13. Nabi SAW Kembali ke Makkah Dengan Mendapat Perlindungan Muth'im bin 'Ady
Setelah singgah di Bathnu Nakhlah, kemudian Nabi SAW bersama Zaid bin Haritsah melanjutkan perjalanannya pulang ke kota Makkah dengan perasaan susah dan lelah.
Dan
karena beliau ketika berangkat ke Thaif dengan sembunyi-sembunyi, tidak
setahu para kepala dan ketua Quraisy di Makkah, lebih-lebih bepergian
beliau itu dengan tujuan untuk mencari penolong dan pembela kepada
pembesar-pembesar di Thaif, maka sudah tentu telah diketahui oleh para
kepala dan ketua Quraisy di Makkah. Oleh sebab itu, para kepala dan
ketua Quraisy pun telah memutuskan dengan suara bulat dalam
permusyawaratan mereka, bahwa Nabi SAW tidak akan diperkenankan lagi
kembali (pulang) dan bertempat tinggal di Makkah, terutama bertetangga
dengan kaum Quraisy. Nabi SAW pada waktu itu juga telah merasa bahwa para kepala Quraisy tentu telah memutuskan demikian atas
diri beliau, maka beliau merasa tidak mungkin dapat masuk kembali ke
kota Makkah dan bertempat tinggal di kampungnya yang semula; kecuali
jika mendapat perlindungan (jaminan) dari salah seorang kepala Quraisy
yang terkemuka di Makkah. Oleh sebab itu ketika perjalanan beliau sampai
di dekat gunung Hira', beliau lalu mendatangi seorang kenalan beliau
yang bernama Abdullah bin Uraiqith; dan beliau lalu menyuruhnya supaya
pergi ke Makkah untuk bertemu dengan Akhnas bin Syuraiq, seorang ketua
Quraisy di Makkah, supaya dia mau
memberi perlindungan dan menjamin keselamatan diri beliau untuk masuk
kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Oleh Akhnas, permintaan itu
ditolak; dia tidak sanggup menjamin atau melindungi diri Nabi SAW untuk
bertempat tinggal di Makkah. Kemudian Nabi SAW menyuruhnya lagi untuk
meminta perlindungan kepada Suhail bin 'Amr; tetapi Suhail pun tidak
sanggup dan menolak permintaan itu. Kemudian Abdullah bin Uraiqith
disuruh lagi oleh Nabi SAW supaya datang menemui Muth'im bin 'Ady salah
seorang kepala Quraisy juga, agar dia mau memberi perlindungan kepada
diri beliau untuk masuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Setelah
Abdullah bin Uraiqith bertemu dengan Muth'im, lalu ia menyampaikan
permintaan beliau, maka oleh Muth'im permintaan itu diterima dengan
baik.
Muth'im berkata : "Baiklah ! Saya sanggup melindungi Muhammad untuk kembali ke Makkah dan bertempat tinggal dirumahnya semula. Sampaikanlah hal ini kepadanya !".
Demikianlah kesanggupan Muth'im terhadap permintaan Nabi SAW yang sesungguhnya tidak disangka-sangka sebelumnya.
Nabi SAW
setelah menerima jawaban yang melegakan itu, lalu segera memberitahukan
kepadanya tentang hari kedatangannya ke Makkah. Dan Muth'im seketika itu
juga memberitahukan kepada segenap kawannya (ketua-ketua dan
kepala-kepala musyrikin Quraisy), bahwa dia memberi perlindungan atas
diri Muhamnmad untuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Dan mereka
dimintanya; Jangan mengganggu kedatangan Nabi SAW dan jangan pula berbuat yang menyakitkan hatinya, dan supaya beliau dibiarkan kembali dan bertempat tinggal di Makkah.
Pemberitahuan itu diterima dan didengarkan baik-baik oleh mereka.
Kemudian,
pada hari esoknya, disiapkanlah segenap kaumnya Muth'im bin 'Ady dengan
bersenjata untuk menjemput kedatangan Nabi SAW di luar kota Makkah.
Ketika itu Nabi SAW besama shahabat Zaid bin Haritsah dijemput dan
disambut oleh Muth'im bersama pasukan kecil dari kaumnya, lalu beliau
masuk ke kota Makkah dengan selamat. Sesampainya di kota Makkah, Nabi
SAW segera masuk ke masjid dan terus mengerjakan thawaf di sekeliling
Ka'bah. Sewaktu beliau thawaf, Muth'im dengan segenap anak buahnya yang
ikut menjemput tadi menjaganya dengan bersenjata, agar jangan sampai ada seorangpun yang berani mengganggu beliau.
Oleh
karena Muth'im bertindak sedemikian baiknya terhadap diri Nabi SAW, maka
seorang kepala Quraisy yang bernama Abu Sufyan bin Harb bertanya : "Hai Muht'im apakah kamu sekarang ini melindungi diri Muhammad saja ataukah kamu telah mengikut kepadanya ?".
Muth'im menjawab : "Saya hanya melindungi dia".
Abu Sufyan berkata, "Jika demikian, engkau seorang yang tidak merusak tetanggamu".
Kemudian
setelah selesai Thawaf Nabi SAW pulang ke rumah, dan bertempat tinggal
lagi di kampungnya dengan aman dan tenteram, tidak ada seorangpun yang
berani mengganggu beliau.
14. Kedatangan Kepala Qabilah Ad-Dausiy
Diriwayatkan,
Setelah beberapa hari dari kedatangan Nabi SAW dari Tha'if, maka pada
suatu hari datanglah seorang kepala kaum qabilah Ad-Dausiy, bernama
Thufail bin 'Amr Ad-Dausiy ke Makkah. Dia selain seorang kepala qabilah
Ad-Dausiy juga seorang yang pandai tentang sya'ir, mahir menyusun sajak
dan mengarang sya'ir dengan bahasa Arab yang tinggi serta indah.
Dia
datang ke Makkah untuk membuktikan adanya berita-berita yang telah
didengarnya dan tersiar dimana-mana, bahwa di kota Makkah ada seorang
dari keturunan Quraisy yang mempunyai ucapan-ucapan yang luar biasa.
Yakni, jika berkata adalah dengan susunan kata yang sangat menarik hati
dan mengena perasaan orang yang mendengarnya, sehingga banyak orang yang
tertarik dan terpengaruh kepadanya.
Sebagai
seorang pembesar qabilah dan kepala suatu kaum, maka sebelum ia
berangkat menuju ke Makkah, lebih dahulu memberitahukan (mengirim
khabar) kepada para pemuka dan kepala bangsa Quraisy di Makkah tentang
kedatangannya ke Makkah, yaitu pada hari dan bulan yang telah
ditentukannya. Oleh sebab itu, pada hari kedatangannya, oleh para kepala
dan pembesar Quraisy diadakan sambutan meriah sebagai penghormatan
kepadanya.
Oleh
karena tujuan kedatangannya ke Makkah itu tidak diberitahukan maka
dengan sendirinya para kepala dan pembesar Quraisy juga tidak mengerti,
bahwa kedatangannya itu ingin membuktikan kebenaran berita-berita yang
telah didengarnya itu yaitu ingin mendengarkan perkataan-perkataan yang
diucapkan oleh Nabi SAW.
Setelah
dua atau tiga hari Thufail bertamasya dan bertemu dengan para kepala dan
pembesar Quraisy di Makkah, maka pada suatu malam dalam suatu pertemuan
dengan mereka, tiba-tiba Thufail bertanya kepada mereka tentang keadaan
orang yang telah tersiar beritanya yaitu seorang dari keturunan
Quraisy, yang apabila berkata dengan perkataan-perkataan yang susunan
katanya dapat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya.
Memang
ketika itu dia belum mengerti bahwa orang yang telah tersiar beritanya
sampai ke mana-mana itu, adalah seorang yang telah mengaku dirinya Nabi
dan Rasul Allah, yang tengah dibenci dan dimusuhi oleh bangsanya,
diperlakukan sewenang-wenang oleh kebanyakan dari familinya. Oleh sebab
itu, maka ketika Thufail bertanya kepada para kepala Quraisy tentang hal
keadaan pribadi Nabi SAW lalu oleh salah seorang di antara mereka
menjawab : "Hai Thufail, egkau telah datang kemari dengan selamat,
tidak ada halangan suatu apa, dan tidak ada kekurangan suatu apa dalam
kami menghormati engkau. Tetapi sekarang engkau menanyakan kepada kami
tentang seorang laki-laki dari gologan kami (bangsa Quraisy) yang jika
berkata, perkataannya sangat menarik hati dan mengena perasaan orang
yang mendengarnya. Tentang itu ketahuilah olehmu, bahwa orang laki-laki
yang kau tanyakan itu memang betul ada di kota Makkah ini, dan benar
juga ia dari golongan kaum Quraisy. Akan tetapi hendaknya engkau ketahui
juga bahwa ia adalah seorang yang suka berbuat perbuatan yang
menimbulkan perselisihan di antara kami, lalu dari perselisihan itu
menimbulkan perpecahan diantara kami, dan akhirnya dapat membawa
permusuhan diantara kami satu sama lain".
Selanjutnya dikatakan pula oleh salah seorang dari fihak quraisy yang lain : "Adapun
perkataan-perkataan yang dikatakannya itu memang benar dapat menarik
hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya, tetapi ketahuilah
olehmu, bahwa perkataannya dan segala sesuatu yang diucapkannya itu
adalah sihir yang tajam, yang dapat mempengaruhi siapapun yang
mendengarnya. Karena itu ia dapat memisahkan antara seseorang dan orang
tuanya, menceraikan seorang isteri dan suaminya, dapat memutuskan
persaudaraan antara seseorang dan seseorang lainnya dan demikianlah
selanjutnya. Oleh sebab itu, jika engkau menginginkan bertemu dengan
dia, kami sangat khawatir terhadap dirimu dan kaummu. Dan untuk menjaga
keselamatan dirimu maka sebaiknya janganlah engkau datang kepadanya, dan
jangan pula engkau sampai mendengarkan perkataan-perkataannya".
Kemudian Thufail dengan tegas menjawab : "Demi
Allah ! Oleh karena kedatangan saya kemari ini memang sengaja ingin
bertemu dengan dia dan mau mendengarkan sebahagian dari
perkataan-perkataannya, sedang kamu sekalian agaknya tidak
memperkenankan saya akan melanjutkan demikian, maka saya berpendapat,
bahwa cara yang sebaik-baiknya bagi saya begini, "Saya akan mengetahui
roman mukanya saja barang sebentar, dan saya tidak akan berbicara dengan
dia; dan telinga saya akan saya sumbat dengan kapas, agar tidak dapat
mendengar apa yang dikatakannya".
Setelah mereka mendengar jawaban Thufail yang sedemikian itu, terpaksalah mereka memperkenankannya.
Kemudian
pada keesokan harinya kedua telinga Thufail disumbat dengan kapas
sepenuhnya, lalu ia berangkat ke Masjid bersama seorang suruhan kaum
Quraisy untuk menunjukkannya. Ketika itu justru Nabi SAW tengah
mengerjakan shalat di sisi Ka'bah, lalu Thufail mendekatkan dirinya
dengan sengaja untuk melihat roman muka beliau. Setelah mendekat kepada
tempat shalat beliau, kebetulan beliau tengah membaca ayat-ayat
Al-Qur'an di dalam shalatnya. Sebab itu ia pun mendengar suara bacaan
ayat-ayat yang sedang dibaca oleh beliau.
Setelah
Thufail mendengar ayat-ayat yang di baca oleh Nabi SAW dengan suara
nyaring yang susunan katanya sangat jelas terdengar di telinganya, maka
diapun terus mendengarkannya. Lalu timbullah perasaan dalam hati, "Alangkah indahnya perkataan-perkataan itu".
Demikianlah perasaan yang timbul dari dalam hati Thufail. Dan selanjutnya ia berkata di dalam hati, "Saya
tidak akan takut. Apa yang menghalang-halangi saya, jika saya
mendengarkan apa-apa yang dibaca oleh orang itu ? Maka barang yang baik,
sudah tentu akan saya terima, dan barang yang jelek sudah tentu akan
saya lempar. Dan siapa yang akan merintangi saya, jika saya mengenalkan
diri kepada orang itu, lalu saya dapat belajar kepadanya akan sesuatu
yang belum saya ketahui ? Istimewa pula jika saya dapat mempelajari akan
rangkaian kata-kata seperti kata-kata yang diucapkannya itu".
Demikianlah
kata Thufail di dalam hatinya ketika mendengar ayat-ayat yang dibaca
oleh Nabi SAW dalam shalatnya itu, sambil menanti beliau selesai dari
shalatnya.
15. Islamnya Thufail Ad-Dausiy
Nabi SAW
sehabis shalat, lalu pulang ke rumah sebagaimana biasa. Thufail dengan
diam-diam mengikuti dari belakang dengan tidak diketahui oleh beliau.
Setelah beliau sampai ke rumah, Thufail segera ikut masuk ke rumah
beliau, lalu memperkenalkan diri, lalu iapun dipersilahkan duduk.
Sesudah itu dia berkata kepada Nabi SAW : "Ya Muhammad, kedatangan
saya kemari ini adalah sengaja ingin bertemu denganmu dan ingin
mendengarkan bacaan-bacaan yang biasa kau bacakan kepada orang banyak.
Akan tetapi semalam ketika saya bertemu dengan para saudara dan
pemukamu, saya menceritakan kepada mereka akan tujuan saya itu, tetapi
mereka semuanya tidak memperkenankan saya bertemu denganmu dan
mendengarkan bacaan-bacaanmu. Lalu saya terpaksa akan melihat wajahmu
saja, dengan tidak mendengarkan bacaan-bacaanmu, maka kedatangan saya
sekarang ini dengan tersumbat kedua telinga saya dengan kapas".
Demikianlah
kata Thufail kepada Nabi SAW dan akhirnya ia mengemukakan permintaan
kepada beliau, supaya beliau membacakan beberapa ayat yang biasa dibaca
beliau, dan dia siap-sedia untuk mendengarkannya.
Setelah
mendengar permintaan itu, dengan senang hati Nabi SAW mengabulkan
permintaannya, lalu beliau membacakan beberapa wahyu Allah.
Menurut riwayat, ketika itu Nabi SAW membaca ayat-ayat :
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ، اَللهُ الصَّمَدُ،
لَمْ يَـلـِدْ وَ لَمْ يُـوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَّه كُـفُوًا
اَحَدٌ.الاخلاص:1-4
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Dia
lah Allah, Yang Maha Esa. Allah Yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Tiada beranak dan tiada diperanakkan, dan tiada seorangpun yang
setara dengan-Nya. [Al-Ikhlash : 1 - 4]
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ اْلـفَـلَقِ. مِنْ
شَرِّ مَا خَـلَقَ. وَ مِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَ مِنْ شَرِّ
الـنَّـفَّـاثَـاتِ فِى اْلـعُـقَدِ. وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ.
الفلق:1-5
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku
berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai shubuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan
dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. [Al-falaq : 1 - 5]
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّـاسِ. مَلـِكِ
النَّـاسِ. اِلهِ النَّـاسِ. مِنْ شَرِّ اْلوَسْوَاسِ اْلخَـنَّاسِ.
اَلــَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّـاسِ. مِنَ اْلجـِنَّةِ وَ
النَّـاسِ. الناس:1-6
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku
berlindung kepada Tuhan-nya manusia. Raja-nya manusia. Sembahan manusia,
dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam hati manusia, dari jin dan manusia. [An-Naas : 1 - 6]
Setelah Thufail mendengar bacaan ayat-ayat tersebut, ia berkata di hadapan Nabi SAW : "Demi
Allah ! Aku belum pernah mendengar bacaan yang lebih bagus dari pada
ini, dan aku belum pernah mendengar urusan yang lebih lurus dari
padanya".
Dan seketika itu juga ia masuk Islam dengan penuh keikhlasan.
Kemudian Thufail berkata kepada Nabi SAW : "Wahai
Nabi Allah ! Sesungguhnya aku ini adalah seorang yang dithaati oleh
kaumku, dan aku akan kembali kepada mereka, maka aku akan mengajak
mereka kepada Islam; maka dari itu do'akanlah kepada Allah, semoga Allah
memberi pertolongan kepadaku untuk mengajak mereka".
Nabi SAW lalu berdo'a kepada Allah SWT :
اَللّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا.
"Ya Allah, berilah petunjuk kepada golongan Daus !"
Selanjutnya beliau bersabda :
اِذْهَبْ اِلَى قَـوْمـِكَ فَادْعُـهُمْ اِلَى اْلاِسْلاَمِ.
"Kembalilah kamu kepada kaummu, lalu ajaklah mereka itu kepada Islam".
Thufail lalu pulang, dan sesampai kepada qabilahnya lalu dia mengajak famili dan kaumnya supaya masuk Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar