh pandangan". Kemudian para keluarganya
menjerit, maka sabdanya pula,
"Janganlah kalian mendo'akan bagi dirimu kecuali yang baik, karena
sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian katakan". Kemudian
beliau bersabda lagi, "Ya Allah berilah ampunan bagi Abu Salamah dan
tinggikanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat petunjuk dan
berilah dia ganti dalam keturunannya (dengan yang lebih baik), dan
ampunilah kami dan dia Ya Allah Tuhan semesta alam, dan lapangkanlah
kuburnya serta terangilah dia di dalamnya". [HSR. Muslim juz II, hal. 634]
عَنْ
شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَضَرْتُمْ
مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا اْلبَصَرَ. فَاِنَّ اْلبَصَرَ يَـتْبَعُ
الرُّوْحَ وَ قُوْلُوْا خَيْرًا فَـاِنَّـهُ يُـؤَمَّنُ عَلَى مَا قَالَ
اَهْلُ اْلمَيِّتِ. احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 4:24
Dari Syaddad bin Aus,
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila kalian datang kepada
orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah
matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti rohnya. Dan
ucapkanlah yang baik, karena sesungguhnya apa yang diucapkan oleh
keluarga si mayyit itu diamini (oleh para malaikat)". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz IV, hal 24]
Keterangan :
1. Dari hadits
diatas, menunjukkan bahwa dianjurkan menutupkan kedua mata si mayyit
bila masih dalam keadaan terbuka dan supaya memohonkan ampunan dan
kebaikan baginya serta keluarga yang ditinggalkannya.
2. Adapun
permohonan ampun dan kebaikan itu, kalau mayyit tersebut adalah orang
Islam dan bagi keluarga yang beragama Islam. Sedang apabila orang diluar
Islam maka tidak boleh memohonkan ampunan, tetapi hendaklah disantuni
dan dirawat sebagaimana layaknya terhadap sesama manusia.
Firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 113 :
مَا
كَانَ لـِلنَّبِيِّ وَ الَّذِيـْنَ امَنُوْآ اَنْ يَّسْتَـغْفِرُوْا
لـِلْمُشْرِكـِيْنَ وَ لَوْ كَانُـوْا اُولــِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا
تَـبَـيَّنَ لَـهُمْ اَنــَّهُمْ اَصْحَابُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tidak
patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu keluarga yang
dekat, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah
penghuni neraka jahannam". [QS. At-Taubah 113]
Dan ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ
عَلـِيٍّ رض قَالَ: قُـلْتُ لـِلنَّبِيِّ ص اِنَّ عَمَّكَ الشَّيْخَ
الضَّالَّ قَدْ مَاتَ. قَالَ: اِذْهَبْ فَوَارِ اَبـَاكَ ثُمَّ وَ لاَ
تُحْدِثَنَّ شَيْئًا حَتَّى تَأْتِـيَنـِى. فَذَهَبْتُ فَوَارَيـْتُهُ وَ
جـِئْتُهُ فَـأَمَرَنـِى فَاغْتَسَلْتُ وَ دَعَالِيْ. ابو داود 3:214
Dari
Ali (bin Abu Thalib) berkata : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW :
"Sesungguhnya pamanmu yang sudah tua dan sesat itu (Abu Thalib) telah
mati". Maka Rasulullah SAW bersabda : "Pergilah engkau menguburkan
bapakmu dan jangan berbuat apa-apa sampai engkau datang lagi kepadaku".
(Maka Ali berkata) : "Akupun lalu pergi menguburkannya, kemudian aku
datang kepada beliau, lalu beliau menyuruhku mandi, maka akupun mandi,
kemudian beliau berdo'a untukku". [HR. Abu Dawud juz III, hal. 214]
b) Menutupinya dengan kain atau lain-lain penutup yang dianggap patut.
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ تُـوُفِّيَ سُجِّيَ بِـبُرْدِ حِبَرَةٍِ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Aisyah, "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika wafat beliau ditutup dengan selimut bergaris". [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim]
7. Menangisi Mayyit
عَنْ
جَابِرٍ قَالَ: اُصِيْبَ اَبِى يَوْمَ اُحُدٍ، فَجَعَلْتُ اَبْكِى
فَجَعَلُـوْا يَـنْهَوْنـِى وَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يَـنْهَانـِى.
فَجَعَلَتْ عَمَّتِى فَاطِمَةُ تَـبْكِى. فَقَالَ النَّبِيُّ ص
تَـبْكِـيْنَ اَوْ لاَ تَـبْكِـيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تُظِلُّهُ
بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari
Jabir, ia berkata : Ayahku ditimpa mushibah pada hari peperangan Uhud,
lalu aku menangis, kemudian mereka (para shahabat) melarangku, sedang
Rasulullah SAW (sendiri) tidak melarang ku. Lalu bibiku Fathimah (juga)
menangis. Lalu Nabi SAW bersabda : "Kamu menangis ataupun tidak,
malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka, sehingga kamu
sekalian mengangkatnya". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz IV, hal, 111]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَاتَتْ زَيـْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص
فَبَكَتِ النِّسَاءُ، فَجَعَلَ عُمَرُ يَضْرِبُـهُنَّ بِسَوْطِهِ، فَأَخَذَ
رَسُوْلُ اللهِ ص بِـيَدِهِ وَ قَالَ: مَهْلاً يَا عُمَرُ. ثُمَّ قَالَ:
اِيـَّاكُنَّ وَ نَعِيْقَ الشَّيْطَانِ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ مَهْمَا
كَانَ مِنَ اْلعَيْنِ وَ اْلـقَـلْبِ فَمِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ مِنَ
الرَّحْمَةِ. وَ مَا كَانَ مِنَ اْليَدِ وَ الِّلسَانِ فَمِنَ
الشَّيْطَانِ. احمد
Dari
Ibnu 'Abbas, ia berkata : Zainab binti Rasulullah SAW meninggal dunia,
lalu para wanita menangis. Kemudian 'Umar memukul mereka dengan
cambuknya. Lalu Rasulullah SAW memegang tangan 'Umar sambil bersabda :
"Sabar ya 'Umar !" Kemudian beliau bersabda : "Jauhkankah dirimu dari
meraung-raung yang berasal dari syaithan". Kemudian beliau bersabda
(lagi) : "Karena sesungguhnya bila tangisan itu hanya sekedar
mengeluarkan air mata dan kesedihan hati, maka ia itu berasal dari Allah
'Azza wa Jalla dan dari perasaan iba. Dan bila (tangisan) itu diikuti
perbuatan tangan dan lisan, maka ia itu berasal dari syaithan". [HR. Ahmad]
عَنِ
ابـْنِ عُمَرَ قَالَ: اِشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوًى لَهُ،
فَاَتـَاهُ النَّبِيُِّ ص يَعُوْدُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ،
وَ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ.
فَـلَمَّا دَخَلَ عَلَـيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيِّهِ، فَـقَالَ: قَدْ
قُضِيَ؟ فَـقَالُـوْا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَبَكَى رَسُوْلُ اللهِ ص.
فَـلَمَّا رَأَى اْلـقَوْمُ بُكَاءَهُ بَكَوْا، قَالَ: اَلاَ
تَـسْمَعُوْنَ؟ اِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ اْلعَـيْنِ وَ لاَ
بِحُزْنِ اْلـقَـلْبِ، وَ لكِنْ يُـعَذِّبُ بِـهذَا. وَ اَشَارَ اِلَى
لـِسَانِهِ اَوْ يَـرْحَمُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari
Ibnu 'Umar, ia berkata : Sa'ad bin 'Ubadah mengadukan sakitnya, lalu
Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi
Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Kemudian tatkala Nabi SAW masuk
kepadanya, ia menjumpainya dalam keadaan sangat kritis. Lalu Nabi SAW
bertanya (kepada para shahabat) : "Apakah ia sudah mati ?" Lalu mereka
menjawab : "Belum, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW menangis. Setelah
orang-orang melihat Nabi SAW menangis, merekapun ikut menangis. Lalu
Nabi SAW bertanya : "Apakah kalian tidak mendengar ? Sesungguhnya Allah
tidak akan menyiksa sebab melelehnya air mata dan tidak pula susahnya
hati, tetapi Allah akan menyiksa atau memberi rahmat sebab ini", sambil
berisyarat ke lisannya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz IV, hal, 112]
عَنْ
عَائِـشَةَ اَنَّ سَعْدَ بـْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ حَضَرَهُ رَسُوْلُ
اللهِ ص، وَ اَبـُوْ بَكْرٍ، وَ عُمَرُ، قَالَتْ: فَوَ الَّذِيْ نَـفْسِى
بِـيَدِهِ اِنِّى َلأَعْرِفُ بُكَاءَ اَبِى بَكْرٍ، مِنْ بُكَاءِ عُمَرَ.
وَ اَنـَا فِى حُجْرَتـِى. احمد، فى نيل الاوطار 4:114
Dari
'Aisyah, bahwa Sa'ad bin Mu'adz ketika ia meninggal dunia, Rasulullah
SAW, Abu Bakar, dan 'Umar mendatanginya. 'Aisyah berkata : "Demi Dzat
yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sesungguh aku lebih mengetahui tangisan
Abu Bakar daripada tangisan 'Umar, sedang aku berada di dalam kamarku". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz IV, hal. 114]
عَنْ
جَابِرِ بـْنِ عَتِـيْكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَ يَعُوْدُ عَبْدَ
اللهِ بـْنَ ثَـابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ. فَصَاحَ بِهِ فَـلَمْ
يُجـِبْهُ. فَاسْتَرْجَعَ، وَ قَالَ: غُلـِبْنَا عَلَـيْكَ يَا اَبـَا
الـرَّبِـيْعِ! فَصَاحَ النِّسْوَةُ وَ بَكَـيْنَ. فَجَعَلَ ابـْنُ
عَتِـيْكٍ يُسَكِّـنُـهُنَّ. فَـقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْهُنَّ
فَـاِذَا وَجَبَ فَلاَ تَـبْكِـيَنَّ بَـاكِـيَةٌ. قَالُـوْا: وَ مَا
اْلـوُجُوْبُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلــْمَوْتُ. ابو داود و
النسائى، فى نيل الاوطار 4:114
Dari
Jabir bin 'Atiek, bahwa Rasulullah SAW datang menjenguk 'Abdullah bin
Tsabit, lalu beliau menjumpainya sudah sangat payah, lalu beliau
memanggil dengan suara keras, tapi ia tidak menjawab, lalu beliau
mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" dan
bersabda : "Kamu mendahului kami wahai Abu Rabi' ", lalu para wanita
menjerit dan menangis. Kemudian Ibnu 'Atiek berusaha menenangkan mereka.
Lalu Rasulullah SAW bersabda : "Biarkanlah mereka dan apabila sudah
pasti jangan ada seorangpun yang menangis". Mereka bertanya : "Apa yang
dimaksud "pasti" itu, ya Rasulullah ?" Beliau menjawab : "Mati". [HR. Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz IV, hal. 114]
Keterangan :
Dari Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa menangisi mayyit yang tidak berlebih-lebihan itu boleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar