Allah SWT
mewajibkan kepada kita untuk berbhakti kepada kedua orang tua, setelah
Allah SWT memerintahkan kepada kita supaya menyembah kepada-Nya serta
tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Firman Allah SWT :
وَ اعْبُدُوا اللهَ وَ لاَ تُشْرِكُوْا بِه شَيْئًا، وَّ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا. النساء:36
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak.
[An-Nisaa' : 36]
وَ
قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوالِدَيْنِ
اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ
كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّـهُمَا اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ
لَّـهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَـهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ
الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا.
الاسراء:23-24
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". [Al-Israa' : 23-24]
وَ
وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدَاكَ
لَتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَآ، اِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَاُنَـبّـئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. العنكبوت:8
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan
kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah
kembalimu, lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
[Al-Ankabuut : 8]
وَ
وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ اِحْسَانًا، حَمَلَتْهُ اُمُّه
كُرْهًا وَّ وَضَعَتْهُ كُرْهًا، وَّ حَمْلُه وَ فِصَالُه ثَـلـثُـوْنَ
شَهْرًا. الاحقاف:15
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. [Al-Ahqaaf : 15]
وَ
وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى
وَهْنٍ وَّ فِصلُه فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَ لِوالِدَيْكَ،
اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. وَ اِنْ جَاهَدَاكَ عَلى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا
لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا، وَ صَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا
مَعْرُوْفًا، وَ اتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ، ثُمَّ اِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. لقمان:14-15
Dan Kami washiyatkan kepada manusia (agar
berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan bergaullah
dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Luqman : 14-15]
Allah SWT menjadikan kedua orang tua kita sebagai perantara lahirnya kita di dunia ini, maka betapa besar jasa keduanya kepada kita, dan bagaimanapun juga kita tidak akan bisa membalas jasa keduanya.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang sebagaimana hadits berikut :
اَنَّ
رَجُلاً اَتَى اِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ: اِنَّ لِىْ اُمًّا، اَنَا
مَطِيَّتُهَا اُقْعِدُهَا عَلَى ظَهْرِى وَ لاَ اَصْرِفُ عَنْهَا وَ جْهِى
وَ اَرُدُّ اِلَيْهَا كَسْبِى، فَهَلْ جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لاَ، وَ لاَ
بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ. قَالَ: وَ لِمَ؟ قَالَ: ِلاَنـَّهَا كَانَتْ
تَخْدُمُكَ وَ هِيَ تُحِبُّ حَـيَاتَكَ. وَ اَنْتَ تَخْدُمُهَا تُحِبُّ
مَوْتَهَا. ابو الحسن الماوردى
Sesungguhnya ada
seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya : "Sesungguhnya
saya mempunyai seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya
tidak pernah bermuka masam kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil
pencaharian saya, apakah yang demikian itu saya telah membalas budinya
?". Rasulullah SAW bersabda : "Belum, walau satu tarikan nafas
panjangnya". Orang itu bertanya pula : "Mengapa demikian ya Rasulullah
?". Jawab beliau : "Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar
kamu panjang umur, sedangkan kamu memeliharanya itu dengan berharap ia
lekas mati". [HR. Abul Hasan Al-Mawardi]
Dan Rasulullah SAW juga pernah ditanya :
يَا
رَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ:
اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ:
اُمُّكَ. ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: اَبُوْكَ. البخارى و مسلم
"Ya
Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhaq saya santuni dengan baik
?". Rasulullah SAW bersabda : "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi :
"Kemudian siapa ?". Beliau menjawab : "Ibumu". Laki-laki itu bertanya
lagi : "Kemudian siapa ?". Beliau menjawab : "Ibumu". Laki-laki itu
bertanya lagi : "Kemudian siapa ?". Jawab beliau : "Bapakmu".
[HR. Bukhari dan Muslim]
Walaupun di dalam hadits tersebut disebutkan "Ibumu" sampai tiga kali,
kemudian baru "Bapakmu", hanya satu kali, ini tidak berarti ibu itu
harus lebih diistimewakan daripada bapak. Bisa juga Nabi SAW menjawab
demikian itu karena melihat kepada kejiwaan orang yang bertanya tadi, ia
kurang memperhatikan kepada ibunya, maka oleh Nabi SAW ia dinasehati
agar berbhakti kepada ibunya hingga tiga kali, baru kemudian kepada
bapaknya, sebagaimana Nabi SAW juga pernah ditanya oleh seseorang : "Amal apakah yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah ?". Jawab beliau : "Jangan marah".
Di lain waktu Rasulullah SAW juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh orang lain, "Amal apa yang paling baik dalam Islam, ya Rasulullah ?". Jawab beliau : "Katakanlah ~Saya beriman kepada Allah~, kemudian istiqamahlah".
Dari dua
jawaban Nabi SAW tersebut bukan berarti Nabi SAW tidak tetap dalam
menjawab, tetapi Nabi SAW dalam menjawabnya melihat kepada kejiwaan
siapa yang dihadapinya itu, sehingga si pemarah dinasehati untuk menahan
marahnya, dan orang yang kurang kuat pendiriannya diberi nasehat agar
memperkuat keimanannya dan beristiqamah.
Dan terbukti di dalam ayat-ayat Al-Qur'an selalu disebutkan :
وَ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا
"dan hendaklah berbhakti kepada kedua orang tua", tanpa membedakan antara ayah dan ibu.
Dan lagi
pula walaupun yang mengandung dan menyusui itu adalah ibu, namun ayah
tidaklah kalah berat tanggungjawabnya, melihat orang laki-laki itu
sebagai pemimpin bagi kaum wanita dan keluarganya, sebagaimana firman
Allah SWT :
اَلرّجَالُ
قَـوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى
بَعْضٍ وَّ بِمَا اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِـهِمْ. النسآء:34
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena laki-laki
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka [An-Nisaa' : 34]
Allah SWT berfirman :
قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا
.... peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ..... [Tahrim : 6]
Ayat-ayat
tersebut, menunjukkan bahwa seorang laki-laki adalah bertanggung-jawab
dalam memimpin dan mengarahkan istri dan anak-anaknya, oleh karena itu
kewajiban berbhakti seorang anak kepada ayah maupun ibunya adalah
sejajar.
Kita
wajib berbhakti kepada kedua orang tua kita, meskipun kedua orang tua
kita belum mau masuk Islam, sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ
اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ رض قَالَتْ: قَدِمَتْ عَلَيَّ اُمِّى وَ
هِيَ مُشْرِكَةٌ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَاسْتَـفْـتَـيْتُ رَسُوْلَ
اللهِ ص. قُلْتُ: اِنَّ اُمِّى قَدِمَتْ رَاغِبَةً (اَىْ طَامِعَةً فِيْمَا
عِنْدِى مِنْ بِرٍّ) اَ فَاَصِلُ اُمِّى؟ قَالَ: نَعَمْ، صِلِى اُمَّكِ.
فَأَنْزَلَ اللهُ: لاَ يَنْهَا كُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ
يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ
اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَ تُقْسِطُوْا اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ
اْلمُقْسِطِيْنَ. البخارى و مسلم و ابو داود و البيهقى
Dari
Asma' binti Abu Bakar RA, ia berkata : "Ibuku datang kepadaku sedang dia
itu masih musyrik pada masa Nabi SAW masih hidup. Lalu saya meminta
pertimbangan atau fatwa kepada Rasulullah SAW, ~Sesungguhnya ibuku
datang kepadaku dengan mengharapkan kebhaktianku kepadanya~. Maka apakah
aku boleh berbuat baik kepadanya ?". Beliau SAW bersabda : "Ya,
tetaplah kamu menghubungi dan berbuat baik kepadanya". Kemudian
Allah menurunkan ayat (yang artinya) "Allah tidak melarang kepadamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil dengan orang-orang yang tidak
memerangi kamu sebab agama, dan tidak mengusir kamu dari kampungmu.
Sesungguhnya Allah itu senang kepada orang-orang yang berlaku adil". (Al-Mumtahanah : 8). [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Baihaqi]
Apabila
kedua orang tua sudah meninggal dunia, anak pun masih bisa berbhakti
kepada keduanya dengan jalan mendoakan dan memohonkan ampun untuk
keduanya, apabila kedua orang tuanya itu muslim (orang Islam),
sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ
اَبِى اُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَةَ السَّاعِدِيِّ قَالَ: بَيْنَمَا
نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذْ جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِى
سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ اَبَوَيَّ
شَيْءٌ اَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ. اَلصَّلاَةُ
عَلَيْهِمَا، وَ اْلاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَ اِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ
بَعْدِهِمَا، وَ صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوْصَلُ اِلاَّ بِهِمَا وَ
اِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا. ابو داود و ابن ماجه و ابن حبان فى حديث صحيحه
Dari
Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi, ia berkata : Pada suatu waktu
kami duduk di samping Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang
laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya : "Ya Rasulullah, apakah
masih ada kesempatan berbhakti kepada kedua orang tua saya yang bisa
saya lakukan sesudah keduanya meninggal dunia ?". Beliau SAW menjawab :
"Ya, masih ada. Yaitu menshalatkannya, memohonkan ampunan bagi mereka
berdua, menyempurnakan (melaksanakan) janji-janjinya sesudah mereka
meninggal dunia, menyambung persaudaraan yang kamu tidak menyambungnya
kecuali melalui keduanya, dan memulyakan shahabat-shahabat keduanya". [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam hadits shahihnya]
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اْلعَبْدَ
لَيَمُوْتُ وَالِدَاهُ اَوْ اَحَدُهُمَا وَ اِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ فَلاَ
يَزَالُ يَدْعُوْ لَهُمَا وَ يَسْتَغْفِرُ لَـهُمَا حَتَّى يَكْـتُـبَهُ
اللهُ بَارًّا. البيهقى فى شعاب الايمان
Dari
Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya ada
seseorang hamba yang ibu-bapaknya telah meninggal dunia atau salah
satunya, hamba itu (dahulunya) durhaka dan tidak berbhakti kepadanya.
Lalu ia selalu mendoakan kebaikan kepada ibu-bapaknya dan selalu
memohonkan ampunan bagi mereka berdua, sehingga Allah mencatatnya
sebagai orang yang berbhakti". [HR Baihaqi di dalam Syu'abul Iman]
عَنْ
مَالِكِ بْنِ زُرَارَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِسْتِغْفَارُ
اْلوَلَدِ ِلاَبِيْهِ مِنْ بَعْدِ اْلمَوْتِ مِنَ اْلبِرِّ. ابن النجار.
Dari
Malik bin Zurarah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Permohonan
ampunan dari anak untuk orang tuanya sesudah meninggalnya adalah
termasuk berbhakti". [HR. Ibnu Najjar]
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا مَاتَ اْلاِنـْسَانُ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ. صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ
يُـنْـتَـفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. البخارى و مسلم و
ابو داود
Dari
Ibnu Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila manusia
itu meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal.
Sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak shalih
yang mendoakannya". [HR. Bukhari dan Abu Dawud]
عَنِ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ. صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ
عِلْمٍ يُـنْـتَـفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. مسلم
Dari
Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : "Apabila anak
Adam itu meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga
hal. Sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak
shalih yang mendoakannya". [HR. Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar