Rasulullah Saw adalah anutan yang sempurna dengan teladan-teladan tinggi
yang melebihi semua keluhuran dan kebesaran manusia. Beliau (Rasulullah
Saw) masih dan akan tetap menjadi mercusuar yang menerangi ufuk
kegelapan dan celah-celah kejahilan. Walaupun zaman terus beredar dan
silih berganti, namun manusia tetap dan masih mendapatkan dalam
kepribadian Nabi Muhammad Saw contoh teladan yang sempurna dan mulia
sebagai menara yang melangit menunjuki jalan-jalan kehidupan.
Allah Ta’ala berfirman: “Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al-An’aam 124)
Keagungan keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah Saw pembawa risalah abadi ini, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah ataupun kezuhudan, atau yang menyangkut kepatuhan maupun kesabaran atau yang berkaitan dengan kekuatan dan keberanian, atau dalam masalah politik dan keteguhannya terhadap prinsip-prinsip hidup.
Keagungan keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah Saw pembawa risalah abadi ini, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah ataupun kezuhudan, atau yang menyangkut kepatuhan maupun kesabaran atau yang berkaitan dengan kekuatan dan keberanian, atau dalam masalah politik dan keteguhannya terhadap prinsip-prinsip hidup.
Ini semua perlu kita selami bersama agar kita dapat minum dari air samudra kebesarannya dan telaga kesempurnaannya, mengisi perut kita yang sedang haus
ini, membersihkan dan mensucikan kotoran-kotoran yang masih lengket di
tubuh kita, dengan harapan agar kita menjadi manusia yang suci yang
bermental dan meneladani Rasulullah Saw. menuntut kita untuk mengenal
siapa sih Rasulullah Saw, mengetahui seluk-beluk kehidupan beliau dengan
pemahaman seutuhnya, dan kemudian mengambil teladan beliau dengan
mengamalkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam hal, ini kita sangatlah perlu untuk membaca buku-buku sirah
Rasulullah Saw. Alhamdulillah, para ulama kita tlah pun menyusun
buku-buku sirah yang sahih dengan pemahaman dan uraian yang jelas dan
gamblang untuk dipahami. Beberapa buku sirah Rasulullah Saw yang bagus
sekali antara lain:
- Manhaj Haraki Dalam Sirah Nabi karya Munir Al Ghadban
- Sirah Nabawiyah karya Muhammad Al-Buty
- Muhammad Rasulullah karya Abul Hasan Ali An-Nadwi
- Sirah Rasulullah dari Ibnu Hisham – dll.
- Sirah Nabawiyah karya Muhammad Al-Buty
- Muhammad Rasulullah karya Abul Hasan Ali An-Nadwi
- Sirah Rasulullah dari Ibnu Hisham – dll.
Beberapa aspek kehidupan beliau:
1. Ibadah Rasulullah Saw
2. Kezuhudan Rasulullah Saw
3. Sifat Tawadhu’ Rasulullah Saw
4. Sifat Sabar dan pemaaf Rasulullah Saw
5. Kekuatan Tubuh Rasulullah Saw
6. Keberanian Rasulullah Saw
7. Politik Rasulullah Saw
IBADAH RASULULLAH SAW.
Secara seksama mari kita tengok beberapa catatan hadits tentang ibadah Rasulullah Saw.
1. Berkata Mughirah bin Syu’bah R.a.: “Adalah Rasulullah Saw bangun di waktu malam untuk sholat sehingga bengkak kedua kakinya, dan ketika ditanyakan kepada beliau: ‘Bukankah Allah Swt telah mengampuni dosa-dosa tuan yang telah lampau dan yang akan datang?’
Beliau (Rasulullah Saw) menjawab: ‘Apakah aku tidak akan jadi hamba yang pandai bersyukur?’ ” (HR. Bukhari & Muslim)
2. Dari Al-Qamah katanya: “Aku bertanya kepada Aisyah R.ha.: ‘Apakah Rasulullah Saw menentukan hari-hari untuk menambah ibadah?’
Aisyah menjawab: ‘Tidak, tetapi beliau (Rasulullah Saw) terus-menerus mengerjakannya, dan adakah diantaramu yang kuat beribadah seperti Rasulullah Saw?’ ” (HR. Bukhari & Muslim)
Aisyah menjawab: ‘Tidak, tetapi beliau (Rasulullah Saw) terus-menerus mengerjakannya, dan adakah diantaramu yang kuat beribadah seperti Rasulullah Saw?’ ” (HR. Bukhari & Muslim)
Inilah Rasulullah Saw!! Hati beliau sudah dekat dan melekat kepada
Allah Swt, beliau selalu bersama-Nya di dalam setiap saat, dan dia
sangat cinta beribadah dan bermunajat. Beliau selalu bangun malam untuk
melakukan sholat, dan menyisihkan sebagian waktu siangnya untuk
beribadah pula, sehingga merasakan nikmatnya sholat dan kelezatannya.
Beliau melarang para sahabatnya untuk menirunya dalam hal-hal yang
mereka tidak mampu melakukannya.
Berkata Aisyah R.ha.: “Rasulullah Saw seringkali meninggalkan
pekerjaan yang beliau sangat mencintai untuk melakukannya karena
khawatir dilakukan orang-orang (umatnya) sebagai sesuatu yang wajib atas
mereka.” Anas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah ber-Wishal
ya’ni berpuasa siang malam selama dua atau tiga hari pada akhir bulan
Ramadhan, maka orang-orang sama-sama melakukannya seperti beliau,
akhirnya berita itu sampai kepada Nabi Muhammad Saw, maka beliau
bersabda: “Andaikata bulan ini bisa diperpanjang lagi untukku niscaya
aku terus melakukan Wishal dimana orang-orang yang
berlebih-lebihan itu tidak mampu melakukannya, sesungguhnya aku ini
tidak seperti kamu sekalian, aku diberi makan dan minum oleh Tuhanku
(yaitu menolongku dan menguatkan tubuhku).” (HR. Bukhari & Muslim)
Yang paling perhatian kita dari perilaku Rasulullah Saw adalah
kehebatannya memadukan secara tepat dan baik antara urusan-urusan ibadah
dengan urusan-urusan dunia, pengembangan dan pemecahan
problema-problema perjuangan. Beliau dengan hebatnya mampu membangun
ummat secara sempurna dan membentuk suatu negara yang mengagumkan di
permukaan dunia ini. Mengirimkan utusan kepada raja untuk mengajak
mereka masuk ke dalam agamanya serta menyambut utusan-utusan yang datang
kepada beliau dengan penuh hormat.
Beliau (Rasulullah Saw) adalah seorang komandan perang yang hebat,
disamping juga beliau sanggup bertukar argumentasi dengan tokoh-tokoh
agama dan para negarawan yang ada di sekitarnya. Beliau selalu waspada
demi kemenangan dan demi menjaga kehancuran ummatnya. Beliau juga
mengirimkan beberapa gubernurnya ke beberapa daerah, dibagikannya harta
rampasan perang dengan adil kepada orang yang berhak menerimanya dengan
ucapan: “Kalau aku tidak berbuat adil siapa lagi yang mau berlaku adil?”
Beliau menyebarkan agama, memerinci wahyu yang masih Mujmal, menjelaskannya yang masih kabur dan sukar dimengerti artinya, sehingga bisa mengeluarkan masalah yang Furu’iyah
dari masalah yang prinsip dan menjadikan firman Allah Swt seluruhnya
sebagai titik tolak dari segala masalah yang belum Allah Swt firmankan.
Bukan hanya itu; beliau juga mampu melaksanakan tugas-tugas hariannya
sendiri, sebagai seorang suami bagi isteri-isteri beliau, sebagai ayah
bagi puteri-puteri dan cucu-cucu beliau. Sampai memperbaiki bajunya pun
dilakukan beliau sendiri!!
Subhanallah!!! Di sela-sela kesibukan beliau dalam segala hal di atas, beliau muncul sebagai orang yang cinta beribadah kepada Allah Swt siang dan malam. Namun, walaupun demikian beliau tidak memutuskan dan tidak pula lupa terhadap urusan dunianya. Kemampuan beliau dalam memadukan antara urusan akhirat dan dunia inilah yang menjadikan diri beliau pahlawan di atas pahlawan, dan menjadi teladan ummat satu-satunya dalam sepanjang sejarah kemanusiaan.
Akhirnya dalam aspek ibadah ini, Rasulullah Saw dapat dikatakan orang
telah berhasil dalam tingkatan ibadah yang paling tinggi, karena
kemampuan beliau menjalankan semua yang diperintahkan Allah Swt
kepadanya, seperti: Tahajjud serta ibadah-ibadah lainnya, Tasbih,
Dzikir, dan do’a, dsb.
Allah Ta’ala mengabadikan perintah-perintah ibadah khusus bagi Rasulullah Saw ini dalam Al-Qur’an: (tentunya kita sebagai pengikut beliau adalah pewaris yang Haq untuk juga melakukan perintah-perintah ini).
1. Surat Al-Muzammil 1-7: “Wahai orang-orang yang berselimut,
bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari kecuali sedikit dari padanya
yaitu seperduanya atau kurangilah sedikit dari seperdua itu atau lebih
dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan,
sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusu’) dan
bacaan di waktu itu akan lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang
hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).”
2. Al-Isra’ 79: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkat kamu ke derajad terpuji.”
3. Al-Insan 25-26: “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan
petang dan pada sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan
bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.”
2. Kezuhudan Rasulullah Saw —— Mari kita petik riwayat Abdullah bin
Mas’ud. “Suatu ketika aku datang mengunjungi Rasulullah Saw, ketika itu
beliau baru saja bangun dari tidurnya,
maka aku berkata kepadanya: ‘Ya Rasulullah Saw! bagaimana kalau aku
ingin memberi tuan kasur untuk terhindar dari himpitan yang tak sedap
dipandang itu?’
Rasulullah Saw menjawab: ‘Apa artinya aku dan dunia ini, aku dan
dunia bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon melepaskan
lelah kemudian pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Beliau (Rasulullah Saw) sering berdo’a: ‘Ya Allah, jadikanlah rizqi keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhannya.’ ”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisya R.ha dia berkata: “Rasulullah Saw
tidak makan roti gandum selama tiga hari berturut-turut sejak beliau
datang dari Madinah sampai beliau kembali.”
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik R.a dia berkata: “Fathimah
R.ha memberikan kepada Nabi Muhammad Saw sekerat roti gandum, kemudian
beliau berkata kepada puterinya itu: ‘Ini adalah makanan pertama yang
ayah makan sejak tiga hari ini.”
Subhanallah!! Sifat zuhud inilah yang mendorong Rasulullah Saw untuk
melaksanakan segala perintah-Nya, karena janji Allah Swt yang beliau
yakini, seperti dalam firman-Nya: “Dan akhirat adalah lebih baik bagimu dari pada dunia.” (QS. Ad-Dhuha :
4) “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah
Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan
adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thoha : 131)
Ini bukan berarti bahwa Rasulullah Saw dengan sifat zuhud dan kesederhanaannya itu hendak melepaskan diri dari keluarga dan kesenangan hidup dunia yang Allah Swt sediakan buat hamba-hamba-Nya, karena beliau juga melarang sahabatnya yang ingin hidup membujang dan yang anti kemewahan hidup.
Ini bukan berarti bahwa Rasulullah Saw dengan sifat zuhud dan kesederhanaannya itu hendak melepaskan diri dari keluarga dan kesenangan hidup dunia yang Allah Swt sediakan buat hamba-hamba-Nya, karena beliau juga melarang sahabatnya yang ingin hidup membujang dan yang anti kemewahan hidup.
Janganlah kita berkesimpulan yang salah mengenai Kezuhudan Rasulullah
Saw Perlu disadari bahwa sifat kezuhudan beliau ini bukanlah karena
beliau fakir(melarat), Bakhil (pelit), dan tidak punya makanan
sama sekali. Andai kata beliau menginginkan hidup mewah yang
bergelimungan dengan harta kekayaan dan bersenang-senang dengan
bunga-bunga kehidupan dunia, niscaya dengan patuh dan taat dunia ini
akan tunduk di hadapan beliau. Akan tetapi bukanlah kemewahan hidup di
dunia yang beliau kehendaki. Di balik sifat zuhud Rasulullah Saw sungguh
banyak tersimpan nilai-nilai pendidikan dan pengajaran yang ingin
beliau tanamkan pada ummatnya.
1. Rasulullah Saw ingin menanamkan dan mengajarkan kepada generasi
Muslim tentang arti cinta dan pengorbanan serta kemulyaan. Al-Baihaqi
meriwayatkan dari Aisyah R.ha bahwa ia berkata: Rasulullah Saw tidak
makan selama tiga hari berturut-turut; andaikata kami menghendaki itu
niscaya kami makan, akan tetapi beliau lebih senang memulyakan jiwanya.
2. Rasulullah Saw ingin mendidik generasi Muslim agar biasa hidup sederhana dan Qonaah
(ridha dengan pemberian Allah Swt). Rasulullah Saw khawatir ummatnya
dihinggapi penyakit rakus terhadap bunga-bunga kehidupan dunia yang bisa
melupakan kewajiban da’wah dan jihad.
Beliau khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat Allah Swt.
Beliau juga khawatir kalau-kalau dunia ini terbentang di hadapan mereka yang menjadikan mereka binasa seperti yang telah terjadi pada ummat-ummat sebelum mereka. Semoga kita dijauhkan dari segala yang dikhawatirkan Rasulullah Saw.
Beliau khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat Allah Swt.
Beliau juga khawatir kalau-kalau dunia ini terbentang di hadapan mereka yang menjadikan mereka binasa seperti yang telah terjadi pada ummat-ummat sebelum mereka. Semoga kita dijauhkan dari segala yang dikhawatirkan Rasulullah Saw.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abu Ubaidah R.a. ketika
datang dari Bahrain dengan membawa harta benda yang banyak, setelah
mengerjakan sholat Shubuh orang-orang Anshar ramai-ramai menyambut
kedatangannya. Melihat mereka itu Rasulullah Saw tersenyum, kemudian
beliau bersabda: “Saya mengira kamu sekalian keluar dari tempat ini
karena mendengar Abu Ubaidah datang dengan membawa oleh-oleh yang
banyak.”
Mereka menjawab: ‘Benar ya Rasulullah!’
Mereka menjawab: ‘Benar ya Rasulullah!’
Rasulullah Saw kemudian bersabda: “Bergembiralah dan carilah sesuatu
yang dapat menggairahkan kamu, tetapi demi Allah! bukanlah kemiskinan
dan kefakiran yang saya khawatirkan, tapi saya khawatir kalau dunia ini
membentangkan segalanya di hadapanmu, kemudian kamu berlomba-lomba
mengumpulkan kekayaan seperti mereka juga mencarinya kemudian kamu
binasa karena hartamu seperti yang pernah menimpa mereka.”
3. Rasulullah Saw ingin menampakkan kepada musuh-musuh Islam bahwa
beliau berda’wah, mengajarkan agama kepada manusia bukan karena menaruh
keinginan untuk menumpuk-numpuk harta kekayaan dan kesenangan, kemewahan
dan bukan pula untuk memburu dunia dengan nama agama. Akan tetapi
beliau hanya semata-mata mengharapkan pahala dari Allah Swt, dan hanya
mengharapkan pertemuan dengan Allah Swt.
Beliau tidak menyimpan satu harta pun kecuali makanan yang cukup untuk dimakan malam harinya, dan pakaian yang dapat menutup auratnya. Dan apa-apa yang ada dalam rumah beliau hanyalah barang shodaqah. Begitulah sifat dan sikap beliau dan Nabi-nabi sebelumnya. “Dan dia berkata: Wahai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepadamu sebagai upah bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah Swt, dan aku sekali- kali tidak mengusir orang-orang yang beriman.” (QS. Huud : 29)
3. Sifat Tawadhu’ Rasulullah Saw
Rasulullah Saw sebagai insan kamil banyak mempunyai sifat tawadhu’ dan bahkan sifat ini telah menjadi kebiasaannya sejak kecil, jauh sebelum masa kenabian beliau. Apabila kita tengok dalam Sirah Nabawiyah, akan jelas sekali terbukti betapa harum nama beliau di kalangan kaumnya, karena sifat beliau. Beliu terkenal sekali sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya).
Sifat tawadhu’ inilah yang telah mengangkat diri Rasulullah Saw sebagi orang yang berbudi luhur dan berakhlaq mulia dalam bentuknya yang sempurna dan maha tinggi.
Aisyah R.ha. yang sehari-hari hidup mendampingi Rasulullah Saw menyimpulkan bahwa akhlaq beliau adalah Al-Qur’an. Tidak hanya itu. Allah Swt sendiri pun memuji akhlaq beliau, sebagaimana diabadikan dalam Surat Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Rasulullah Saw sebagai insan kamil banyak mempunyai sifat tawadhu’ dan bahkan sifat ini telah menjadi kebiasaannya sejak kecil, jauh sebelum masa kenabian beliau. Apabila kita tengok dalam Sirah Nabawiyah, akan jelas sekali terbukti betapa harum nama beliau di kalangan kaumnya, karena sifat beliau. Beliu terkenal sekali sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya).
Sifat tawadhu’ inilah yang telah mengangkat diri Rasulullah Saw sebagi orang yang berbudi luhur dan berakhlaq mulia dalam bentuknya yang sempurna dan maha tinggi.
Aisyah R.ha. yang sehari-hari hidup mendampingi Rasulullah Saw menyimpulkan bahwa akhlaq beliau adalah Al-Qur’an. Tidak hanya itu. Allah Swt sendiri pun memuji akhlaq beliau, sebagaimana diabadikan dalam Surat Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Subhanallah!! Betapa tinggi pujian ini. Bukan dari Presiden ataupun
Perdana Menteri, tetapi langsung dari Allah Swt! Orang-orang yang hidup
bersama Rasulullah Saw dan yang pernah menyaksikan cara hidup beliau
mereka menyatakan bahwa beliau selalu memberi salam kepada sahabat
beliau, dari yang kecil sampai yang besar.
Bila beliau berjabatan tangan beliau tidak hendak melepaskan sebelum
sahabat itu melepaskan tangannya. Apabila beliau datang dalam suatu
pertemuan tidak mau duduk sebelum berjabat tangan dengan seluruh
undangan yang hadir. Beliau juga orang yang biasa berbelanja ke
pasar-pasar dengan membawa barang-barang yang beliau beli dengan
tangannya sendiri. Ketika Abu Hurairah hendak membawakan barang-barang
beliannya itu beliau menolaknya sambil berkata: “Akulah yang lebih
pantas membawa barang-barang ini”.
Terhadap kaum buruh dan orang-orang miskin beliau tak pernah
menampakkan rasa sombong dan takabbur. Beliau selalu memenuhi undangan
orang yang mengundangnya, memaafkan orang yang berhalangan. Beliau juga
pernah menambah dan menjahid sandalnya dengan tangannya sendiri, menjadi
penggembala kambing tetangganya, makan bersama-sama dengan para nelayan
beliau, selalu siap menolong orang lain yang membutuhkannya, duduk di
atas tanah tak beralas bukan di atas kursi yang empuk, walaupun beliau
seorang pemimpin besar dunia! Keluhuran budi Rasulullah Saw seperti
tersebut di atas adalah karena didikan Al-Qur’an untuk berbudi luhur,
seperti firman Allah Swt: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syura: 215)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar