Dari Jabir, bahwasanya ayahnya meninggal dan masih menanggung
hutang. Lalu aku (Jabir) datang kepada Nabi SAW dan berkata,
"Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan ia masih punya tanggungan
hutang, sedangkan aku tidak mempunyai harta selain hasil pohon kurma
miliknya, sedangkan hasilnya beberapa tahun tidak cukup untuk menutup
hutangnya. Maka saya mohon engkau berangkat bersamaku supaya orang-orang
yang menghutangi itu tidak berlaku kasar terhadapku". Kemudian beliau
berjalan di sekitar salah satu tempat penjemuran kurma, lalu beliau
memohon barakah, kemudian menuju pada tempat penjemuran yang lain (dan
memohon barakah). Lalu beliau duduk padanya, dan beliau bersabda,
"Keluarkanlah kurma itu (dari tempat penjemurannya)". Lalu beliau
melunasi mereka (para piutang), dan masih tersisa sebanyak yang
diberikan kepada mereka. [HR. Bukhari juz 4, hal. 172]
Dari Jabir RA, ia berkata : Sesungguhnya kami pada hari perang
Khandaq menggali parit, lalu terhalang oleh tanah yang sangat keras.
Lalu mereka datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, "Tanah keras ini
melintang di parit". Nabi SAW menjawab, "Aku akan turun mengerjakannya".
Kemudian beliau berdiri, sedang perutnya diganjal dengan batu, dan kami
sudah tiga hari tidak merasakan makanan. Lalu Nabi SAW mengambil
cangkul, lalu beliau pukulkan pada tanah yang keras itu, maka tanah yang
keras itu hancur, kembali menjadi pasir yang tertimbun, lalu saya
berkata, "Wahai Rasulullah, jinkanlah saya pulang". Lalu aku berkata
kepada istriku, "Aku melihat Nabi SAW, beliau menahan sesuatu.Apakah
kamu mempunyai sesuatu (makanan) ?". Ia menjawab, "Aku mempunyai gandum
dan kambing betina". Lalu aku menyembelih kambing tersebut, sedangkan
istriku menggiling gandum, sehingga kami memasukkan daging itu ke dalam
periuk. Kemudian aku datang kepada Nabi SAW di saat adonan benar-benar
lunak dan periuk berada di atas tungku hampir matang. Kemudian aku
berkata, "Saya punya sekedar makanan untuk engkau, maka bangunlah wahai
Rasulullah beserta seorang atau dua orang". Beliau bertanya, "Seberapa
banyaknya ?". Lalu aku menceritakan kepada beliau, lalu beliau bersabda,
"Banyak lagi bagus". Beliau bersabda, "Katakanlah kepada istrimu agar
jangan menurunkan periuk dan roti dari tungkunya sampai aku datang".
Beliau bersabda, "Bangkitlah kalian". Maka bangkitlah orang-orang
Muhajirin dan Anshar. (Aiman berkata) : Ketika Jabir masuk menemui
istrinya, ia berkata, "Celaka kamu !. Nabi SAW datang dengan orang-orang
Muhajirin, Anshar dan orang-orang yang menyertai beliau". Istrinya
bertanya, "Apakah beliau bertanya kepadamu ?". Jabir menjawab, "Ya".
Kemudian beliau bersabda, "Masuklah kalian dan janganlah
berdesak-desakan". Lalu beliau memotong roti dan meletakkan daging di
atasnya. Dan beliau menutup periuk dan tungkunya di saat beliau
mengambil dari situ. Beliau menyuguhkan kepada shahabat-shahabatnya.
Kemudian mengambil (daging dari periuk), maka beliau senantiasa memotong
roti dan menciduk (lauk), sehingga mereka kenyang, bahkan masih ada
yang tersisa. Lalu beliau bersabda, "Makanlah ini dan hadiahkanlah,
karena sesungguhnya orang-orang sedang dilanda kelaparan". [HR. Bukhari
juz 5, hal. 45]
Dalam riwayat lain disebutkan :
Dari Jabir bin 'Abdullah RA, ia berkata : Ketika parit digali, aku
melihat perut Nabi SAW sangat lengket, maka aku kembali kepada istriku
dan bertanya, "Apakah kamu memiliki sesuatu ?, sesungguhnya aku melihat
Rasulullah SAW perutnya sangat lengket". Lalu ia mengeluarkan kantong
kulit kepadaku, di dalamnya ada gandum satu sha'. Dan kami mempunyai
seekor kambing kecil yang gemuk, lalu aku menyembelihnya sedangkan
istriku menggiling gandum. Ketika ia selesai akupun selesai. Lalu aku
memotong-motongnya (dan memasukkannya) ke dalam periuk, kemudian aku
kembali kepada Rasulullah SAW. Istriku berkata, "Kamu jangan
mempermalukan aku di hadapan Rasulullah SAW dan orang-orang yang
menyertai beliau". Lalu aku datang kepada beliau dan berbisik, "Ya
Rasulullah, kami telah menyembelih seekor kambing kecil milik kami, dan
kami menggiling satu sha' gandum yang kami miliki, maka datanglah engkau
dan beberapa orang yang menyertai engkau ke rumah kami". Lalu Nabi SAW
berseru, "Wahai para penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat
makanan, maka cepatlah kalian kemari". Lalu Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan kamu turunkan periukmu, dan adonanmu jangan kamu buat roti dulu
sampai aku datang". Kemudian aku datang dan Rasulullah SAW datang sambil
mempersilakan orang-orang, sehingga aku mendekati istriku. Istriku
berkata, "Kamu ini bagaimana ?". Lalu aku menjawab, "Sungguh aku telah
melaksanakan apa yang kamu katakan". Kemudian istriku mengeluarkan
adonan kepada beliau, lalu beliau meludahi dan memohonkan berkah.
Kemudian beliau menuju ke periuk kami, lalu meludahi dan memohonkan
berkah. Selanjutnya beliau bersabda, "Panggillah tukang pembuat roti,
agar ia membuat roti bersamaku. Ciduklah dari periukmu, dan jangan kamu
menurunkannya". Mereka (orang-orang yang makan) berjumlah seribu. Maka
aku bersumpah Demi Allah, sungguh mereka telah makan sampai mereka pergi
meninggalkannya, dan sesungguhnya periuk kami masih mendidih
sebagaimana semula, sedang adonan kami masih dibuat roti seperti
semula". [HR. Bukhari juz 5, hal. 46]
Dari Baraa' bin 'Aazib meriwayatkan bahwa ayahnya berkata kepada
Abu Bakar : “Hai Abu Bakar, ceritakanlah kepadaku bagaimana kalian
berdua (Abu Bakar dan Rasulullah) berbuat ketika kamu dan Rasulullah
SAW melakukan perjalanan malam (ketika keluar dari gua Tsaur hijrah ke
Madinah)". Abu Bakar berkata, "Ya. Kami melakukan perjalanan (sebagian)
malam dan sebagian siang harinya hingga tengah (siang) hari, dan dijalan
lengang tidak ada seorangpun lewat, lalu nampak kepada kami sebuah batu
besar yang memanjang dan terdapat naungan yang tidak terkena sinar
matahari, lalu kami singgah disitu. Aku meratakan tempat dengan tanganku
untuk tidur beliau dan aku menghamparkan pakaianku, lalu aku berkata,
"Tidurlah, wahai Rasulullah, dan aku akan menjaga engkau dari sekeliling
engkau". Beliau lalu tidur dan aku keluar menjaga di sekeliling beliau.
Tiba-tiba datang seorang penggembala dengan kambingnya menuju ke arah
batu itu bermaksud seperti maksud kami. Lalu aku bertanya, "Kepunyaan
siapakah kamu ini ?". Ia menjawab, "Kepunyaan seorang laki-laki penduduk
kota atau Makkah". Aku bertanya, "Apakah kambingmu ada yang bisa
diperah susunya ?". Ia menjawab, "Ya". Aku berkata, "Apakah kamu berhaq
memerah ?". Ia menjawab, "Ya". Lalu ia membawa seekor kambing, lalu aku
(Abu bakar) berkata, "Bersihkanlah tetek itu dari debu, bulu dan
kotorannya". (Abu Ishaq) berkata, "Lalu aku melihat Baraa' memukulkan
salah satu tangannya pada tangan lainnya, (isyarat membersihkan). Lalu
orang itu memerah sedikit air susu ke dalam mangkuk. Aku (Abu Bakar)
membawa ember (berisi air) yang aku bawa untuk keperluan minum dan wudlu
Nabi SAW. Lalu aku mendatangi Nabi SAW dan aku tidak mau membangunkan
beliau. Dan ketika aku datang, kebetulan beliau bangun. Lalu aku
menuangkan air pada air susu itu hingga wadahnya yang bagian bawah
terasa dingin, lalu aku berkata, "Minumlah, wahai Rasulullah". Beliau
lalu minum hingga aku merasa lega. Kemudian beliau bersabda, "Apakah
belum waktunya untuk berangkat ?". Aku menjawab, "Sudah". Lalu kami
berangkat setelah matahari condong (ke barat).
Kemudian Suraqah bin Malik membuntuti kami, maka aku berkata,
"Kita dibuntuti, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Janganlah kamu
bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita". Lalu Nabi SAW berdoa
terhadap Suraqah, lalu kuda Suraqah menancap (dua kaki depan) sampai
perutnya. Aku mengira, ke dalam tanah cadas (Zuhair ragu). Kemudian
Suraqah berkata, "Sungguh saya kira kamu berdua telah berdoa buruk
terhadapku, maka doakanlah kebaikan untukku, niscaya Allah menolong kamu
berdua, aku akan mengembalikan orang-orang yang mencari kamu". Kemudian
Nabi SAW mendoakan kebaikan untuk Suraqah, maka dia selamat. Lalu
tidaklah Suraqah bertemu dengan seseorang (yang mencari beliau)
melainkan dia berkata, "Cukuplah kalian (percayalah kepadaku), dia tidak
ada di sini". Maka Suraqah tidak bertemu seseorang kecuali dia
mengembalikannya. Abu Bakar berkata, "Dan Suraqah memenuhi (janjinya)
kepada kami". [HR. Bukhari juz 4, hal. 180]
Bersambung………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar