1. Kaum Musyrikin Mengadakan Musyawarah lagi untuk Merintangi Dakwah Nabi SAW
Setelah
bermacam-macam rintangan, gangguan, siksaan, hinaan, cacian, ejekan dan
berbagai tipu daya untuk merintangi Nabi SAW dan seruannya serta kepada
para pengikutnya tidak dapat menghasilkan apa yang dimaksudkan, maka
mereka (kaum musyrikin
Quraisy) lalu mengadakan pertemuan untuk menunjuk seorang utusan
diantara penganjur dan pemuka-pemuka bangsa Quraisy, untuk datang
menghadap Nabi SAW dengan maksud akan memperdayakan beliau supaya beliau
mau menghentikan seruannya yang berkobar-kobar itu. Hal itu
dimusyawarahkan dengan matang, siapa orang yang hendak ditunjuk untuk
menjadi utusan mereka itu. Karena mereka tahu bahwa Nabi Muhammad SAW itu bukanlah seorang yang mudah diperdayakan.
Rapat itu
dilangsungkan di gedung Darun Nadwah dan dikunjungi oleh para penganjur
dan pemuka bangsa Quraisy (musyrikin) yang kenamaan, seperti Walid bin
Mughirah, 'Utbah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal bin
Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Aswad bin Muththalib, Syaibah bin Rabi'ah,
Zam'ah bin Aswad, Nadhar bin Harits, Nubaih dan Munabbah bin Hajjaj,
'Abdullah bin Abu Umayyah dll.
Dalam
rapat (pertemuan) itu, setelah dirundingkan dengan panjang lebar, maka
ditetapkan bahwa mereka akan menunjuk seorang utusan agar datang menghadap kepada Nabi SAW untuk memperdayakan beliau.
Dan
utusan itu haruslah seorang bangsawan Quraisy, yang seimbang tingkat
kebangsawanannya dengan Nabi Muhmmad SAW, yang gagah berani, yang
berbadan tegap, yang masih agak muda, yang bermuka tampan, yang dapat
bermain lidah, dan pandai berbicara dengan lemah lembut, sehingga
perkataannya dapat menarik pada orang yang mendengarnya dan dapat
memperdayakannya.
Kemudian
setelah mereka memperbincangkan, mempertimbangkan dan memperdebatkan
sepuas-puasnya, maka dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa orang
yang dikehendaki sebagai utusan itu adalah 'Utbah bin Rabi'ah. Karena
dialah yang tepat dan sesuai jika berhadapan muka dengan Nabi SAW dan
untuk berunding dengan beliau.
Keputusan itu diterima dengan gembira yang disertai dengan kesombongan oleh 'Utbah bin Rabi'ah. Karena dia merasa bahwa diantara mereka hanya dialah yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak mereka.
2. Pertemuan 'Utbah bin Rabi'ah dengan Nabi SAW yang Pertama
Setelah
'Utbah bin Rabi'ah terpilih sebagai utusan kaum Musyrikin Quraisy, maka
pada suatu hari ia datang ke rumah Abu Thalib. Setelah ia bertemu dengan
Abu Thalib (paman Nabi SAW), lalu meminta kepadanya supaya memanggil
Nabi SAW ke rumahnya. Abu Thalib lalu mengabulkan permintaan itu, dan
dengan segera Abu Thalib menyuruh seseorang untuk memanggil
keponakannya. Setelah menerima panggilan itu, maka Nabi SAW segera
datang kerumah pamannya.
Nabi SAW
sama sekali tidak menyangka bahwa beliau sedang ditunggu-tunggu oleh
'Utbah di rumah pamannya. Oleh sebab itu, setibanya di rumah Abu Thalib
beliau sedikit tercengang melihat 'Utbah ada di situ. Kemudian Nabi SAW duduk berhadapan dengan 'Utbah.
Setelah Nabi SAW dengan 'Utbah saling berpandangan, lalu 'Utbah berkata lebih dahulu :
"Hai anak
laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golongan kami, dan
engkau telah mengetahui keadaan kita, bahwa kita bangsa Quraisy ini
adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bangsa Arab di dalam pergaulan dan
bermasyarakat, sekarang engkau datang kepada bangsamu dengan membawa
suatu perkara yang besar ! Engkau datang kepada bangsamu dengan membawa
suatu perubahan yang amat berbahaya ! Tidakkah engkau merasa bahwa
kedatanganmu itu telah memecah belah bangsamu yang telah berabad-abad
bersatu, dan mencerai beraikan persaudaraan bangsamu yang telah lama
sejalan, dan engkau telah membodoh-bodohkan orang-orang pandaimu,
mencaci-maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja para orang tuamu,
engkau rendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu
dan bangsamu, engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh
bangsamu dan para leluhurmu, dan engkau sesat-sesatkan
pujangga-pujanggamu yang telah lewat. Kini bangsamu telah berpecah-belah
dan bergolong-golong, disebabkan oleh perbuatanmu.
Kejadian
yang demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Maka dari
itu kami sangat khawatir, apabila nanti bangsamu kedatangan musuh dari
luar, dapatkah kita melawan dan mempertahankan kedudukan kita ? Sudah
tentu tidak dapat. Sebab perpecahan di antara bangsamu itu kini semakin menjadi, yang tentu akan menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
Oleh
sebab itu, kedatanganku hari ini kepadamu, adalah atas nama bangsamu
seluruhnya, dan hendak mengajukan kepadamu beberapa hal yang besar lagi
sangat penting. Tetapi aku meminta kepadamu, bahwa sesudah aku
mengatakannya, hendaklah engkau fikir dengan tenang dan engkau
perhatikan benar-benar, jangan engkau tolak mentah-mentah belaka ! Agar
supaya engkau nanti dapat menerima salah satu dari hal-hal yang akan
kukatakan. Adapun tujuan kami tidak lain dan tidak bukan, supaya
bangsamu yang mulia itu dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali
berdamai seperti yang sudah-sudah".
Kemudian
Nabi SAW. menjawab : "Katakanlah kepadaku segala sesuatu yang hendak
engkau katakan, hai Abul Walid ! Aku akan mendengarkannya".
'Utbah
bin Rabi'ah lalu berkata : "Saya akan bertanya lebih dahulu kepadamu
Muhammad, sebelum saya mengatakan hal-hal yang akan saya katakan itu.
Adakah engkau lebih baik daripada datukmu yang terhormat ('Abdul
Muththalib) ?".
Nabi SAW
waktu itu diam, tidak menjawab sepatah kata pun, 'Utbah lalu melanjutkan
pembicaraannya : "Wahai anak laki-laki saudaraku ! Jika engkau
menganggap bahwa dirimu lebih baik daripada orang-orang tuamu dan nenek
moyangmu dahulu, maka katakanlah hal itu kepadaku, aku akan
mendengarkannya. Dan jika engkau menganggap bahwa orang-orang tuamu dan
nenek moyangmu itu lebih baik daripada engkau, padahal mereka itu dengan
sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan Tuhan-Tuhan yang engkau caci
maki serta engkau hinakan sekarang ini, maka katakanlah hal itu kepadaku
sekarang juga".
Nabi SAW tetap diam saja.
Lantas
'Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya : "Sekarang bagai-mana Muhammad,
apa yang menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu ? Saya
ingin tahu, Muhammad ! Jikalau dengan mengadakan agama baru itu engkau
menginginkan harta benda, kami sanggup mengumpulkan harta benda buat
engkau, sehingga engkau menjadi seorang yang paling kaya diantara kami.
Jikalau engkau menghendaki kemuliaan atau ketinggian derajat, maka kami
sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang paling mulia dan paling
tinggi derajatnya diantara kami, dan kamilah yang akan memuliakanmu.
Jikalau engkau ingin menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat engkau
menjadi raja kami, yang memegang kekuasaan diantara kami, yang
memerintah kami dan kami semuanya tidak akan berani memutuskan sesuatu
perkara melainkan dengan idzinmu atau dari keputusanmu. Jikalau engkau
menghendaki wanita-wanita yang paling cantik, sedang engkau tidak
mempunyai kekuatan untuk mencukupi keperluan mereka, maka kami sanggup
menyediakan wanita-wanita bangsa Quraisy yang paling cantik diatara
wanita-wanita kami, dan pilihlah sepuluh orang atau berapa saja menurut
kehendakmu, dan kamilah yang akan mencukupi keperluan mereka
masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan keperluan mereka itu.
Jikalau engkau sedang sakit, maka kami sanggup mengikhtiarkan obat
dengan harta benda kami sampai engkau menjadi sehat kembali, sekalipun
untuk itu harta benda kami habis, asalkan engkau sehat kembali, tidak
apalah. Dan jikalau engkau menghendaki atau menginginkan hal-hal yang
lain selain hal-hal itu, maka cobalah engkau katakan kepadaku, asal
engkau mau menghentikan perbuatanmu seperti yang sudah-sudah ! Cobalah
engkau katakan kepadaku, pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku
katakan, mana yang engkau suka, katakanlah padaku".
Ketika
'Utbah berkata-kata begitu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan. Setelah
itu beliau bertanya : "Apakah sudah selesai hal-hal yang engkau katakan
kepadaku ?".
'Utbah menjawab : "Ya, saya selesaikan sekian dulu".
Lalu Nabi
SAW bersabda, "Baiklah sekarang saya minta engkau mendengarkan
perkataanku, sebagai jawaban kepadamu. Sukakah engkau mendengarkannya
?".
'Utbah menjawab, "Baiklah katakanlah kepadaku sekarang juga !".
Nabi SAW lalu membaca ayat-ayat Al-Qur'an firman Allah yang telah diturunkan kepada beliau beberapa hari yang lalu :
حم،
تَنْزِيْلٌ مِّنَ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،كـِتبٌ فُصِّلَتْ ايـتُه
قُرْانـًا عَرَبـِيًّا لِّـقَوْمٍ يَّـعْلَمُوْنَ، بَشِيْرًا
وَّنــَذِيْرًا، فَاَعْرَضَ اَكْـثَرُهُمْ فَهُمْ لاَ يَسْمَعُوْنَ.
وَقَالُوْا قُلُوْبـُنَا فِيْ اَكِـنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنـَآ اِلَيْهِ وَ
فِيْ اذَانِـنَا وَقْرٌ وَّ مِنْ بَيْنـِنَا وَ بَـيْنـِكَ حِجَابٌ
فَاعْمَلْ اِنَّـنـَا عمِلُوْنَ. قُلْ اِنَّمَا اَنـَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ
يـُوْحى اِلَيَّ اَنـَّمَآ اِلـهُكُمْ اِلهٌ وَّاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوْا
اِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، وَ وَيـْلٌ لِّلْمُشْرِكِـيْنَ.اَلـَّذِيْنَ
لاَ يـُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ بِاْلا خِرَةِ هُمْ كـفِرُوْنَ. اِنَّ
الَّذِيْنَ امَنُوْا وَعَمِلُوا الصّلِحتِ لَـهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ
مَمْنُوْنٍ. قُلْ اَئـِـنَّكُمْ لَـتَكْـفُرُوْنَ بِالَّذِيْ خَلَقَ
اْلاَرْضَ فِى يَوْمَيْنِ وَ تَجْعَلُوْنَ لَه اَنـْدَادًا، ذلِكَ رَبُّ
اْلعلَمِيْنَ. وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقـِهَا وَ بـرَكَ
فِيْهَا وَ قَدَّرَ فِيْهَآ اَقْوَاتـَهَا فِيْ اَرْبـَعَةِ اَيـَّامٍ
سَوَآءً لِّلسَّـآئِـلِـيْنَ. ثُمَّ اسْتَوى اِلَى السَّمَـآءِ وَ هِيَ
دُخَانٌ فَقَالَ لَـهَا وَ لـِلاَرْضِ ائْـتِـيَـا طَوْعًا اَوْ كَرْهًا،
قَالَـتَـآ اتَـيْـنَا طَآئِعِيْنَ. فَـقَضهُـنَّ سَبْعَ سَموَاتٍ
فِيْ يَوْمَيْنِ وَ اَوْحى فِيْ كُلِّ سَمَآءٍ اَمْرَهَا، وَ زَيـَّنَّا
السَّـمَآءَ الدُّنـْيَا بِمَصَابِيْحَ وَ حِفْظًا، ذلِكَ تَـقْدِيْرُ
اْلعَزِيْزِ اْلعَلِيْمِ. فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَـقُلْ اَنـْذَرْتُكُمْ
صعِقَةً مِّثْلَ صعِقَةِ عَادٍ وَّ ثَمُوْدَ. اِذْ جَآءَتْهُمُ الرُّ سُلُ
مِنْ بَـيْنِ اَيـْدِيْهِمْ وَ مِنْ خَلْفِهِمْ اَلاَّ تـَعْـبُدُوْا
اِلاَّ اللهَ، قَالُوْا لَوْ شَآءَ رَبـُّنَا لاَنــْزَلَ مَلـئِكَةً
فَاِنـَّا بِمَآ اُرْسِلْـتُمْ بِه كـفِرُوْنَ. فصلت:1-14
Haa
Miim, Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab
yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (dari padanya); maka
mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata, "Hati kami tertutup
dari apa yang kamu serukan kami kepadanya, di telinga kami ada sumbatan
dan antara kami dan kamu ada dinding, maka berbuatlah (sekehendak kamu)
sesungguhnya kami akan berbuat (pula)". Katakanlah, "Bahwasanya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah berpegang teguh kepada
agama-Nya dan mohon ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukan(Nya), (yaitu) orang-orang tidak
menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh,
mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya". Katakanlah, "Apakah
sesungguhnya patut kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya ? (Yang bersifat) demikin
itulah Tuhan semesta alam". Dan Dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa",
keduanya menjawab, "Kami akan datang dengan suka hati". Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui. Jika mereka berpaling maka katakanlah, "Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad
dan kaum Tsamud". Ketika rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan
dari belakang (menyerukan), "Janganlah kamu menyembah selain Allah".
Mereka menjawab, "Kalau tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan
Malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang
kamu diutus membawanya". [Fushshilat : 1 - 14].
Baru
sampai sekian Nabi SAW membaca ayat-ayat Al-Qur'an, maka dengan segera
'Utbah memotongnya, "Cukuplah Muhammad, cukuplah sekian dulu Muhammad,
cukuplah sekian saja ! Apakah engkau dapat menjawab dan berkata dengan
yang lain selain dari itu ?".
Nabi SAW menjawab, "Tidak !".
'Utbah
bin Rabi'ah lalu diam, tidak dapat berkata lebih lanjut, semua yang
hendak dikatakan, hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang
hendak dikemukakan untuk memperdayakan Nabi SAW lenyap dengan tidak
disangka-sangka, bahkan hatinya sangat tertarik oleh bacaan yang
didengarnya dari Nabi SAW. Oleh sebab itu, dengan segera ia lalu pulang
ke rumahnya dengan membawa suatu perasaan yang sebelumnya tidak pernah
dirasakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar