6. Ejekan Walid bin Mughirah
Walid bin
Mughirah adalah seorang pemuka bangsa Quraisy yang sangat membenci dan
merintangi Nabi SAW dan dakwahnya. Pada waktu itu ia terkenal sebagai
seorang hartawan, dermawan dan bangsawan dikota Makkah dan sekelilingnya.
Pada
suatu waktu ia datang kepada Nabi SAW, lalu Nabi SAW membacakan beberapa
ayat firman Allah. Setelah ia mendengar ayat-ayat itu, tertegunlah ia
dantertariklah perasaannya serta tergeraklah hatinya hendak beriman
kepada Nabi Muhammad
SAW dan kepada ayat-ayat Al-Qur'an itu. Setelah ia kembali kepada
kawan-kawannya, lalu memberitahukan hal itu dan apa-apa yang telah
didengarnya. Oleh sebab itu para kawannya terperanjat dan menganggap
bahwa ia telah terkena sihirnya Muhammad. Oleh sebab itu mereka datang
kepada Abu Jahal untuk menceritakan keadaan Walid bin Mughirah.
Setelah
Abu Jahal mendengar berita yang demikian, ia segera berkata kepada
mereka, "Saya sanggup memenuhi hajat saudara-saudara sekalian; dan
sayalah nanti yang akan membereskan perkara ini".
Kemudian
Abu Jahal segera menemui Walid, dan berkata: "Hai pamanku! Bahwasanya
kaummu hendak mengumpulkan harta benda mereka, lalu mereka berikan
kepadamu, dengan maksud agar engkau mengganggu Muhammad.
Walid
sangat heran mendengar perkataan Abu Jahal yang demikian itu. Maka iapun
tersenyum dan berkata kepada Abu Jahal : Sesungguhnya bangsa Quraisy
sudah mengetahui bahwa akulah orang yang paling banyak harta bendanya di
antara mereka. Mengapa mereka pura-pura akan mengumpulkan harta benda
untuk diberikan kepadaku?"
Abu Jahal
berkata: "Jika demikian, sudi apalah kiranya engkau mengatakan tentang
Muhammad yang menunjukkan, bahwa engkau sungguh mengingkari dan benci
kepadanya. Dan sampaikanlah pernyataanmu itu kepada kaummu!"
Permintaan ini oleh Walid dijawab dengan tegas :
وَمَاذَا
اَقُوْلُ ؟ فَوَاللهِ مَا فِيْكُمْ رَجُلٌ اَعْلَمُ بِالشّعْرِ مِنّى لاَ
بِرَجَزِهِ وَلاَ بِقَصِيْدِهِ مِنّى وَلاَ بِاَشْعَارِ الْجِنّ. وَاللهِ
مَا يُشْبِهُ هذَا الَّذِيْ يَقُوْلُ شَيْئًا مِنْ هذَا فَوَاللهِ اِنَّ
لِقَوْلِهِ لَحَلاَوَةً. وَاِنَّ عَلَيْهِ لَطَلاَوَةً. وَاِنَّ اَعْلاَهُ
لَمُثْمِرٌ وَاِنَّ اَسْفَلَهُ لَمُغْذِقٌ وَاِنَّهُ لَيَعْلُوْ وَمَا
يُعْلَى وَاِنَّه لَيَحْطِمُ مَا تَحْتَهُ.
"Apa yang akan kukatakan? Demi Allah! Tidak ada
di antara kamu sekalian orang laki-laki yang lebih mengerti dari pada
aku tentang syi'ir-syi'ir, baik rajaznya maupun qashidahnya dan
syi'ir-syi'ir jin-pun. Demi Allah! Tidak ada suatu syi'ir yang dapat
menyamai apa yang dibaca oleh Muhammad ! Demi Allah ! Sungguh
perkataannya adalah sangat manis; dan sungguh susunan katanya adalah
sangat indah, dan sungguh diatasnya sangat berbuah; dan sungguh
dibawahnya sangat subur; dan sesungguhnya perkataannya adalah sangat
tinggi dan tidak ada yang melebihi tingginya; dan sesungguhnya perkataan
itu tentu dapat mengalahkan barang apa yang dibawahnya.
Abu Jahal
mendengar jawaban Walid seperti itu tentu saja sangat bingung
fikirannya; tetapi sebab ia ingat akan kesanggupannya kepada para
kawannya tadi, maka ia memberanikan diri untuk menjawab lagi. Ia
berkata: "Wahai paman, kaummu tidak akan rela kepadamu, kecuali jika
engkau membenci Muhammad !".
Kemudian Walid berkata : "Baiklah, aku akan berfikir dahulu"
Pada waktu itu sangat kacaulah kaum
musyrikin Quraisy, dimana-mana orang selalu membicarakan Walid bin
Mughirah. Ada yang berkata : "Walid sudah keluar dari agamanya yang lama, ia sudah bertukar agama; Walid sudah kena sihir Muhammad, dll".
Para
pemuka dan tokoh musyrikin Quraisy yang sangat memusuhi dan merintangi
Nabi SAW seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan kawan-kawannya, sangat gelisah
sekali memikirkan keadaan Walid tadi. Sebab orang-orang telah
mengetahui bahwa ia adalah seorang yang sangat berpengaruh di kalangan
bangsa Quraisy khususnya dan bangsa Arab umumnya.
Pada
waktu itu muslim Hajji hampir tiba. Oleh karena itu Walid bin Mughirah
menaruh maksud tersembunyi, ia hendak merintangi tersiarnya seruan Nabi
SAW dihadapan jama'ah Hajji nanti. Ia lalu mengumpulkan orang-orang
Quraisy terutama para pemuka dan penganjurnya. Sesudah mereka berkumpul
di rumah Walid, mereka satu persatu ditanya oleh Walid tentang pendapat
mereka masing-masing terhadap diri Nabi SAW dan apa-apa yang dibaca
beliau (ayat-ayat Al-Qur'an).
Ketika
itu Walid berkata: "Hari ini telah dekat musim Hajji. Jadi orang-orang
dari luar negeri sudah barang tentu banyak yang akan datang kemari.
Oleh sebab itu sekarang bagaimana sikap kita untuk menghalang-halangi
Muhammad dan seruannya ? Kita harus menentukan sikap yang tegas, juga
kita harus satu pendapat. Sebab jika kita tidak satu pendapat terhadap
seruan Muhammad itu, sudah barang tentu kitalah yang akan didustakan
oleh para jama'ah Hajji yang tertarik oleh seruannya nanti. Sebab kita
berkeyakinan, bahwa Muhammad nanti pasti mengadakan seruan dan
menyiarkan keinginannya kepada para jama'ah Hajji yang datang dari luar
negeri, dan diantara mereka tentu ada yang tertarik oleh seruan
Muhammad. Oleh sebab itu kita harus mempersatukan cara untuk
membendungnya dan bersikap tegas untuk menghalang-halangi seruan
Muhammad kepada mereka. Jadi, sekarang bagaimana pendapat
saudara-saudara sekalian terhadap diri Muhammad dan apa-apa yang dibaca
serta diajarkannya itu ? Marilah kita bicarakan bersama-sama !".
Ketika
itu masing-masing mereka diam. Lalu salah seorang dari mereka berkata :
"Kemukakanlah pendapat tuan lebih dahulu ! Kami ingin mendengarnya".
Walid menjawab: "Jangan begitu ! Pendapat saudara-saudara dan kawan-kawanlah yang aku minta lebih dulu!"
Kemudian
salah seorang dari mereka ada yang menjawab: "Pendapat saya terhadap
kata-kata yang kerapkali dibaca oleh Muhammad itu ialah kata-kata yang
dibuat oleh seorang kahin".
Walid
menjawab: "Demi Allah ! Muhammad itu bukan seorang kahin (tukang ramal).
Karena kita telah tahu segala sesuatu yang berkenaan dengan diri tukang
ramal, padahal suara tukang ramal itu tidak seperti itu.
Seorang lagi menjawab: "Kata-kata yang sering dibaca oleh Muhammad itu adalah syi'ir-syi'ir buatan (karangannya) sendiri".
Walid
berkata: "Demi Allah ! Muhammad itu bukan ahli syi'ir, dan yang
dibacanya itu bukan syi'ir. Karena kita telah mengerti tentang ahli
syi'ir. Dan bukankah kita telah mengerti pula tentang syi'ir-syi'ir itu ?
Dan saudara sekalian telah mengetahui bahwa aku ini adalah seorang ahli
syi'ir dan yang mengerti tentang syi'ir dan macam-macamnya.
Seorang
lainnya lagi menjawab: "Muhammad itu orang yang gila, dan yang biasa
dibacanya itu dari perkataannya sendiri, yang diucapkannya semaunya
sendiri, asal lidah dan bibirnya berkata-kata saja, dengan tidak
berfikir lebih dulu".
Walid
berkata: "Demi Allah ! Muhammad itu sungguh bukan orang gila, bukan pula
orang yang miring otaknya. Karena saudara sekalian telah tahu, bahwa
jika ia orang gila, sudah tentu ia seringkali mengejar-ngejar orang,
memukul orang lain, melempari orang dan sebagainya; dan
perkataan-perkataan yang diucapkannya sudah barang tentu tidak teratur.
Padahal perkataan-perkataan yang diucapkannya itu adalah sangat teratur,
susunan katanya adalah sangat rapi, dan rasa bahasanya amat menarik.
Lalu ada lagi seorang yang berkata: "Pendek kata Muhammad itu adalah seorang yang ahli sihir, sudah !"
Walid
berkata : "Demi Allah ! Muhammad itu bukan ahli sihir. Karena kita telah
mengerti bahwa sihir itu tidaklah demikian, ahli sihir itu tidak
seperti itu. Dan siapa yang pernah disihirnya ?".
Dan ada yang berkata : "Muhammad itu seorang penipu dan pembohong besar !".
Walid
menjawab : "Demi Allah ! Muhammad itu bukan seorang penipu dan bukan
pula seorang pembohong. Adakah di antara kita yang pernah ditipu atau
dibohonginya ? Bahkan kita masing-masing telah mengetahui bahwa Muhammad
itu sejak kecil ia telah dikenal Al-Amin. Siapakah di antara
saudara-saudara yang tidak kenal bahwa dia itulah Al-Amin ?".
Akhirnya
Abu Jahal tampil kemuka menghadap kepada Walid bin Mughirah dengan
merendahkan diri dan menampakkan kesusahannya seraya berkata : "Wahai
pamanku ! sekarang bagaimana pendapat paman ? Wahai pamanku yang
tercinta ! Apa yang hendak tuan katakan terhadap diri Muhammad dan yang
biasa dibacanya itu ?".
Kemudian
orang-orang lainpun sama berkata kepada Walid, seperti yang dikatakan
oleh Abu Jahal. Dengan tertegun mereka menanti pendapatnya Walid.
Walid menjawab: "Biarkan aku sebentar; aku hendak berfikir lebih dulu !".
Sebentar kemudian Walid bin Mughirah berkata pula :
اِنَّ
اَقْرَبَ الْقَوْلِ فِيْهِ اَنْ تَقُوْلُوْا هُوَ سَاحِرٌ. وَلكِنَّ
سِحَْهُ سِحْرٌ يُؤْثَرٌ يَأْثَرُهُ عَنْ غَيْرِهِ. اَمَا رَأَيْتُمُوْهُ ؟
جَاءَ بِقَوْلٍ. هُوَ سِحْرٌ. يُفَرّقُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَاَبِيْهِ،
وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَوَلَدِهِ وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَاَخِيْهِ، وَبَيْنَ
الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ، وَبَيْنِ الْمَرْءِ وَ عَشِيْرَتِهِ، وَبَيْنَ
الْمَرْءِ وَمَوَالِيْهِ، وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَصَدِيِقْهِ.
Sesungguhnya
dalam perkara ini yang lebih dekat kebenarannya ialah yang bahwa kamu
berkata : "Dia (Muhammad) itu tukang sihir; tetapi sihirnya adalah sihir
yang membekas pada orang lain. Tidakkah kamu sekalian telah melihat, ia
datang dengan membawa perkataan, itulah sihir, lalu dapat menceraikan
antara seseorang dan bapaknya, antara seseorang dan anaknya antara
seseorang dan saudaranya, antara seseorang dan isterinya, antara
seseorang dan familinya, antara seseorang dan budaknya dan antara
seseorang dan temannya.
Setelah
mereka mendengar pendapat Walid demikian itu, dengan segera mereka
menjadi riuh, dan sebahagian berteriak-teriak, karena kegirangan mereka
kepada Walid. Dan seketika itu juga lenyaplah kegelisahan dan hilanglah
kesusahan mereka yang sudah beberapa hari mereka rasakan.
Sehubungan dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW QS. Al-Muddatstsir : 11 s/d 30.
ذَرْنِىْ
وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًا. وَجَعَلْتُ لَه مَالاً مَمْدُوْدًا.
وَبَنِيْنَ شُهُوْدًا. وَمَهَّدْتُ لَه تَمْهِيْدًا. ثُمَّ يَطْمَعُ اَنْ
اَزِيْدَ. كَلاَّ اِنَّه كَانَ ِلايتِنَا عَنِيْدًا. سَأُرْهِقُه
صَعُوْدًا. اِنَّه فَكَّرَ وَقَدَّرَ. فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ
قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمّ نَظَرَ. ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ. ثُمَّ
اَدْبَرَ وَاسْتَكُبَرَ. فَقَالَ اِنْ هذَا اِلاَّ سِحْرٌ يُؤْثَرُ. اِنْ
هذَا اِلاَّ قَوْلُ الْبَشَرِ. سَأُصْلِيْهِ سَقَرَ. وَمَا اَدْرـكَ مَا
سَقَرُ. لاَ تُبْقِى وَلاَ تَذَرُ. لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ. عَلَيْهَا
تِسْعَةَ عَشَرَ. المدثر:11-30
Biarkanlah
Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.
Dan Aku berikan kepadanya harta yang banyak, dan anak-anak selalu
bersamanya, dan Ku lapangkan baginya (rezqi dan kekuasaan) dengan
selapang-lapangnya, kemudian dia ingin supaya Aku menambahnya.
Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang
ayat-ayat Kami. Aku akan menyuruhnya mendaki pendakian yang tinggi.
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang
ditetapkannya), maka celakalah dia ! Bagaimanakah dia menetapkan ?,
kemudian celakalah dia ! Bagaimanakah dia menetapkan ?, kemudian dia
memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan cemberut, kemudian dia
berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata :
"Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari, ini tidak
lain hanyalah perkataan manusia". Aku akan memasukkannya ke dalam
(neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu ? Saqar itu tidak
ada yang ditinggalkannya dan tidak ada yang dibiarkannya. (Neraka
Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada sembilan belas
(malaikat penjaga). [Al-Muddatstsir : 11 - 30].
Selanjutnya
setelah mereka mendengar dan menyetujui pendapat Walid tersebut, maka
dengan itu bersatulah mereka hendak membendung dan menghalang-halangi
dakwah Nabi SAW yang diserukan kepada orang-orang yang mengerjakan Hajji
pada masa itu.
Kemudian
setelah tiba waktunya orang mengerjakan Hajji mereka masing-masing di
setiap jalan yang dilalui oleh para jamaah Hajji selalu menyiarkan
perkataan Walid bin Mughirah tadi kepada jemaah Hajji yang datang dari
luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar