Larangan Durhaka Kepada Kedua Orang tua
Yang
dimaksud dengan durhaka kepada kedua orang tua ialah tidak mau menthaati
perintahnya yang baik-baik, melakukan hal-hal yang dibencinya, membuat
sakit hatinya meskipun hanya dengan kata-kata "hus, cis, ah, dsb", menghina dan merendahkannya.
Firman Allah SWT :
وَ
قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ
اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ
كِلهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ
لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. الاسراء:23
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa' : 23]
وَ
الَّذِيْ قَالَ لِوَالِدَيْهِ اُفّ لَّكُمَآ اَتَعِدَانِـنِيْ اَنْ
اُخْرَجَ وَ قَدْ خَلَتِ اْلقُرُوْنُ مِنْ قَبْلِيْ، وَ هُمَا
يَسْتَغِيْثنِ اللهَ وَيْلَكَ امِنْ، اِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ، فَيَقُوْلُ
مَا هذَا اِلاَّ اَسَاطِيْرُ اْلاَوَّلِيْنَ. اُولئِكَ الَّذِيْنَ حَقَّ
عَلَيْهِمُ اْلقَوْلُ فِيْ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مّنَ
اْلجِنّ وَ اْلاِنْسِ، اِنَّهُمْ كَانُوْا خسِرِيْنَ. الاحقاف:17-18
Dan
orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya : "Cis, bagi kamu
keduanya, apakah kamu memperingatkan kepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, padahal telah berlalu beberapa ummat sebelumku ?". Lalu
kedua ibu bapaknya memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan :
"Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu
dia berkata : "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas
mereka bersama ummat-ummat yang telah berlalu sebelumnya dari jin dan
manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. [Al-Ahqaf : 17-18]
Sabda Rasulullah SAW tentang dosa-dosa besar.
عَنْ
اَنــَسٍ رض قَالَ: ذُكِرَ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص اْلكَبَائِرُ فَقَالَ:
اَلشّرْكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ. البخارى و مسلم الترمذى
Dari
Anas RA ia berkata : Disebutkan tentang dosa-dosa besar di sisi
Rasulullah SAW, lalu sabdanya : "Menyekutukan Allah dengan sesuatu dan
durhaka kepada kedua orang tua". [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal 326]
عَنْ
عُمَرَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَرَأَيـْتُمُ الزَّانِيَ وَ
السَّارِقَ وَ شَارِبَ اْلخَمْرِ، مَا تَقُوْلُوْنَ فِيْهِمْ؟ قَالُوْا:
اَللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. قَالَ: هُنَّ فَوَاحِشُ وَ فِيْهِنَّ
عُقُوْبَةٌ. اَلاَ اُنَـبِّئُكُمْ بِاَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ؟ َاْلاِشْرَاكُ
بِاللهِ، ثُمَّ قَرَأَ: وَ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرى اِثْمًا
عَظِيْمًا، وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ، ثُمَّ قَرَأَ: اَنِ اشْكُرْ لِيْ
وَ لِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. الطبرانى فى الكبير و رجاله ثقات
Dari
Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda : "Pernahkah kamu melihat seorang
pezina, pencuri dan peminum khamr, bagaimana pendapatmu tentang mereka
itu ?". Mereka (para shahabat) menjawab : "Allah dan Rasul-Nya yang
lebih tahu". Beliau bersabda : "Itu adalah perbuatan keji dan pelakunya
akan memperoleh hukuman. Perhatikanlah, aku akan memberitahukan kepadamu
tentang dosa-dosa yang paling besar, yaitu : menyekutukan Allah dengan
sesuatu. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya) "Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar".
[An-Nisaa' : 48]. Dan durhaka kepada kedua orang tua. Lalu beliau
membaca ayat (yang artinya) "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu". [Luqman : 14]. [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir, sedang rawi-rawinya kuat dan terpercaya]
عَنْ
اَبِى بَكْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلاَ اُنَبِّئُكُمْ
بِاَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا. قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ.
قَالَ: َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ. وَ كَانَ
مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: اَلاَ وَ قَوْلُ الزُّوْرِ وَ شَهَادَةُ
الزُّوْرِ. فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.
البخارى و مسلم و الترمذى
Dari
Abu Bakrah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Maukah aku
beritahukan kepadamu tentang sebesar-besar dosa besar ?". Beliau
mengulanginya tiga kali. Kami
menjawab : "Mau ya Rasulullah". Beliau SAW bersabda : "Mensekutukan
Allah dengan sesuatu, dan durhaka kepada kedua orang tua". Pada waktu
itu beliau dalam keadaan bersandar, kemudian beliau duduk. Lalu bersabda
: "Ketahuilah, dan perkatan bohong, serta saksi palsu". Beliau
mengulang-ulang kalimat itu, sehingga (di dalam hati) kami berkata :
"Semoga beliau diam". [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 326]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ اْلعَاصِ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ:
اَلْكَبَائِرُ: َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ وَ
قَتْلُ النَّفْسِ وَ اْليَمِيْنُ اْلغَمُوْسُ. البخارى
Dari
Abdullah bin 'Amr bin 'Ash RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda :
"Dosa-dosa besar ialah mensekutukan Allah dengan sesuatu, durhaka kepada
kedua orang tua, membunuh orang, dan sumpah palsu". [HR. Bukhari, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 326]
Durhaka Kepada Orang tua akan Disegerakan Hukumannya.
عَنْ
اَبِى بَكْرٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ الذُّنُوْبِ
يُؤَخِّرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ اِلاَّ
عُقُوْقَ اْلوَالِدَيْنِ فَاِنَّ اللهَ يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِى
اْلحَيَاةِ قَبْلَ اْلمَمَاتِ. البخارى فى الادب المفرد
Dari
Abu Bakar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Setiap dosa itu
Allah mengakhirkan hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari qiyamat
nanti kecuali hukuman sebab durhaka kepada kedua orang tua, karena
sesungguhnya Allah akan menyegerakan siksaan kepada si pelakunya sejak
masih hidup sebelum matinya". [HR. Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad]
عَنْ
زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَمْسٌ يُعَجِّلُ
اللهُ لِصَاحِبِهَا اْلعُقُوْبـَةَ: َاْلبَغْيُ، وَ اْلغَدْرُ، وَ
اْلعُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ، وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ، وَ مَعْرُوْفٌ لاَ
يُشْكَرُ. ابن لآََل فى مكارم الاخلاق
Dari
Zaid bin Tsabit RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Lima dosa
yang Allah mempercepat siksanya kepada pelakunya ialah : pezina, penipu,
berani kepada kedua orang tua, memutuskan persaudaraan dan tidak terima
kasih kepada suatu kebaikan". [HR. Ibnu La'al di dalam hal Makarimul Akhlaq]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى اَوْفَى رض قَالَ: كُـنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ ص
فَاَتَاهُ آتٍ فَقَالَ: شَابٌّ يَجُوْدُ بِنَفْسِهِ فَقِيْلَ لَهُ قُلْ لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَلَمْ يَسْتَطِعْ. فَقَالَ: كَانَ يُصَلِّى؟
فَقَالَ: نَعَمْ فَنَهَضَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ نَهَضْنَا مَعَهُ فَدَخَلَ
عَلَى الشَّابِّ فَقَالَ لَهُ: قُلْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. فَقَالَ: لاَ
اَسْتَطِيْعُ. قَالَ: لِمَ ؟ قَالَ: كَانَ يَعُقُّ وَالِدَتَهُ، فَقَالَ
النَّبِيُّ ص: اَحَيَّةٌ وَالِدَتُهُ ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ:
اُدْعُوْهَا. فَدَعَوْ هَا. فَجَاءَتْ فَقَالَ: هذَاابْنُكِ؟ قَالَتْ:
نَعَمْ. فَقَالَ لَهَا: اَرَأَيْتِ لَوْ اُجِّجَتْ نَارٌ ضَحْمَةٌ فَقِيْلَ
لَكِ اِنْ شَفَعْتِ لَهُ خَلَّيْنَا عَنْهُ وَ اِلاَّ حَرَّقْنَاهُ
بِهذِهِ النَّارِ اَكُنْتِ تَشْفَعِيْنَ لَهُ؟ قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ
اِذًا اَشْفَعُ لَهُ. قَالَ: فَـاَشْهِدِى اللهَ وَ اَشْهِدِيْنـِى قَدْ
رَضِيْتِ عَنْهُ. قَالَتْ: اَللّهُمَّ اِنِّى اُشْهِدُكَ وَ اُشْهِدُ
رَسُوْلَكَ اَنـِّيْ قَدْ رَضِيْتُ عَنِ ابْنـِى. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ
اللهِ ص: يَا غُلاَمُ، قُلْ: لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. فَقَالَهَا:
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ اَنــْقَذَهُ بِيْ
مِنَ النَّارِ. الطبرانى و احمد مختصرا
Dari
Abdullah bin Abu Aufa RA, ia berkata : Pernah suatu ketika kami sedang
berada di sisi Nabi SAW, tiba-tiba datang seseorang menghadap beliau dan
berkata : "Ya Rasulullah, ada seorang pemuda yang sedang dalam keadaan
sakaratul maut, lalu dikatakan kepadanya : "Ucapkanlah Laa ilaaha illallooh",
tidak bisa mengucapkannya". Rasulullah SAW bertanya : "Apakah ia biasa
melakukan shalat ?". Orang itu menjawab : "Ya, ia biasa melakukan
shalat". Kemudian Rasulullah SAW berangkat menuju ke tempat orang itu
dan kami mengikuti beliau. Kemudian Rasulullah SAW menemui pemuda itu
dan bersabda kepadanya : "UcapkanlahLaa ilaaha illallooh". Ia
menjawab : "Saya tidak bisa". Rasulullah SAW bertanya : "Mengapa tidak
bisa". Orang yang ada di situ berkata : "Orang ini dahulu berani kepada
ibunya". Nabi SAW bertanya : "Apakah ibunya masih hidup ?". Mereka
menjawab : Ya, ibunya masih hidup". Rasulullah SAW bersabda :
"Panggillah ibunya supaya datang kemari". Mereka lalu memanggilnya,
kemudian ibunya datang. Rasulullah SAW bertanya : "Apakah orang ini
anakmu ?". Ibu itu menjawab : "Ya, benar itu anakku". Rasulullah SAW
bersabda kepada ibunya pemuda itu : "Bagaimanakah pendapatmu, seandainya
kalau di sini dinyalakan api yang besar, lalu kamu ditanya : "Kalau
kamu mau menolong dia kami akan membebaskannya, tetapi kalau kamu tidak
mau menolongnya, anakmu akan kami bakar ke dalam api itu", maukah kamu
menolongnya ?". Ibu itu menjawab : "Ya Rasulullah, kalau begitu, saya
mau menolongnya". Rasulullah SAW bersabda : "Maka saksikanlah kepada
Allah dan saksikanlah kepadaku bahwa kamu telah ridla kepada anakmu".
Ibu tersebut lalu mengucapkan : "Ya Allah, aku mohon Engkau menjadi
saksi dan Rasul-Mu juga menjadi saksi bahwa aku telah ridla kepada
anakku". Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada pemuda itu : "Wahai anak
ucapkanlah Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh (Tidak
ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhamad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya)".
Lalu pemuda itu bisa mengucapkannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan orang ini lantaran aku
dari api neraka". [HR. Thabrani dan Ahmad, dengan diringkas, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 331]
Membuat Susah dan Menangisnya Kedua Orang tua Termasuk Durhaka.
عَنْ عَلِيٍ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَحْزَنَ وَالِدَيْهِ فَقَدْ عَقَّهُمَا. ابن الخطيب
Dari
Ali Karamalloohu wajhah, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda :
"Barangsiapa yang membuat susah kedua orang tuanya maka sungguh ia itu
telah durhaka kepadanya". [Ibnul Khotib]
Bukhari mengeluarkan di dalam Al-Adabul Mufrad dari Ibnu Umar RA :
بُكَاءُ اْلوَالِدَيْنِ مِنَ اْلعُقُوْقِ
Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepadanya.
Bukhari mengeluarkan juga di dalam hal Adab, Ibnu Umar RA berkata :
بُكَاءُ اْلوَالِدِيْنِ مِنَ اْلعُقُوْقِ وَ الْكَبَائِرِ
Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepada orang tua dan termasuk dosa besar.
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ اْلعَاصِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص
قَالَ: مِنَ اْلكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيـْهِ. قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ وَ هَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ،
يَسُبُّ اَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ اَبَاهُ وَ يَسُبُّ اُمَّهُ فَيَسُبُّ
اُمَّهُ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى
Dari
Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah
SAW telah bersabda : "Termasuk dosa besar ialah seseorang mencaci maki
kepada kedua orang tuanya". Mereka (para shahabat) bertanya : "Ya
Rasulullah, apakah ada seseorang mencaci maki kedua orang tuanya ?".
Beliau SAW bersabda : "Ya, ada. Seseorang mencaci maki ayah orang lain,
lalu orang lain itu membalas mencaci maki ayah orang itu dan seseorang
mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain itu membalas mencaci maki
ibunya". [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib juz 3, hal. 328]
و
فى رواية للبخارى و مسلم: اِنَّ مِنْ اَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ اَنْ يَلْعَنَ
الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ كَيْفَ يَلْعَنُ
الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ اَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ اَبَاهُ
وَ يَسُبُّ اُمَّهُ فَيَسُبُّ اُمَّهُ.
Dan di
dalam riwayat Bukhari dan Muslim : "Sesungguhnya termasuk sebesar-besar
dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya". Beliau
ditanya : "Ya Rasulullah, bagaimana ada seseorang melaknat kedua orang
tuanya ?". Beliau bersabda : "Seseorang mencaci maki ayah orang lain,
lalu orang lain tersebut membalas mencaci maki ayah orang itu. Dan
seseorang mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain itu membalas
mencaci maki ibunya". [Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 328]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar