16. Masuk Islamnya Khalid bin Sa'id.
Khalid bin
Sa'id adalah seorang pemuda dari bangsa Quraisy. Setelah diketahui oleh
ayahnya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, ia pun dipanggil dan
ditanyai oleh ayahnya : "Apakah kamu sudah mengikut kepada Muhammad
? Tidakkah kamu ketahui bahwa orang banyak tidak mau mengikut kepadanya
karena ia selalu mencela berhala-berhala mereka dan membodoh-bodohkan
orang-orang pandai mereka ?".
Khalid menjawab : "Demi Allah ! Saya telah mengikut kepada seruan Nabi Muhammad, dan saya sungguh-sungguh percaya kepadanya".
Setelah mendengar jawaban yang demikian itu, bapaknya sangat marah kepadanya, dan ia pun diusir dengan kekerasan. "Pergilah kamu dari rumahku, jangan kamu ikut aku lagi dan aku tidak akan memberi makan kepadamu untuk selama-lamanya !"
Khalid menjawab, "Kalau ayah tidak mau memberi makan kepadaku, maka Tuhan-lah yang akan memberi penghidupan kepadaku".
Lalu ia dianiaya dengan kejam dan tidak diberi makan oleh ayahnya sampai beberapa hari. Kemudian ia keluar dari rumah bapaknya.
Selanjutnya
ia tetap mengikut Nabi SAW, dan makan minum bersama Nabi, pergi bersama
Nabi dan tidur di rumah Nabi, hingga ayahnya meninggal.
17. Masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari
Abu Dzarr itu namanya yang asli ialah Jundab bin Junadah, dan ia adalah seorang kepala kabilah banu Ghifar. Kabilah ini letaknya disatu tempat yang jauhnya dari Makkah
perjalanan kurang lebih 30 hari. Pada waktu itu ia mendengar berita
bahwa di kota Makkah ada seorang laki-laki dari keturunan Quraisy yang
mengaku menjadi Nabi serta Rasul Allah, maka ia pun mengutus saudara
laki-lakinya (adiknya) yang bernama Anis, untuk pergi ke Makkah
menyatakan betul atau tidaknya berita itu.
Ia berkata kepada adiknya : "Pergilah
kamu ke lembah (kota Makkah) dengan kendaraan onta ini, setelah sampai
di sana hendaklah kamu datang kepada orang yang mengaku menjadi Nabi
serta Rasul Allah serta menerima wahyu dari langit. Kemudian
dengarkanlah semua apa yang dikatakannya dan catatlah baik-baik !
Setelah itu, hendaklah kamu lekas kembali pulang kemari, dan
beritakanlah kepadaku apa perkataan-perkataan dan pelajaran-pelajarannya
!".
Adiknya
lalu berangkat dengan berkendaraan onta ke kota tersebut. Setelah tiba
di sana dengan selamat, ia lalu mencari rumah kediaman Nabi SAW. Setelah
ia mengetahuinya, maka dengan sembunyi-sembunyi ia datang menghadap
Nabi SAW lantas mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa-apa yang
diajarkan oleh Nabi SAW kepada pengikutnya.
Beberapa
hari kemudian ia pulang kembali, lalu ia laporkan kepada Abu Dzarr,
tentang apa-apa yang sudah dilihatnya dan didengarnya dari Nabi SAW. Antara lain ia menuturkan : "Saya melihat bahwa dia
selalu menyuruh kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya supaya
mengerjakan pekerjaan yang baik dan menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang
jahat, dan supaya masing-masing berbudi pekerti luhur. Tambahan lagi
saya mendengar darinya perkataan-perkataan/ucapan-ucapan yang susunannya
sangat mengherankan. Perkataan-perkataan itu seperti syi'ir, tetapi
bukan syi'ir".
Setelah menerima laporan-laporan yang sedemikian itu, Abu Dzarr berkata kepada adiknya : "Kamu
tidak dapat memuaskan apa yang menjadi kehendakku. Baiklah sekarang aku
pergi sendiri ke sana. Aku hendak bertemu sendiri dengan dia".
Akhirnya Abu Dzarr pergi sendiri ke Makkah untuk bertemu dengan Nabi SAW.
Pada hari
pertama, ia belum dapat bertemu dengan Nabi, ia takut menanyakan nama
beliau kepada orang lain, karena khawatir kalau-kalau orang yang akan
ditanya itu adalah orang yang memusuhi beliau. Kemudian untuk mencari
Nabi SAW, pada malam harinya ia tidur di masjid. Namun hingga pagi hari
ia belum dapat bertemu dengan Nabi, karena ia tetap tidak mau menanyakan
nama beliau kepada orang lain, dan ia tetap mencari sendiri di masjid.
Demikianlah hingga hari yang ketiga. Selama itu ia diketahui oleh
shahabat 'Ali RA. dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ali mengerti, bahwa
ia adalah seorang dari luar daerah. Setelah hari ketiga, shahabat Ali
bertanya kepadanya : "Hai saudara ! Sudilah kiranya saudara
memperkenalkan diri kepadaku, dari manakah asal negeri saudara ? Karena
saya mengerti bahwa saudara bukanlah orang sini. Dan apa maksud saudara
datang ke mari, karena saya lihat agaknya saudara datang ke mari dengan
suatu maksud tertentu. Cobalah saudara terangkan kepadaku !".
Maka Abu Dzarr menjawab : "Saudara,
kalau saudara mau berjanji dengan sumpah lebih dulu kepada saya, saya
sanggup menerangkan apa yang menjadi pertanyaan saudara ! Maukah saudara
berjanji begitu ?".
Shahabat
Ali dengan tulus ikhlas menyanggupi yang diinginkan oleh Abu Dzarr,
ialah mengadakan perjanjian dengan sumpah kepadanya. Oleh sebab itu Abu
Dzarr lalu menerangkan asal negerinya, namanya dan maksud kedatangannya
ke kota Makkah. Setelah itu shahabat Ali dengan jujur berkata kepadanya
: "Ya, betul. Muhammad itu adalah seorang Nabi dan Rasul Allah. Maka
jika saudara hendak bertemu dengan beliau, baiklah nanti berjalan
bersama dengan saya. Tetapi oleh karena saya mengantarkan diri saudara,
maka sebaiknya kalau nanti di tengah jalan saudara menghadapi halangan,
saya akan berbuat pura-pura tidak kenal dengan saudara, dan jika saya
terus berjalan dengan tidak ada rintangan, hendaklah saudara terus
mengikuti saya, sampai saya masuk ke rumah yang saya masuki tetaplah
saudara mengikuti saya".
Abu Dzarr menjawab : "Ya. Baiklah !".
Kemudian,
Ali RA. berjalan dan Abu Dzarr mengikutinya dibelakang sampai ke rumah
Nabi SAW dengan selamat. Setelah ia dapat bertemu dengan Nabi SAW,
segeralah ia percaya dan masuk Islam.
Selanjutnya Abu Dzarr mendapat perintah dari Nabi SAW :
اِرْجِعْ اِلَى قَوْمِكَ فَأَخْبِرْهُمْ حَتَّى يَأْتِيَكَ اَمْرِى !
"Pulanglah engkau pada kaummu. Lalu beritakan kepada mereka sehingga datang perintahku kepadamu !".
Pada waktu itu Abu Dzarr berkata dihadapan Nabi SAW : "Demi Tuhan yang diriku ada
di tangan-Nya, saya ingin menyatakan secara terang-terangan di muka
orang-orang musyrikin Quraisy, dan saya hendak berseru ditengah-tengah
masjid, agar didengar oleh mereka !".
Kemudian
keesokan harinya ia datang ke masjid, dan ditengah masjid ia berdiri dan
berseru dengan suara sekeras-kerasnya, mengucapkan :
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Ia mengucapkan demikian berkali-kali.
Setelah
orang-orang Musyrikin Quraisy mendengar suaranya itu, mereka datang
berduyun-duyun ke masjid, dan segera mengeroyok dan memukulinya dengan
sekeras-kerasnya, sehingga Abu Dzarr jatuh.
Kemudian
datanglah Abbas bin Abdul Muththalib untuk mengurus dan menolongnya. Ia
dipeluk oleh Abbas, dan Abbas berkata kepada mereka itu : "Celakalah
kamu ! Apakah kamu tidak mengerti bahwa ini adalah seorang dari qabilah
Banu Ghifar, padahal kamu tahu bahwa qabilah itu adalah suatu qabilah
yang letaknya mesti kamu lalui setiap kalian bepergian menuju ke Syam ?".
Pada hari
berikutnya Abu Dzarr datang lagi ke masjid, ditengah masjid lalu
bersuara dengan sekeras-kerasnya, membaca syahadat seperti kemarin. Maka
ia dikeroyok lagi dan dihujani pukulan oleh kaum Musyrikin Quraisy,
lalu ia ditolong lagi oleh Abbas.
Kemudian
pada keesokan harinya ia berangkat pulang ke qabilah Ghifar, setelah ia
sampai pada kaumnya, lalu menyeru ahli familinya dan kaumnya. Dengan
segera adiknya yang bernama Anis serta ibunya mengikut kepada seruannya,
dan beberapa hari kemudian separuh dari kaumnya mengikuti seruannya !
Demikianlah riwayat masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari.
18. Masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muththalib
Hamzah
itu adalah seorang putera Abdul Muththalib. Jadi ia adalah saudara
laki-laki (adik) dari Abdullah (ayah Nabi SAW). Tetapi dari lain ibu.
Karena Abdullah dari ibu yang bernama Fathimah, sedang Hamzah dari ibu
yang bernama Halah. Kedua ibu itu dari keturunan Quraisy juga. Sebab itu
ia termasuk salah seorang dari paman Nabi SAW yang paling muda.
Pada
suatu hari Hamzah pergi berburu, karena memang ia adalah seorang Quraisy
yang gemar berburu. Pada waktu ia kembali dari berburu, tiba-tiba
ditengah jalan ia bertemu dengan seorang budak perempuan, bernama Salma.
Ia adalah budaknya Shafiyah binti Abdul Muththalib (saudara perempuan
Hamzah) yang pada waktu itu Shafiyah sudah masuk Islam.
Budak perempuan itu memanggil Hamzah dan berkata : "Ya,
Abu 'Amarah (sebutan bagi shahabat Hamzah) ! Jika tadi engkau
mengetahui Abul-Hakam (Abu Jahal) menganiaya anak saudara tuan, pasti
tuan sangat marah kepadanya".
Mendengar laporan Salma itu Hamzah terkejut. Lalu bertanya : "Siapa yang dianiaya oleh Abul-Hakam ?".
Salma menjawab : "Tidak lain dan tidak bukan, adalah Muhammad".
Kemudian Salma menerangkan : "Tadi,
Muhammad sedang duduk seorang diri di kaki gunung Shafa. Tiba-tiba Abul
Hakam datang ke tempat itu, lantas mencaci maki dan menghina Muhammad.
Tetapi Muhammad hanya diam saja. Lantas Abul Hakam mengambil pasir dan
melempari Muhammad, Muhammad masih diam saja. Setelah itu Abul Hakam
mengambil kotoran binatang lalu dilemparkannya kepada Muhammad, namun
Muhammad masih tetap duduk dan diam, sedikitpun tidak mempedulikan
perbuatan-perbuatan Abul Hakam ! Kemudian Muhammad dipegang dan
dibanting oleh Abul Hakam sehingga jatuh, lalu kepalanya diinjak-injak
sekehendaknya oleh Abul Hakam. Ketika itu saya sendiri tidak sampai hati
melihatnya, dan amat kasihan kepadanya, itulah sebabnya maka saya
sampaikan kepada tuan".
Setelah Hamzah menerima laporan demikian itu, lalu ia berangkat ke masjid mencari Abu Jahal, kalau-kalau ia sedang ada di sana.
Dengan
sangat marah dan dengan muka merah-padam dengan memegang panahnya yang
baru saja dipergunakan untuk berburu, ia masuk ke masjid. Dan kebetulan
waktu itu Abu Jahal sedang duduk di masjid dihadapan para pemuka dan
ketua musyrikin quraisy sedang menceriterakan perbuatannya yang baru
saja dikerjakan atas diri Nabi SAW. Maka segera Hamzah mendekatinya,
dan dengan tidak berkata sepatah katapun, ia mencabut panahnya dan terus
diletakkannya di atas kepala Abu Jahal, lantas berkata kepadanya : "Betulkah
engkau tadi mencaci maki dan menganiaya diri Muhammad ? Aku sekarang
sudah menjadi pengikutnya. Maka jika engkau berani kepada Muhammad,
katakanlah sekarang kepadaku aku tidak akan takut kepadamu. Katakanlah
sekarang kepadaku !".
Abu Jahal
menjawab dengan suara perlahan dan dengan gemetar sambil menunduk,
seperti orang ketakutan, karena ia memang takut akan panah yang
diletakkan di atas kepalanya, katanya : "Muhamamd itu terlalu.
Mengapa ia sangat berani membodoh-bodohkan orang-orang pandai kita,
mengatakan bahwa orang-orang tua kita, nenek moyang kita dan para
leluhur kita itu sesat, sangat menghina barang yang kita puja dan kita
muliakan selama-lamanya, menyalahi agama kita, memecah belah golongan
kita dan memutuskan persaudaraan kita keluarga Quraisy".
Hamzah berkata : "Siapakah
yang lebih bodoh selain dari engkau dan orang-orang sepertimu ? Apa
hasilnya selama engkau memuja batu-batu dan memuliakan selain Allah yang
nyata-nyata adalah Tuhan yang menjadikan ? Demi Allah ! Sungguh aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah; dan aku mengakui bahwasanya Muhammad itu Nabi serta Utusan Allah !".
Bersamaan
dengan itu Hamzah menusukkan panah tadi pada kepala Abu Jahal hingga
luka, kepala dan mukanya berlumuran darah. Saat itu seorang kawan Abu
Jahal yang ada di situ hendak membela Abu Jahal sambil berkata : "Hai Hamzah ! Engkau sangat celaka ! Sekarang engkau sudah berani meninggalkan agama nenek moyang dan leluhurmu !".
Hamzah menjawab : "Siapa
yang hendak melarang aku jika aku memeluk agama Muhammad ? Aku telah
mendapat kenyataan bahwa Muhammad itu Nabi dan Rasul Allah dan segala
apa yang diucapkan oleh Muhamad, aku percaya bahwa ia pasti benar. Demi
Allah ! Aku tidak akan takut jika kamu hendak mencegah aku memeluk agama
Muhammad !".
Lalu Abu Jahal berkata kepada kawan-kawannya : "Sudahlah
! Biarkanlah Hamzah itu ! Sudah, diam ! Jangan berbicara dengan Hamzah !
Orang yang sudah berganti agama, tidak usah diajak bicara lebih panjang
! Lebih baik sekarang kita pulang saja !".
Kemudian Abu Jahal pulang bersama-sama dengan kawan-kawannya, dan Hamzah pun pulang kerumahnya.
Pada
keesokan harinya Hamzah pergi ke rumah Nabi SAW. Setelah bertemu dengan
pribadi Nabi SAW lalu ia tuturkan apa yang telah diperbuatnya kemarin
dan apa yang sedang dirasakan dihatinya. Setelah Nabi SAW mendengar
perkataan-perkataan pamannya yang paling muda itu, dengan sangat gembira
beliau memberikan sambutan dengan membacakan ayat Firman Allah
(Al-Qur'an) dihadapannya dan ia mendengarkannya dengan sangat tenang dan
dengan perasaan terharu dan kagum. Setelah Nabi SAW membacakan
ayat-ayat itu, lalu Hamzah berkata kepada Nabi SAW :
اَشْهَدُ اَنــَّكَ لَصَادِقٌ. فَأَظْهِرْ دِيْنَكَ يَا ابـْنَ اَخِى!
Aku bersaksi bahwasanya engkau sungguh benar, maka tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku !.
Pada saat
itu Nabi SAW sangat bersyukur kepada Allah SWT. atas Islamnya pamannya
itu. Sebab pada waktu itu ia sedang menjadi pemuka dari pemuda-pemuda
Quraisy di Makkah, lagi berpengaruh kepada umum. Belum ada seorang yang
menandingi kegagahan dan keberaniannya. Walaupun Abu Jahal itu termasuk
seorang yang gagah berani, tetapi ia sangat takut dan tunduk kepada
Hamzah.
Dan
kenyataannya memang benar Hamzah beberapa tahun kemudian menjadi seorang
di antara tentara Allah yang disamping Nabi SAW dalam masa peperangan
untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
Maka
dapatlah dikatakan, bahwa dengan Islamnya Hamzah ini, Nabi SAW mendapat
kekuatan yang sangat besar artinya, dan makin bertambahlah bilangan
orang yang mengikut seruan Nabi SAW.
Sehubungan
dengan itu, para ketua dan kepala musyrikin Quraisy semakin bertambah
gelap mata dan kehilangan fikiran dalam membendung dan menghalangi
seruan Nabi SAW. Segala macam upaya yang berupa ancaman, penganiayaan
dan siksa yang mereka lakukan atas sebagian besar para pengikut Nabi
SAW, tidak satupun yang dapat menghambat bertambahnya bilangan orang
yang mengikut Islam, dan tidak ada satupun yang berhasil untuk
menghalang-halangi orang yang akan beriman kepada Allah dan melakukan
ibadat kepadanya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar