Firman Allah SWT :
وَ مَنْ اَحْسَنُ قَوْلاً مّمَّنْ دَعَآ اِلىَ اللهِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَ قَالَ اِنَّنِيْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ. فصلت:33
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri ?”. [QS. Al-Qalam : 10-13]
وَ
قُلْ لّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ الشَّيْطنَ
يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ، اِنَّ الشَّيْطنَ كَانَ لِـْلإِنْسَانِ عَدُوًّا
مُّبِيْنًا. الاسراء:53
Dan
katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik. Sesungguhnya syaithan itu (suka) menimbulkan
perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia. [QS. Al-Israa’ : 53]
[QS. Al-Humazah : 1]
[QS. An-Nisaa’ :112]
[QS. Al-Hujuraat : 6]
Hadits-hadits Nabi SAW :
Dari ‘Abdullah bin
‘Amr bin ‘Ash RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Orang Islam itu ialah
orang yangmana orang-orang Islam yang lain selmat dari perbuatan lisan
dan tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Musa
RA, ia berkata : Saya pernah bertanya, “Ya Rasulullah, orang Islam yang
bagaimana yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yangmana
orang-orang Islam yang lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya”. [HR. Bukhari, Muslim dan Nasai]
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW, aku berkata, “Ya Rasulullah, amal perbuatan yang
bagaimana yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “(Amal yang lebih
utama) ialah shalat pada waktunya”. Saya bertanya lagi, “Kemudian
apalagi, ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Supaya orang-orang selamat
dari lisanmu”. [HR. Thabrani dengan sanad shahih]
Dari Hudzaifah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dn Tirmidzi]
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah”. [HR. Bukhari]
Dari
Ibnu ‘Umar, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Namimah (adu-adu), syatamah (suka mencaci) dan hamiyyah (kesombongan)
adalah di neraka”. Dan dalam satu lafadh, “Sesungguhnya namimah dan
hiqdu (dendam) itu di nerak, kedua-duanya tidaklah bersemayam di dalam
hati seorang muslim”. [HR. Thabrani]
Dari
Abu Barzah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya berdusta itu menghitamkan wjah, dan namimah
itu menyebabkan siksa qubur”. [HR. Abu Ya’la, Thabrani, Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Baihaqiy]
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Dahulu kami pernah berjalan bersama
Rasulullah SAW, lalu kami melewati dua buah qubur. Kemudian beliau
berhenti, maka kamipun berhenti bersama beliau. Lalu wajah beliau
berubah, sehingga bergetar ujung tangan baju beliau. Kami bertanya,
“Mengapa engkau, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Apakah kalian tidak
mendengarkan apa yang aku dengar ?”. Kami bertanya, “Apa, ya Nabiyallah
?”. Beliau bersabda, “Ini, dua
orang laki-laki yang sedang disiksa di dalam quburnya dengan siksa yang
keras lantaran dosa (yang mereka anggap) ringan”. Kami bertanya, “Kenapa
mereka itu ?”. Beliau menjawab, “Salah satu dari keduanya dahulu dia
tidak bersih dari kencing. Adapun yang lain, dia dahulu biasa menyakiti
orang-orang dengan lisannya, dan berjalan di tengah-tengah mereka dengan
berbuat namimah”. Lalu beliau meminta dua pelepah kurma, dan beliau
menancapkan pada masing-masing qubur sebuah pelepah kurma. Kami
bertanya, “Apakah yang demikian itu bermanfaat kepada mereka ?”. Beliau
menjawab, “Ya, diringankan (siksa) keduanya selama dua pelepah kurma itu
masih basah”. [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya]
Dari
Ibnu ‘Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah melewati dua qubur yang
(penghuninya) sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa lantaran
perkara yang besar (menurut pandangan manusia), tetapi sesungguhnya
perkara itu besar (menurut pandangan Allah). Adapun seseorang dari
keduanya dahulu biasa kesana-kemari berbuat namimah. Adapun seseorang
yang lain ialah dahulu tidak menjaga (tidak bersih) dari kencing”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Hibban. Lafadh ini bagi Bukhari]
Dari
Abu Umamah RA, ia berkata : Pada suatu hari yang sangat panas Nabi SAW
berjalan lewat jurusan (quburan) Baqii’il Gharqad. Abu Ummah berkata,
“Maka setelah beliau mendengar suara sandal-sandal, beliau menenangkan
diri lalu duduk, sehingga beliau mempersilakan orang-orang berjalan di
depannya supaya tidak timbul suatu kesombongan pada diri beliau. Setelah
beliau melewati (quburan) Baqii’il Gharqad, tiba-tiba beliau melihat
dua quburan orang laki-laki yang orang-orang (baru saja) menguburkannya.
Nabi SAW bertanya, “Siapa yang telah kalian qubur di sini pada hari ini
?”. Mereka menjawab, “Si Fulan dan si Fulan”. Lalu mereka bertanya, “Ya
Nabiyallah, kenapa mereka itu ?”. Nabi SAW menjawab, “Adapun salah satu
dari keduanya, dia tidak bersih
dari kencing, adapun yang lain, di adahulu kesana-kemari berbuat
namimah”. Kemudian Nabi SAW mengambil pelepah kurma yang masih basah,
lalu membelahnya dan menancapkannya pada qubur itu. Para shahabat
bertanya, “Ya Nabiyallah, mengapa engkau berbuat hal ini ?”. Beliau SAW
menjawab, “Supaya diringankan (siksa) dari keudanya”. Mereka bertanya,
“Ya Nabiyallah, sampai kapan mereka berdua itu disiksa ?”. Nabi SAW
menjawab, “Itu hal yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali
Allah ‘Azza wa Jalla. Dan seandainya hati kalian tidak keluh-kesah dan
kalian tidak banyak bicara, sesungguhnya kalian pasti mendengar apa yang
aku dengar”. [HR. Ahmad]
Dari
‘Abdullah bin Busr, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Bukan dari
golonganku orang yang pendengki, orang yang berbat namimah, dan orang
yang percaya kepada dukun, dan aku bukan dari golongannya”. Kemudian
Rasulullah SAW membaca ayat Walladziin yu’dzuunal mu’miniina wal mu’minati bighairi maktasabuu faqadihtamaluu buhtaananw wa itsmam mubiina (Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan
tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka itu telah
berbuat kebohongan dan dosa yang nyata). QS. Al-Ahzaab:58. [HR. Thabrani]
Dari
‘Abdurrahman bin Ghanin, dari Nabi SAW, beliau bersabad, “Sebaik-baik
hamba Allah ialah orang-orang yang apabila mereka itu dipuji, disebutlah
nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yang
berjalan kesana-kemari berbuat namimah, orang-orang yang memecah
persatuan dengan mencari-cari cela dan keburukan orang-orang yang
bersih”. [HR. Ahmad]
Dari
Al-’Alaa’ bin Al-Harits RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Orang-orang tukang pengumpat, tukang pencela dan orang-orang yang
berjalan kesana-kemari dengan berbuat namimah yang mencari-cari cela dan
keburukan orang-orang yang bersih, Allah akan mengumpulkan mereka itu
dalam bentuk wajah-wajah anjing”. [HR. Abusy-Syaikh Ibnu Hibban]
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian, apakah al-’adlhu itu
?. Al-’Adlhu adalah perbuatan namimah yang tersebar di tengah-tengah
manusia”. Dan sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang
berbuat jujur sehingga dicatat sebagai orang yang jujur, dan seseorang
berbuat dusta sehingga dicatat sebagai pendusta”. [HR. Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar