10. Khamr Tidak Boleh Dijadikan Sebagai Obat.
Tentang menggunakan khamr sebagai obat itu, diterangkan dalam hadits sebagai berikut :
مَا اَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ اِلاَّ اَنْزَلَهُ شِفَاءً. البخارى صحيح
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya. [HSR. Bukhari]
اِنَّ
اللهَ اَنْزَلَ الدَّاءَ وَ الدَّوَاءَ وَ جَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً
فَتَدَاوَوْا وَ لاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ. ابو داود صحيح
Sesungguhnya
Allah telah menurunkan penyakit dan juga obat(nya). Dan Dia telah
mengadakan obat bagi tiap-tiap penyakit. Maka berobatlah, dan jangan
berobat dengan (barang) yang haram. [HSR Abu Dawud]
اِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَ جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ. احمد
Sesungguhnya
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar
baginya, yang diketahui oleh orang yang pandai dan tidak diketahui oleh
orang yang bodoh. [HR. Ahmad]
قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الدَّوَاءِ اْلخَبِيْثِ. مسلم
Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW melarang berobat dengan obat yang jelek". [HSR. Muslim]
Di dalam perkataan jelek itu, termasuk juga barang yang diharamkan seperti : khamr, babi, dan lain-lainnya.
Dengan keterangan-keterangan hadits, nyatalah bagi kita, bahwa tiap-tiap penyakit itu, ada
obatnya. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mempedulikan hal itu, hingga
menyebabkan kita berobat dengan barang-barang yang diharamkan Allah.
Dari keterangan-keterangan itu, kita dapat mengerti, bahwa berobat
dengan barang yang telah diharamkan oleh syara' itu haram pula hukumnya.
Dan larangan berobat dengan arak itu, dengan terang dan tegas disebut
dalam hadits sebagai berikut :
قَالَ
وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ: اِنَّ طَارِقَ بْنَ سُوَيْدٍ سَأَلَ النَّبِيَّ ص
عَنِ اْلخَمْرِ، فَنَهَاهُ عَنْهَا فَقَالَ: اَصْنَعُهَا لِلدَّوَاءِ.
قَالَ: اِنَّهُ لَيْسَ بِدَوَاءٍ وَ لكِنَّهُ دَاءٌ. مسلم و الترمذى صحيح
Wail bin
Hujr telah berkata, bahwasanya Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada
Nabi SAW tentang khamr, maka Nabi melarang hal itu. Lalu ia berkata,
"Saya membuatnya untuk dijadikan obat". Maka Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya khamr itu bukan obat, tetapi penyakit". [HSR. Muslim dan Tirmidzi]
قَالَ بْنُ مَسْعُوْدٍ فِى اْلمُسْكِرِ: اِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كَمْ فِيْمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ. البخارى صحيح
Ibnu
Mas'ud telah berkata tentang barang yang memabukkan, "Sesungguhnya Allah
tidak menjadikan obat bagimu pada barang yang Dia telah mengharamkan
padanya". [HSR. Bukhari]
Dua keterangan yang baru tersebut ini
menegaskan bahwa khamr itu bukan obat, tetapi penyakit, yakni bisa
menimbulkan penyakit, walaupun orang menggunakan sebagai obat. Dan kita
dilarang menjadikan khamr sebagai obat.
11. Larangan Duduk Pada Jamuan Makan yang di situ Disuguhkan/ Diedarkan Khamr.
Berdasar
sunnah Nabi SAW, orang Islam diharuskan meninggalkan tempat jamuan yang
ada khamrnya, termasuk duduk-duduk dengan orang yang sedang minum khamr.
Diriwayatkan dari 'Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدَنَّ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد
Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali ia duduk
pada suatu hidangan yang padanya diedarkan khamr. [HR. Ahmad]
عَنْ
جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ
اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا
اْلخَمْرُ. الدارمى
Dari
Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia duduk pada jamuan makan
yang ada minum khamr padanya". [HR. Ad-Darimiy]
Setiap
muslim diperintah untuk menghentikan kemungkaran jika menyaksikan-nya.
Tetapi jika tidak mampu, dia harus menyingkir atau meninggalkannya.
Dalam
salah satu kisah diceritakan, bahwa Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz
pernah mendera orang-orang yang minum khamr dan yang ikut menyaksikan
jamuan mereka itu, sekalipun orang yang menyaksikan itu tidak turut
minum bersama mereka.
Dan diriwayatkan pula,
bahwa pernah ada suatu qaum yang diadukan kepadanya karena minum khamr,
kemudian beliau memerintahkan agar semuanya didera. Lalu ada orang yang
berkata, bahwa diantara mereka itu ada yang berpuasa. Maka jawab 'Umar,
"Dera dulu, dia !". Apakah kamu tidak mendengar firman Allah :
وَ
قَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى اْلكِتبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ ايتِ اللهِ
يُكْفَرُ بِهَا وَ يُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتَّى
يَخُوْضُوْا فِى حَدِيْثٍ غيْرِهِ اِنَّكُمْ اِذًا مّثْلُهُم. النساء:140
Sungguh
Allah telah menurunkan kepadamu dalam Al-Qur'an, bahwa apabila kamu
mendengar ayat-ayat Allah ditentang dan diejeknya. Maka itu janganlah
kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka itu memasuki dalam
pembicaraanan yang lain. Sebab sesungguhnya jika kamu berbuat demikian
adalah sama dengan mereka. [QS. An-Nisaa' : 140]
12. Nabi SAW pernah melarang wadah yang biasa digunakan membuat/ menyimpan khamr, kemudian membolehkannya.
عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَدِمُوْا عَلَى النَّبِيِّ ص.
فَسَأَلُوْهُ عَنِ النَّبِيْذِ، فَنَهَاهُمْ أَنْ يَنْبُذُوْا فِى
الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ. متفق عليه
Dari
'Aisyah RA, bahwa utusan Abdul Qais menghadap Nabi SAW, lalu mereka
bertanya kepada beliau tentang (membuat) minuman. Lalu Nabi SAW melarang
mereka membuat minuman di tempat (wadah) dari dubba', naqir, muzaffat
dan guci. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ لِوَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ
اَنْهَاكُمْ عَمَّا يُنْبَذُ فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْحَنْتَمِ
وَالْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari
Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada utusan Abdul Qais :
"Aku melarang kamu (minum) minuman yang dibuat pada dubba', pada naqir,
pada guci dan di wadah yang dicat". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ
مَيْمُوْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ: لاَ تَنْبُذُوْا فىِ الدُّبَّاءِ
، وَلاَ فىِ الْمُزَفَّتِ ، وَلاَ فِى النَّقِيْرِ، وَلاَ فِى الْجِرَارِ،
وَ قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد
Dari
Maimunah RA, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, "Jangan kamu
membuat minuman pada dubba', jangan pada wadah yang dicat, jangan pada
lubang kayu, dan jangan di guci". Dan beliau bersabda, "Setiap minuman
yang memabukkan itu haram". [HR. Ahmad].
عَنِ ابْنِ أَبِى اَوْفَى قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص. عَنْ نَّبِيْذِ الْجَرِّ اْلاَخْضَرِ. متفق عليه
Dari Ibnu Abi Aufa RA ia berkata, "Nabi SAW melarang minuman (yang dibuat pada) guci hijau". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ تَنْبُذُوْا فِى الدُّبَّاءِ وَ الْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari Ali RA. ia berkata, "Rasulullah SAW melarang kamu membuat minuman pada dubba' dan pada wadah yang dicat". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
وَ
فِى رِوَايَةٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ الْمُزَفَّتِ وَ
الْحَنْتَمِ وَ النَّقِيْرِ، قِيْلَ ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: مَا الْحَنْتَمُ ؟
قَالَ: اَلْجِرَارُ الْخُضَرُ. احمد و مسلم
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Nabi SAW melarang (membuat minuman
pada) wadah yang dicat, pada hantam dan pada lubang kayu. Abu Hurairah
ditanya, "Apa Hantam itu ?". Ia menjawab, "Guci yang hijau". [HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ
اَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ
اللهِ مَاذَا يَصْلُحُ لَنَا مِنَ اْلاَشْرِبَةِ ؟ قَالَ: لاَ تَشْرَبُوْا
فِى النَّقِيْرِ، فَقَالُوْا جَعَلْنَا اللهُ فِدَاكَ، اَوَ تَدْرِى مَا
النَّقِيْرُ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلْجَذْعُ يُنْقَرُ فِى وَسَطِهِ، وَ لاَ فِى
الدُّبَّاءِ، وَ لاَ فِى الْحَنْتَمِ، وَ عَلَيْكُمْ بِالْمُوْكِى. احمد و
مسلم
Dari
Abu Sa'id, bahwa utusan Abdul Qais bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang
boleh bagi kami dari berbagai minuman ? Nabi SAW menjawab, "Jangan kamu
minum di wadah naqir". Lalu mereka bertanya, "Semoga Allah menjadikan
kami tebusanmu. Apa naqir itu ?" Nabi menjawab, "Yaitu batang kurma yang
dilubangi pada tengah-tengahnya. Jangan kamu (minum) pada dubba',
jangan (pula) pada guci, dan hendaklah kamu (minum) pada bejana yang
tertutup". [HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ
الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ، وَ الْمُزَفَّتِ. مسلم و النسائى و ابو داود
Dan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang memakai wadah dubba', guci dan wadah yang dicat. [HR. Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالاَ: حَرَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَبِيْذَ اْلجَرِّ. احمد و مسلم و النسائى و ابو داود
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, mereka berkata, "Rasulullah SAW mengharamkan (minuman) dalam guci". [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلحَنْتَمَةِ، وَ هِيَ
اْلجَرَّةُ، وَ نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَ هِيَ اْلقَرْعَةُ، وَ نَهَى عَنِ
النَّقِيْرِ، وَ هِيَ اَصْلُ النَّخْلِ يُنْقَرُ نَقْرًا وَ يُنْسَحُ
نَسْحًا، وَ نَهَى عَنِ اْلمُزَفَّتِ، وَ هُوَ اْلمُقَـيَّرُ، وَ اَمَرَ
اَنْ يُنْبَذَ فِى اْلاَسْقِيَةِ. احمد و مسلم و النسائى و الترمذى و صححه
Dari
Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang (minuman pada) hantam,
yaitu guci, dan beliau melarang dari dubba' yaitu labu (waloh yang
dihilangkan isinya), melarang (minuman pada) naqir, yaitu batang kurma
yang dilubangi atau dikerat, melarang (minum pada) muzaffat, yaitu wadah
yang diberi tir, dan (Nabi) menyuruh membuat minuman pada tempat-tempat
minuman (biasa). [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya].
عَنْ
بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ
اْلاَشْرِبَةِ اِلاَّ فِى ظُرُوْفِ اْلاَدَمِ، فَاشْرَبُوْا فِى كُلِّ
وِعَاءٍ غَيْرَ اَنْ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. احمد و مسلم و ابو داود و
النسائى
Dari
Buraidah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku pernah melarang
kamu beberapa minuman kecuali (minuman yang) di kantong-kantong kulit
yang disamak. Sekarang minumlah (minuman) di semua tempat minuman, tapi
jangan kamu minum (minuman yang) memabukkan". [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai]
و
فى رواية: نَهَيْتُكُمْ عَنِ الظُّرُوْفِ وَ اِنَّ ظَرْفًا لاَ يُحِلُّ
شَيْئًا وَّ لاَ يُحَرِّمُهُ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا
البخارى و ابا داود
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, "Aku pernah melarang kamu beberapa wadah
(minuman), namun (ketahuilah) sesungguhnya wadah (itu sendiri) tidak
bisa menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya dan setiap minuman yang
memabukkan itulah yang haram". [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Abu Dawud].
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ النَّبِيْذِ فِى الدُّبَّاءِ
وَ النَّقِيْرِ وَ اْلمُزَفَّتِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذلِكَ: اَلاَ كُنْتُ
نَهَيْتُكُمْ عَنِ النَّبِيْذِ فِى اْلاَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوْا فِيْمَا
شِئْتُمْ وَ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. مَنْ شَاءَ اَوْكَى سِقَائَهُ
عَلَى اِثْمٍ. احمد
Dari
Anas, ia berkata : Rasulullah SAW melarang membuat minuman di dubba', di
lubang kayu, di guci dan di wadah yang dicat. Kemudian sesudah itu,
beliau bersabda : "Benar aku pernah melarang kamu membuat minuman di
beberapa wadah, namun (sekarang) boleh kamu minum di wadah mana saja
yang kamu sukai, tapi janganlah minum minuman yang memabukkan, barang
siapa (tetap) menghendaki (minuman yang memabukkan) berarti ia menutupi
wadahnya itu dengan dosa". [HR. Ahmad].
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: اَنَا شَهِدْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
حِيْنَ نَهَى عَنِ النَّبِيْذِ اْلجَرِّ. وَ اَنَا شَهِدْتُهُ حِيْنَ
رَخَّصَ فِيْهِ، وَ قَالَ: وَ اجْتَنِبُوْا كُلَّ مُسْكِرٍ. احمد
Dari
Abdullah bin Mughaffal RA ia berkata, saya menyaksikan Rasulullah SAW
ketika beliau melarang membuat minuman pada guci dan saya pun
menyaksikan ketika beliau memberi keringanan padanya. Seraya bersabda,
"Dan jauhilah setiap minuman yang memabukkan". [HR. Ahmad].
Keterangan :
Dubba'
ialah labu (waloh) yang dihilangkan isinya. Hantam atau jarrah ialah
guci (hijau). Naqir ialah batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan
muqayyar atau muzaffat ialah wadah yang diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah
tersebut pada waktu itu biasa digunakan membuat/menyimpan minuman
keras. Oleh karena itu beliau melarangnya menggunakan wadah-wadah
tersebut.
Tetapi
setelah orang-orang mengetahui dengan jelas tentang haramnya khamr, maka
beliau membolehkan minum pada wadah apa saja, asalkan bukan minum
minuman yang memabukkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar