14. Mengkafani Mayyit
Cara Mengkafani Mayyit adalah sebagai berikut :
a). Dalam
keadaan normal, sebaiknya untuk mengkafani mayyit adalah : kain yang
berwarna putih serta dari bahan yang sederhana (tidak mahal). Sedang
bila terpaksa karena tidak ada kain, maka boleh memakai penutup lain
(tikar, kertas, rumput alang-alang dan sebagainya), yang penting dapat
menutup tubuh dan 'auratnya.
b). Bagi
laki-laki dengan tiga lembar kain. Ketiga lembar kain tersebut
dihamparkan dan disela-selanya ditaburi kapur barus dan cendana, lalu
mayyat diletakkan di atas kain tersebut, dilobang mata, hidung dan telinga diberi kapas untuk menjaga agar
tidak mengeluarkan sesuatu dari padanya. Boleh pula diberi minyak wangi
pada beberapa bagian tubuh mayat tersebut, kemudian dibungkus.
c). Bagi mayyit perempuan, sebaiknya dikafani dengan lima
lembar, yaitu basahan (kain bawah), baju (mori yang dibentuk seperti
baju), tutup kepala, selimut dan kain yang menutupi seluruh badannya.
d). Bagi
orang yang sedang ber-ihrom dalam pelaksanaan ibadah hajji, maka bila ia
meninggal, kain kafannya adalah pakaian ihromnya itu sendiri, dan tidak
usah diberi kapur barus atau wewangian lain.
e). Adapun orang yang mati syahid di medan pertempuran, maka mereka ini
langsung diquburkan beserta baju yang dipakai tanpa dimandikan
sebelumnya, sedang baju besi serta alat-alat perangnya yang lain
dilepas.
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِلـْبَسُوْا مِنْ ثِيَابِكُمُ
اْلبَيَاضَ فَاِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثـِيَابِكُمْ، وَ كَـفِّنُوْافِيْهَا
مَوْتَاكُمْ. الخمسة الا النسائى و صححه الترمذى
Dari
Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda : "Pakailah pakaian pakaianmu yang
putih-putih, karena ia sebaik-baik pakaianmu; dan kafanilah
mayit-mayitmu dengannya". [HR. Khamsah kecuali Nasa'i, dan dishahkan oleh Tirmidzi, Nailul Authar juz IV halaman 43-44]
عَنْ
عَائـِشَةَ قَالَتْ: كُـفِّنَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى ثَلاَثـَةِ اَثـْوَابٍ
بِـيْضٍ سَحُوْلـِيَّةٍ جُدَدٍ لَـيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَ لاَ
عِمَامَةٌ، اُدْرِجَ فِيْهَا اِدْرَاجًا. الجماعة
Dari
Aisyah, ia berkata : "Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain
putih yang baru dari Sahuli - Yaman, tanpa baju gamis maupun sorban yang
dimasukkan ke dalam kafan itu". [HR Jama'ah, Nailul Authar juz IV halaman 41]
وَ
لـِمُسْلـِمٍ، قَالَتْ: اُدْرِجَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى حُلَّةٍ
يَمَانـِيَّةٍ كَانَتْ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى بَكْرٍ، ثُمَّ نُزِعَتْ
عَنْهُ، وَ كُـفِّنَ فِى ثَلاَثــَةِ اَثْوَابٍ بِيْضٍ سَحُوْلـِيَّةٍ
يَمَانـِيَّةٍ، لَـيْسَ فِيْهَا عِمَامَةٌ وَ لاَ قَمِيْصٌ.
Dan menurut riwayat Muslim (dikatakan) : Aisyah berkata : "Rasulullah SAW (semula) dikafani dengan pakaian buatan Yaman milik Abdullah bin
Abu Bakar, tetapi tidak jadi, kemudian dilepaskan, lalu dikafani dengan
tiga kain putih dari Sahuli Yaman, tanpa sorban dan tidak pula baju gamis". [Nailul Authar juz IV halaman 42]
عَنْ
لَـيْلَى بِنْتِ قَانِفٍ الثَّـقَـفِيَّةِ قَالَتْ: كُـنْتُ فِـيْمَنْ
غَسَّلَ اُمَّ كُـلْـثُوْمٍ بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ ص عِنْدَ وَفَاتِهَا، وَ
كَانَ اَوَّلُ مَا اَعْطَانَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَلـْحِقَا ثُمَّ
الدَّرْعَ ثُمَّ اْلخِمَارَ ثُمَّ اْلمَلْحَفَةَ ثُمَّ اُدْرِجَتْ بَعْدَ
ذلِكَ فِى الـثَّوْبِ اْلآخَرِ، قَالَتْ: وَ رَسُوْلُ اللهِ ص
عِنْدَالْـبَـابِ، مَعَهُ كَـفَنُهَا يُـنَاوِلُـنَا ثَـوْبـًا ثَـوْبـًا.
احمد و ابو داود
Dari
Laila binti Qanif Ats-Tsaqafiyah ia berkata : "Aku adalah termasuk
diantara perempuan yang memandikan Ummu Kultsum puteri Rasulullah SAW
ketika wafatnya, dan pertama-tama yang diberikan Nabi SAW kepada kami
adalah kain bawah, kemudian baju kurung, lalu kudung, kemudian selimut,
kemudian sesudah itu dimasukkan di dalam kain kafan yang lain". Laila
berkata : "Sedang Rasulullah SAW di pintu dengan membawa kafannya, yang
diberikan kepada kami selembar demi selembar". [HR Ahmad dan Abu Dawud, Nailul Authar juz IV halaman 44]
Keterangan :
Dari
hadits ini bisa diambil pengertian bahwa mayyit wanita sebaiknya
dikafani dengan lima lembar kain, yaitu; kain bawah (yang bisa menutup
pinggul dan paha), baju kurung (kain yang dibentuk baju kurung), penutup
kepala, selimut dan kain yang bisa membungkus seluruhnya.
عَنْ
خَبَّابِ بْنِ اْلاَرَتِّ اَنَّ مُصْعَبَ بْنَ عُمَيْرٍ قُتِلَ يَوْمَ
اُحُدٍ وَ لَمْ يَتْرُكْ اِلاَّ نَمِرَةً، فَكُـنَّا اِذَا غَطَّـيْنَا
بِهَا رَأْسَهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ، وَ اِذَا غَطَّـيْنَا رِجْلَـيْهِ بَدَا
رَأْسُهُ، فَـأَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُغَطِّيَ بِهَا رَأْسَهُ،
وَ نَجْعَلَ عَلَى رِجْلَـيْهِ شَيْئًا مِنَ اْلاِذْخِرِ. الجماعة الا ابن
ماجه
Dari
Khabbab bin Aratt, bahwa Mush'ab bin Umair terbunuh pada hari perang
Uhud, sedang ia tidak meninggalkan apapun selain sebuah selimut (kain
yang bergaris) maka apabila kami tutupi kepalanya dengan selimut itu
nampaklah kedua kakinya, dan apabila kami tutupi kedua kakinya nampak
kepalanya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan kami agar menutup kepalanya
dengan selimut itu, sedang kedua kakinya agar kami tutup dengan rumput
idzkhir. [HR Jama'ah kecuali Ibnu Majah, Nailul Authar juz IV halaman 38]
وَ
عَنْ خَبَّابٍ اَيـْضًا اَنَّ حَمْزَةَ لَمْ يُوْجَدْ لَهُ كَـفَنٌ اِلاَّ
بُرْدَةٌ مِلْحَاءُ، اِذَا جُعِلَتْ عَلَى قَدَمَيْهِ قَـلَصَتْ عَنْ
رَأْسِهِ، حَتَّى مُدَّتْ عَلَى رَأْسِهِ، وَ جُعِلَ عَلَى قَدَمَيْهِ
اْلاِذْخِرُ. احمد
Dan
dari Khabbab juga, bahwa Hamzah tidak didapatkan kafan untuknya
melainkan sebuah selimut bergaris, yang apabila ditutupkan pada kedua
kakinya maka kepalanya terlihat, sehingga ditarik ke kepalanya dan kedua
kakinya ditutupi dengan rumput idzkhir. [HR Ahmad, Nailul Authar juz IV halaman 38]
Keterangan :
Dari dua
hadits di atas bisa diambil pengertian bahwa apabila kafan itu tidak
mencukupi, maka bagian kepala itu yang lebih diutamakan daripada bagian
kaki, kemudian bagian kaki bisa ditutup dengan penutup lain.
عَنْ
اَبِى قَـتَادَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا وَلــِيَ
اَحَدُكُمْ اَخَاهُ فَـلْـيُحْسِنْ كَـفَـنَهُ. ابن ماجه و الترمذى
Dari
Abu Qatadah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila salah
seorang diantara kamu mengurusi saudaranya, maka baguskanlah kafannya". [HR Ibnu Majah dan Tirmidzi, Nailul Authar juz IV halaman 39]
عَنْ
جَابِرٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص خَطَبَ يَوْمًا، فَذَكَـرَ رَجُلاً مِنْ
اَصْحَابِهِ قُبِضَ، فَكُـفِّنَ فِى كَـفَنٍ غَيْرِ طَائِلٍ، وَ قُبِرَ
لَـيْلاً، فَزَجَرَ النَّبِيُّ ص اَنْ يُقْبَرَ الرَّجُلُ لَـيْلاً، حَتَّى
يُصَلَّى عَلَـيْهِ، اِلاَّ اَنْ يَضْطَرَّ اِنْـسَانٌ اِلَى ذلِكَ. وَ
قَالَ النَّبِيُّ ص: اِذَا كَـفَّنَ اَحَدُكُمْ اَخَاهُ فَـلْـيُحْسِنْ
كَــفَـنَهُ. احمد و مسلم و ابو داود
Dari
Jabir, bahwa Nabi SAW pernah berkhutbah pada suatu hari, lalu beliau
menyebut tentang seorang laki-laki dari shahabatnya yang telah meninggal
dunia, yang dikafani dengan kafan yang pendek dan dikubur pada malam
hari, maka Nabi SAW melarang mayyit dikubur pada malam hari sehingga ia
dishalati (oleh banyak orang), kecuali ada seseorang yang terpaksa harus
begitu, dan Nabi SAW bersabda : "Apabila salah seorang diantara kamu
mengkafani saudaranya maka baguskanlah kafannya". [HR Ahmad, Muslim dan Abu Dawud, Nailul Authar juz IV halaman 39]
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ نَظَرَ اَلَى ثَـوْبٍ عَلَـيْهِ كَانَ
يَمْرَضُ فِـيْهِ، بِهِ رَدْعٌ مِنْ زَعْفَرَانٍ، فَـقَالَ: اِغْسِلُوْا
ثَـوْبــِى هذَا، وَ زِيْدُوْا عَلَـيْهِ ثَـوْبَـيْنِ، فَكَـفِّـنُوْنــِى
فِيْهَا. قُـلْتُ: اِنَّ هذَا خَلَقٌ. قَالَ: اِنَّ اْلحَيَّ اَحَقُّ
بِاْلجَدِيْدِ مِنَ اْلمَيِّتِ، اِنَّمَا هُوَ لِلْمُهْلَةِ. مختصر من
البخارى
Dari
'Aisyah bahwa Abu Bakar pernah melihat kepada pakaiannya yang ia pakai
di waktu sakit, yang di situ ada bekas-bekas za'faran, lalu ia berkata :
Cucilah pakaianku ini dan tambahlah lagi dua lembar, kemudian kafanilah
aku dengan pakaian itu. Aku (Aisyah) berkata : "Sesungguhnya pakaian
ini sudah bekas". Abu Bakar menjawab : "Sesungguhnya orang yang hidup
lebih berhak memakai yang baru daripada orang yang mati, karena kafan
itu hanya untuk nanah". [Diringkas dari riwayat Bukhari, Nailul Authar juz IV halaman 40]
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ رض قَالَ: لاَ تَغَالَى فِى كَـفَنٍ فَاِنِّى
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ تَغَالَوْا فِى اْلكَـفَنِ،
فَاِنَّهُ يُسْلَـبُهُ سَلْـبًا سَرِيْعًا. ابو داود فى عون المعبود 8:298
Dari
Ali bin Abu Thalib RA, ia berkata : Tidak boleh mengkafani dengan kain
kafan yang mahal-mahal, karena saya pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda : "Janganlah kalian menggunakan kain kafan yang mahal-mahal,
karena sesungguhnya ia akan cepat rusak". [HR. Abu Dawud, 'Aunul Ma'bud juz 8, hal. 298]
Keterangan :
Sabda Nabi SAW, "Apabila salah seorang diantara kamu mengkafani saudaranya maka baguskanlah kafannya" itu yang dimaksud dengan membaguskan kafan yaitu bersih dan suci dapat menutupi dan sederhana (tidak berlebih-lebihan).
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بَـيْنَمَا رَجُلٌ وَاقِفٌ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص
بِعَرَفَةَ اِذْ وَقَعَ عَنْ رَاحِلَـتِهِ فَوَقَصَتْهُ فَذُكِرَ ذلِكَ
لِلنَّبِيِّ ص فَـقَالَ: اِغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَ سِدْرٍ وَ كَـفِّـنُوْهُ
فِى ثَـوْبَـيْهِ وَ لاَ تُحَنِّطُوْهُ وَ لاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ
فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يَـبْعَثُهُ يَوْمَ اْلـقِيَامَةِ مُلَـبِّيًا.
الجماعة
Dari
Ibnu 'Abbas ia berkata : Tatkala seorang laki-laki wuquf bersama
Rasulullah SAW di 'Arafah, tiba-tiba ia jatuh dari kendaraannya,
kemudian patah tulang lehernya, lalu peristiwa itu disampaikan kepada
Nabi SAW, maka beliau bersabda : "Mandikanlah ia dengan air dan bidara,
dan kafanilah dengan kedua pakaian ihramnya, janganlah kamu beri
wangi-wangian dan jangan kamu tutup kepalanya, karena Allah Ta'ala akan
membangkitkannya pada hari qiyamat nanti dalam keadaan berihram. [HR. Jama'ah, Nailul Authar juz IV, hal. 46]
وَ
لِلنَّسَائِيِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
اِغْسِلُوا اْلمُحْرِمَ فِى ثَـوْبَـيْهِ اللَّذَيـْنِ اَحْرَمَ فـِيْهِمَا
وَ اغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَ سِدْرٍ وَ كَـفِّـنُوْهُ بِـثَوْبَـيْهِ وَ لاَ
تُـمِسُّوْهُ بِطِيْبٍ وَ لاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ فَاِنَّهُ يُـبْعَثُ
يَوْمَ اْلـقِيَامَةِ مُحْرِمًا.
Dan
menurut riwayat Nasai dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : "Mandikanlah orang yang mati dalam keadaan ihram dengan kedua
pakaian yang mereka pakai itu, dan mandikanlah dia dengan air dan
bidara, lalu kafanilah dengan kedua pakaiannya itu, dan janganlah diberi
harum-haruman, serta jangan ditutup kepalanya, karena Allah akan
membangkitkannya pada hari qiyamat nanti dalam keadaan berihram". [Nailul Authar juz IV, hal. 46]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْمَ اُحُدٍ
بِالشُّهَدَاءِ اَنْ نَـنْزِعَ عَنْهُمُ اْلحَدِيْدَ وَ اْلجُـلُوْدَ وَ
قَالَ: اِدْفـِنُوْهُمْ بِدِمَائـِهِمْ وَ ثـِيَابِـهِمْ. احمد و ابو داود و
ابن ماجه
Dari
Ibnu 'Abbas, ia berkata : "Rasulullah SAW pada hari perang Uhud
memerintahkan tentang para shuhada agar baju besi dan jaket kulit mereka
dilepaskan dan beliau bersabda : "Kuburlah mereka dengan darah dan
pakaian mereka". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah, Nailul Authar juz IV, hal. 45]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ ثَعْلَـبَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ يَوْمَ
اُحُدٍ: زَمِّلُوْهُمْ فِى ثِـيَابِـهِمْ وَ جَعَلَ يَدْفِنُ فِى
اْلـقَبْرِ الرَّهْطَ وَ يَقُوْلُ: قَدِّمُوْا اَكْـثَرَهُمْ قُرْآنــًا.
احمد
Dari
Abdullah bin Tsa'labah bahwa Rasulullah SAW bersabda pada hari perang
Uhud : "Selimutilah mereka dengan pakaian mereka", dan Rasulullah SAW
mengubur mereka secara massal di dalam satu liang lahat dan bersabda :
"Dahulukan diantara mereka yang lebih banyak (hafalan) Al-Qur'annya". [HR. Ahmad, Nailul Authar juuz IV, hal. 45]
Keterangan :
Dua
hadits terakhir ini menunjukkan bahwa kita diperintahkan mengubur orang
yang mati syahid itu dengan pakaian yang dipakai sewaktu terbunuh,
dengan melepaskan baju besi dan jaket kulit dan seluruh peralatan perang
lainnya yang dibawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar