Firman Allah SWT :
وَ
لاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَّشَآءٍ بِنَمِيْمٍ.
مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍ. عُتُلّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ.
القلم:10-13
Dan
janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang
banyak mencela, yang kian-kemari menghamcur fitnah, yang banyak
menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang
kaku kasar, selain dari itu yang terkenal kejahatannya. [QS. Al-Qalam : 10-13]
وَيْلٌ لّكُلّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ. الهمزة:1
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. [QS. Al-Humazah:1]
وَ
مَنْ يَّكْسِبْ خَطِيْئَةً اَوْ اِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِه بَرِيْئًا
فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَّ اِثْمًا مُّبِيْنًا. النساء:112
Dan
barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya
kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat
suatu kebohongan dan dosa yang nyata. [QS. An-Nisaa’ :112]
لاَ
خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مّنْ نَّجْويهُمْ اِلاَّ مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ
اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ، وَ مَنْ يَّفْعَلْ ذلِكَ
ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا.
النساء:114
Tidak ada
kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedeqah atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridlaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [QS. An-Nisaa’ : 114]
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْآ اَنْ
تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِيْنَ. الحجرات:6
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [QS. Al-Hujuraat : 6]
Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ:
اْلمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. وَ
اْلمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. البخارى و مسلم
Dari ‘Abdullah bin
‘Amr bin ‘Ash RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang Islam itu ialah
orang yangmana orang-orang Islam yang lain selmat dari perbuatan lisan
dan tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ
اَبِى مُوْسَى رض قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ
اْلمُسْلِمِيْنَ اَفْضَلُ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ
لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. البخارى و مسلم و النسائى
Dari Abu Musa
RA, ia berkata : Saya pernah bertanya, “Ya Rasulullah, orang Islam yang
bagaimana yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yangmana
orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya”. [HR. Bukhari, Muslim dan Nasai]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ اْلاَعْمَالِ اَفْضَلُ؟ قَالَ:
اَلصَّلاَةُ عَلَى مِيْقَاتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟
قَالَ: اَنْ يَسْلَمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِكَ. الطبرانى باسناد صحيح
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW, aku berkata, “Ya Rasulullah, amal perbuatan yang
bagaimana yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “(Amal yang lebih
utama) ialah shalat pada waktunya”. Saya bertanya lagi, “Kemudian
apalagi, ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Supaya orang-orang selamat
dari lisanmu”. [HR. Thabrani dengan sanad shahih]
عَنْ حُذَيْفَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ نَمَّامٌ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dn Tirmidzi]
عَنْ حُذَيْفَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَتَّاتٌ. البخارى
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah”. [HR. Bukhari]
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ:
اَلنَّمِيْمَةُ وَ الشَّتِيْمَةُ وَ اْلحَمِيَّةُ فِى النَّارِ. و فى لفظ:
اِنَّ النَّمِيْمَةَ وَ اْلحِقْدَ فِى النَّارِ، لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى
قَلْبِ مُسْلِمٍ. الطبرانى
Dari
Ibnu ‘Umar, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Namimah (adu-adu), syatamah (suka mencaci) dan hamiyyah (kesombongan)
adalah di neraka”. Dan dalam satu lafadh, “Sesungguhnya namimah dan
hiqdu (dendam) itu di nerak, kedua-duanya tidaklah bersemayam di dalam
hati seorang muslim”. [HR. Thabrani]
عَنْ
اَبِى بَرْزَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اَلاَ
اِنَّ اْلكَذِبَ يُسَوّدُ اْلوَجْهَ، وَ النَّمِيْمَةُ مِنْ عَذَابِ
اْلقَبْرِ. ابو يعلى و الطبرانى و ابن حبان فى صحيحه و البيهقى
Dari
Abu Barzah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya berdusta itu menghitamkan wjah, dan namimah
itu menyebabkan siksa qubur”. [HR. Abu Ya’la, Thabrani, Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Baihaqiy]
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Dahulu kami pernah berjalan bersama
Rasulullah SAW, lalu kami melewati dua buah qubur. Kemudian beliau
berhenti, maka kamipun berhenti bersama beliau. Lalu wajah beliau
berubah, sehingga bergetar ujung tangan baju beliau. Kami bertanya,
“Mengapa engkau, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Apakah kalian tidak
mendengarkan apa yang aku dengar ?”. Kami bertanya, “Apa, ya Nabiyallah
?”. Beliau bersabda, “Ini, dua orang laki-laki yang sedang disiksa di
dalam quburnya dengan siksa yang keras lantaran dosa (yang mereka
anggap) ringan”. Kami bertanya, “Kenapa mereka itu ?”. Beliau menjawab,
“Salah satu dari keduanya dahulu dia tidak bersih dari kencing. Adapun
yang lain, dia dahulu biasa menyakiti orang-orang dengan lisannya, dan
berjalan di tengah-tengah mereka dengan berbuat namimah”. Lalu beliau
meminta dua pelepah kurma, dan beliau menancapkan pada masing-masing
qubur sebuah pelepah kurma. Kami bertanya, “Apakah yang demikian itu
bermanfaat kepada mereka ?”. Beliau menjawab, “Ya, diringankan (siksa)
keduanya selama dua pelepah kurma itu masih basah”. [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya]
Dari
Ibnu ‘Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah melewati dua qubur yang
(penghuninya) sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa lantaran
perkara yang besar (menurut pandangan manusia), tetapi sesungguhnya
perkara itu besar (menurut pandangan Allah). Adapun seseorang dari
keduanya dahulu biasa kesana-kemari berbuat namimah. Adapun seseorang
yang lain ialah dahulu tidak menjaga (tidak bersih) dari kencing”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Hibban. Lafadh ini bagi Bukhari]
Dari
Abu Umamah RA, ia berkata : Pada suatu hari yang sangat panas Nabi SAW
berjalan lewat jurusan (quburan) Baqii’il Gharqad. Abu Ummah berkata,
“Maka setelah beliau mendengar suara sandal-sandal, beliau menenangkan
diri lalu duduk, sehingga beliau mempersilakan orang-orang berjalan di
depannya supaya tidak timbul suatu kesombongan pada diri beliau. Setelah
beliau melewati (quburan) Baqii’il Gharqad, tiba-tiba beliau melihat
dua quburan orang laki-laki yang orang-orang (baru saja) menguburkannya.
Nabi SAW bertanya, “Siapa yang telah kalian qubur di sini pada hari ini
?”. Mereka menjawab, “Si Fulan dan si Fulan”. Lalu mereka bertanya, “Ya
Nabiyallah, kenapa mereka itu ?”. Nabi SAW menjawab, “Adapun salah satu
dari keduanya, dia tidak bersih dari kencing, adapun yang lain, di
adahulu kesana-kemari berbuat namimah”. Kemudian Nabi SAW mengambil
pelepah kurma yang masih basah, lalu membelahnya dan menancapkannya pada
qubur itu. Para shahabat bertanya, “Ya Nabiyallah, mengapa engkau
berbuat hal ini ?”. Beliau SAW menjawab, “Supaya diringankan (siksa)
dari keudanya”. Mereka bertanya, “Ya Nabiyallah, sampai kapan mereka
berdua itu disiksa ?”. Nabi SAW menjawab, “Itu hal yang ghaib, tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Dan seandainya hati
kalian tidak keluh-kesah dan kalian tidak banyak bicara, sesungguhnya
kalian pasti mendengar apa yang aku dengar”. [HR. Ahmad]
Dari
‘Abdullah bin Busr, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Bukan dari
golonganku orang yang pendengki, orang yang berbat namimah, dan orang
yang percaya kepada dukun, dan aku bukan dari golongannya”. Kemudian
Rasulullah SAW membaca ayat Walladziin yu’dzuunal mu’miniina wal mu’minati bighairi maktasabuu faqadihtamaluu buhtaananw wa itsmam mubiina (Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan
tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka itu telah
berbuat kebohongan dan dosa yang nyata). QS. Al-Ahzaab:58. [HR. Thabrani]
Dari
‘Abdurrahman bin Ghanin, dari Nabi SAW, beliau bersabad, “Sebaik-baik
hamba Allah ialah orang-orang yang apabila mereka itu dipuji, disebutlah
nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang
berjalan kesana-kemari berbuat namimah, orang-orang yang memecah
persatuan dengan mencari-cari cela dan keburukan orang-orang yang
bersih”. [HR. Ahmad]
Dari
Al-’Alaa’ bin Al-Harits RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Orang-orang tukang pengumpat, tukang pencela dan orang-orang yang
berjalan kesana-kemari dengan berbuat namimah yang mencari-cari cela dan
keburukan orang-orang yang bersih, Allah akan mengumpulkan mereka itu
dalam bentuk wajah-wajah anjing”. [HR. Abusy-Syaikh Ibnu Hibban]
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian, apakah al-’adlhu itu
?. Al-’Adlhu adalah perbuatan namimah yang tersebar di tengah-tengah
manusia”. Dan sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang
berbuat jujur sehingga dicatat sebagai orang yang jujur, dan seseorang
berbuat dusta sehingga dicatat sebagai pendusta”. [HR. Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar