6. Umar bin Khaththab Bertemu dengan Nabi SAW
Pada
waktu itu pintu rumah shahabat Al-Arqam tertutup, karena rumah itu
sedang dipergunakan oleh Nabi SAW untuk mengajar, sebab pada masa itu cara beliau mengajar pengikut-pengikutnya masih dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum musyrikin.
Setelah Umar bin
Khaththab tiba di rumah shahabat Al-Arqam, dengan membawa pedang yang
masih terhunus, ia segera mengetok pintunya terus-menerus dengan
sekeras-kerasnya.
Dari dalam, penjaga pintu itu bertanya : "Siapa itu ?".
Umar menjawab dengan suara keras : "Ibnul Khaththab !".
Penjaga
pintu itu lalu mengintai dari dalam, untuk membuktikan, betulkah yang
mengetok pintu itu Umar bin Khaththab. Ternyata betul bahwa yang
mengetok pintu itu Umar bin Khaththab dengan membawa pedang terhunus.
Lantaran itu penjaga pintu itu tidak mau membukakan pintu, karena ia
mengira bahwa kedatangan Umar bin Khaththab itu akan mengamuk, dan boleh
jadi akan membunuh Nabi Muhammad
SAW. Maka dari itu penjaga pintu lebih dulu memberitahukan kedatangan
Umar itu kepada Nabi SAW. Pada saat itu Umar tidak sabar lagi menunggu
lebih lama, dan karenanya pintu itu diketoknya lagi dengan
sekeras-kerasnya.
Para shahabat yang ada
di dalam rumah itu tidak ada seorangpun yang berani membukakan pintu.
Karena maklumlah, bahwa mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Umar
akan menjadi seorang kawan yang terkemuka bagi mereka, bahkan mereka
beranggapan dan menyangka bahwa Umar bin Khaththab masih menjadi lawan
yang terbesar, apalagi kedatangannya itu dengan membawa pedang terhunus.
Pada saat itu para shahabat yang ada di dalam rumah shahabat Al-Arqam
itu sangat mengkhawatirkan diri Nabi SAW.
Kemudian, setelah Nabi SAW mengetahui kedatangan Umar bin Khaththab, maka beliau bersabda : "Bukakan pintu ! Biarkan Umar masuk, semoga Allah menjadikannya seorang yang baik dan memberi petunjuk kepadanya".
Kemudian shahabat Hamzah (paman Nabi SAW) berkata : "Bukakanlah pintu itu, persilahkan Umar masuk, mungkin Allah akan memberikan kebaikan
kepadanya dengan mengikut seruan Muhammad, memeluk Islam dan tunduk di
bawah panji-panji Kalimah Tauhid. Tetapi jika kedatangannya bukan
demikian, maka akulah yang akan mengha-dapinya dan akulah yang akan
menghabisi nyawanya".
Tetapi penjaga pintu itu masih belum mau membukakan pintu, karena dia
sangat takut. Oleh sebab itu shahabat Hamzah dan shahabat Zubair lalu
mendekati pintu. Kemudian barulah penjaga pintu itu berani membuka
pintu, dan ketika Umar masuk, dengan segera tangan kanannya dipegang
oleh Hamzah dan tangan kirinya dipegang oleh Zubair. Dan setelah Umar
bin Khaththab mendekati tempat duduk Nabi SAW, maka seketika itu juga
badannya gemetar, karena takutnya melihat wajah Nabi SAW. Kemudian
beliau bersabda kepada kedua shahabat tadi : "Lepaskan Umar!"
Maka oleh kedua shahabat itu Umar bin Khaththab dilepaskan dengan segera
dan lalu didudukkan dihadapan Nabi SAW. Kemudian beliau menarik pakaian
Umar dengan bertanya :
مَا جَاءَ بِكَ يـَا ابـْنَ اْلخَطَّابِ ؟
"Dengan maksud apa kedatanganmu kemari, hai Ibnul Khaththab ?"
فَوَ اللهِ مَا اَرَى اَنْ تَنْتَهِيَ حَتَّى يُنَزِّلَ اللهُ بِكَ قَارِعَةً.
"Demi
Allah ! Aku tidak menyangka bahwa engkau akan berhenti dari perbuatanmu
sehingga Allah menurunkan sesuatu yang sangat menggon-cangkanmu".
Umar bin Khaththab menjawab dengan tegas :
جِئْتُ َلاُوْمِنُ بِاللهِ وَرَسُوْلــِهِ وَ بِمَا جَاءَ مِنْ عِنْدِ اللهِ.
"Aku
datang kemari demi sesungguhnya aku akan beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada apa-apa yang telah datang dari sisi Allah".
Oleh sebab itu Nabi SAW lalu menepuk dada Umar dengan tangan kanannya tiga kali dan bersabda :
اَسْلِمْ
يـَا ابـْنَ اْلخَطَّابِ، اَللّهُمَّ اهْدِ قَلْبَهُ ! اَللّهُمَّ اهْدِ
عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ ! اَللّهُمَّ اخْرُجْ مَا فِى صَدْرِ عُمَرَ مِنْ
غِلٍّ وَابـْدِلْهُ اِيـْمَانًا !
"Islamlah
engkau hai Umar bin Khaththab ! Ya Allah, tunjukilah hati-nya ! Ya
Allah, tunjukilah Umar bin Khaththab ! Ya Allah, keluarkanlah apa-apa
yang ada di dalam dada Umar dari pada perasaan benci, dan gantilah
dengan iman !".
Selanjutnya Nabi SAW bersabda :
اَ لَمْ يَأْنِ لَكَ يَاعُمَرَ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ؟
"Apakah
belum masanya bagimu Umar, bahwa engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Rasul Allah ?".
Lalu seketika itu juga Umar membaca syahadat di hadapan Nabi SAW:
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَاَنَّكَ رَّسُوْلُ اللهِ.
"Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya engkau (Muhammad) adalah Rasul Allah".
Setelah Umar bin Khaththab membaca syahadat, lalu Nabi SAW membaca takbir tiga kali.
اَللهُ اَكْــبَرُ ! اَللهُ اَكْــبَرُ ! اَللهُ اَكْــبَرُ !
"Allah Maha Besar ! Allah Maha Besar ! Allah Maha Besar !"
Kemudian sekalian kaum Muslimin yang ada di dalam rumah itu membaca takbir juga bersama-sama dengan suara sekeras-kerasnya.
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
اَوَ
مَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنهُ وَجَعَلْنَالَه نُوْرًا يَّمْشِيْ بِه
فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُه فِى الظُّـلُمتِ لَـيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا،
كَذلِكَ زُيـِّنَ لِلْكـفِرِيـْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. الانعام:122
"Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan
di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat ke
luar dari padanya ? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan". [Al-An'am : 122]
7. Umar bin Khaththab Usul Kepada Nabi SAW
Dengan
Islamnya Umar bin Khaththab dikala itu, kaum Muslimin sangat gembira,
kegembiraan yang tidak terhingga, karena dipandangnya hal itu suatu
rahmat yang besar dari Allah.
Kemudian Umar bin Khaththab mengemukakan usul kepada Nabi SAW, dia berkata :
يـَا رَسُوْلَ اللهِ ! اَ لَسْنَا عَلَى اْلحَقِّ وَ اِنْ مُتْنَا وَ اِنْ حُيِّيْنَا؟
"Ya Rasulullah ! Bukankah kita di atas kebenaran, meskipun kita mati ataupun hidup ?".
Nabi SAW menjawab :
بَلَى وَ الَّذِىْ نَفْسِى بِيَدِهِ اِنَّكُمْ عَلَى اْلحَقِّ وَ اِنْ مُتُّمْ وَ اِنْ حُيِّيْتُمْ.
"Ya,
betul, demi Tuhan yang diriku ada di tangan-Nya, memang sesungguhnya
kamu semua di atas kebenaran, sekalipun kamu mati ataupun hidup".
Umar berkata :
عَلاَمَ نُخْفِى دِيْنَنَا يـَارَسُوْلَ اللهِ، وَ نَحْنُ عَلَىاْلحَقِّ وَهُمْ عَلَى اْلبَاطِلِ؟
"Mengapa kita menyembunyikan agama kita, ya Rasulullah ? Padahal kita di atas kebenaran dan mereka diatas kesalahan ?".
Nabi SAW menjawab :
اِنـَّا قَلِيْلٌ، وَقَدْ رَأَيـْتَ مَا لَـقَـيْنَا يـَا عُمَرُ !
"Sesungguhnya kita masih sedikit, dan engkau telah melihat sendiri apa yang telah kita dapati, hai Umar ?".
Umar berkata lagi :
يـَا
رَسُوْلَ اللهِ، لاَ يَنْبَغِى اَنْ تَكْـتُمَ هذَا الدِّيـْنَ. اَظْهِرْ
دِيْنَكَ. فَوَ اللهِ لاَ يَعْبُدُ اللهَ سِرًّا بَعْدَ اْليَوْمِ. وَ
الَّذِيْ بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ مَا بَقِيَ مَجْلِسٌ كــُنْتُ اَجْلِسُ
فِيْهِ بِاْلكُـفْرِ اِلاَّ اَظْهَرْتُ فِيْهِ بِاْلاِسْلاَمِ غَيْرَ
هَائِبٍ وَلاَ خَائِـفٍ.
"Ya
Rasulullah tidaklah sepatutnya, jika engkau menyembunyikan agama (Islam)
ini, tampakkanlah agama ini ! Maka demi Allah, tidak pantas menyembah
kepada Allah dengan sembunyi-sembunyi sesudah hari ini. Demi Tuhan yang
mengutus engkau dengan kebenaran ! Tidak ketinggalan disatu majelis yang
dahulu aku duduk di dalamnya dengan kekufuran, melainkah haruslah aku
menampakkan didalamnya dengan Islam, dengan tidak gentar dan tidak takut".
Nabi SAW
mengetahui bahwa Umar sungguh-sungguh akan membela agama Allah dan juga
ia ingin mendatangi semua pemuka/kepala kaum musyrikin Quraisy, seperti
Abu Jahal, Abu Lahab dan lain-lainnya, dengan sengaja untuk menunjukkan
keislamannya kepada mereka.
Oleh
sebab itu maka Nabi SAW memperkenankan Umar untuk melaksanakan
kehendak-kehendaknya, asalkan kehendak-kehendaknya itu tidak dilarang
oleh Allah.
8. Pawai Kaum Muslimin Yang Pertama Kali
Keesokan
harinya, di waktu pagi Umar bin Khaththab datang ke rumah shahabat
Al-Arqam, disitu ia menanti-nanti kedatangan kaum Muslimin di rumah itu.
Karena kaum Muslimin biasa setiap pagi datang di rumah Al-Arqam untuk
menerima pelajaran dari Nabi SAW.
Pada hari
itu, setelah kaum Muslimin datang ke rumah Al-Arqam, lalu dikumpulkan
dan disuruh berbaris oleh Umar bin Khaththab. Kemudian setelah Nabi SAW
hadir di tempat itu, dan kaum Muslimin sudah berbaris, maka Umar bin
Khaththab meminta Nabi SAW supaya berjalan di muka barisan, dan di
belakang beliau adalah Umar bin Khaththab bersama Hamzah bin Abdul
Muththalib. Memang kedua shahabat inilah yang mengepalai pawai kaum
Muslimin tersebut, dan kedua shahabat itu berjalan dengan
menyelempangkan panahnya sambil membawa pedang terhunus, dan dalam pawai
itu, kedua-duanya membaca :
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ !
Juga kaum Muslimin di belakangnya membacanya bersama-sama. Dan Umar berkata dengan suara keras : "Barangsiapa yang berani mengganggu salah seorang yang ada di belakangku, maka tentu pedangku ini akan memotong lehernya".
Demikianlah selama berjalan itu Umar senantiasa berkata semacam itu.
Pawai
(arak-arakan) ini dimulai dari rumah shahabat Al-Arqam, dan berjalan
melalui rumah Umar sendiri, kemudian melewati rumah Nabi SAW dan terus
berjalan mengelilingi kampung-kampung yang berdekatan dengan Masjid
Al-Haram, lantas masuk ke dalam masjid dan berthawaf (mengelilingi)
Ka'bah bersama-sama sampai siang hari; kemudian mengerjakan shalat di
samping Ka'bah dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan suara yang keras,
diperdengarkan kepada kaum Musyrikin. Sesudah shalat akhirnya pawai itu
diakhiri dengan selamat.
Pada
waktu itu, kaum Musyrikin tercengang melihat adanya pawai yang diadakan
oleh kaum Muslimin yang dipimpin oleh Umar bin Khaththab itu, dan mereka
kecewa dan menyesalkan Umar bin Khaththab.
Meskipun demikian, tak seorangpun dari mereka yang berani mengganggu; jangankan sampai mengganggu, mendekat saja tidak berani.
Demikianlah
riwayat Islamnya Umar bin Khaththab. Dan dengan masuk Islamnya Umar bin
Khaththab, seketika itu juga garis perjuangan kaum Muslimin dalam
menghadapi kaum Musyrikin berubah sedemikian rupa. Dan juga karena
sebelum masuk Islamnya Umar bin Khaththab, telah masuk Islam pula
seorang shahabat Nabi yang gagah berani yaitu Hamzah bin Abdul
Muththalib.
Dengan ini benarlah apabila Nabi SAW pernah bersabda :
اِنَّ اللهَ جَعَلَ اْلحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَ قَلْـبِهِ. الترمذى عن ابن عمر
"Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran itu atas lisan Umar dan hatinya". [HR. Tirmidzi, dari Ibnu Umar, V : 280 ].
اِنِّى َلاَنــْظُرُ اِلَى شَيَاطِيْنِ اْلجِنِّ وَاْلاِنْسِ قَدْ فَرُّوْا مِنْ عُمَرَ. الترمذى عن عائشة
"Sesungguhnya aku (Nabi) sungguh melihat bahwa syethan-syetan jin dan syetan-syetan manusia melarikan diri dari Umar".
[HR. Tirmidzi dari Aisyah, V : 284]
لَـقَدْ
كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِى اِسْرَائِيْلَ رِجَالٌ
يُكَـلَّمُوْنَ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَكُـوْنُوْا اَنــْبِيَاءَ فَاِنْ
يَكُـنْ مِنْ اُمـَّتِى مِنْهُمْ اَحَدٌ فَعُمَرُ. البخارى عن ابى هريرة
"Sesungguhnya diantara orang-orang sebelummu dahulu dari kaum Bani Israil, ada orang-orang laki-laki yang diajak bicara oleh Allah, padahal mereka itu bukan Nabi-nabi; maka jika ada diantara ummatku orang seperti orang-orang itu, maka Umar-lah". [HR. Bukhari dari Abu Hurairah, IV : 200]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar