Nabi SAW Melanjutkan Perjalanan Menuju Badr.
Setelah Nabi SAW bermusyawarah dengan para shahabatnya, beliau lalu meneruskan perjalanan, dan beliau bersabda :
اَبْشِرُوْا،
فَاِنَّ اللهَ قَدْ وَعَدَنِى اِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ، وَ اللهِ
لَكَأَنِّى اَنْظُرُ اِلَى مَصَارِعِ اْلقَوْمِ. الكامل 2:18
Bergembiralah
karena sesungguhnya Allah telah memberikan janji kepadaku salah satu
dari dua golongan. Demi Allah, sungguh sekarang ini aku seolah-olah melihat kepada tempat kebinasaan (kekalahan kaum Quraisy).
Berdasar
perintah Nabi SAW itu, maka segenap kaum muslimin yang ikut serta di
dalam perjalanan pada waktu itu dengan tulus ikhlash, berangkat menuju
tempat yang dituju oleh Nabi SAW dan mereka selalu thaat dan patuh
kepada apa yang diperintahkan Nabi.
Perhatian Nabi SAW ketika itu hanya ditujukan kepada pihak lawan yang akan dihadapinya, sambil berserah diri kepada Allah.
Nabi SAW
dan tentaranya terus berjalan menuju Badr. Kemudian di tengah jalan
beliau SAW bertemu dengan seorang tua dari bangsa ‘Arab. Ketika itu Nabi
SAW bertanya kepadanya tentang kaum Quraisy dan tentang Nabi Muhammad SAW dan tentaranya, dan khabar apa yang sampai kepadanya tentang dua golongan tersebut.
Seorang ‘Arab tua tadi berkata, “Saya
tidak akan memberitahu kepadamu berdua (yang dituju ialah Nabi SAW dan
Abu Bakar), kecuali jika kamu berdua memberitahukan kepadaku terlebih
dahulu siapakah kalian”. Nabi SAW menjawab, “Apabila kamu memberi khabar lebih dahulu kepada kami, nanti kami akan memberi khabar kepadamu". Orang ‘Arab tersebut berkata, “Apakah sebaiknya begitu ?”. Nabi SAW menjawab, “Ya”.
Orang tua tadi berkata, “Telah sampai khabar kepadaku, bahwa Muhammad dan tentaranya keluar dari Madinah
pada hari anu dan tanggal sekian, maka jika orang yang mengkhabarkan
kepadaku itu benar, tentu hari ini telah sampai di tempat ini dan ini
(Yang dimaksud ialah tempat yang pada saat itu Nabi berada). Dan telah
sampai khabar kepadaku, bahwa kaum Quraisy telah keluar dari Makkah pada
hari anu dan tanggal sekian, maka jika khabar itu benar, tentu hari ini
mereka telah sampai di tempat desa ini dan ini (Yang dimaksud ialah
tempat yang pada waktu itu kaum Quraisy berada)”.
Kemudian Nabi dan Abu Bakar ditanya, “Nah, sekarang dari manakah kamu berdua ?“. Nabi SAW menjawab, “Dari air” (نَحْنُ مِنْ مَاءٍ).
Kemudian Nabi SAW berpaling dan meninggalkannya. Akhirnya orang tua itu bertanya-tanya, مَا مِنْ مَاءٍ، اَ مِنْ مَاءِ اْلعِرَاقِ ؟ “Dari air mana, apakah dari air negeri ‘Iraq ?”.
Padahal
yang dimaksud Nabi SAW dengan perkataan air itu bukanlah air biasa,
tetapi air asal kejadian manusia, ialah air nutfah. Akan tetapi orang
‘Arab itu tadi tidak mengerti yang dimaksud oleh Nabi SAW. Adapun nama
orang tadi ialah Sufyan Adl-Dlamriy. Kemudian Nabi SAW kembali kepada
tentaranya.
Pada sore hari beliau lalu menyuruh shahabat ‘Ali bin
Abu Thalib, Zubair bin ‘Awwam dan Sa’ad bin Abu Waqqash supaya pergi ke
tempat air di desa Badr, untuk mencari berita dan menyelidiki
kedatangan kaum Quraisy.
Setelah
sampai di tempat yang dituju, mereka bertemu dengan unta-unta kepunyaan
kaum Quraisy yang sedang mencari air di tempat tersebut bersama
penggembalanya, yaitu Aslam, budak dari bani Hajjaj dan ‘Aridl Abu Yasar
dari bani ‘Aash. Kedua orang tersebut lalu ditangkap oleh Ali dan
kawannya, lalu ditanya,“Hai, kamu disuruh siapa ?”. Kedua budak tersebut menjawab, “Kami disuruh oleh kaum Quraisy, dan kami tukang mengambil air untuk minum mereka dan binatang-binatang mereka”.
Setelah
mendengar jawaban yang demikian itu, tiga shahabat tadi tampak tidak
suka, karena mereka berharap supaya dua budak tersebut mengaku suruhan
dari angkatan perdagangan yang dikepalai oleh Abu Sufyan yang sedang
dicari oleh kaum muslimin. Sebab itu keduanya dipukuli bertiga.
Setelah
dua orang budak tadi merasakan sakit, dan keduanya mengaku suruhan Abu
Sufyan, lalu dilepaskan. Pada waktu itu Nabi SAW sedang mengerjakan
shalat, setelah selesai kemudian beliau memanggil tiga shahabatnya tadi.
Setelah mereka menghadap, Nabi SAW bersabda, “Mengapa kamu
mengerjakan begitu ? Budak-budak itu ketika berkata benar kamu pukuli,
dan ketika berdusta kamu lepaskan dan kamu tinggalkan ?. Demi Allah,
sesungguhnya mereka itu adalah suruhan orang-orang Quraisy. Coba
panggillah mereka agar memberi khabar kepadaku tentang kaum Quraisy”.
Lalu mereka dipanggil ke hadapan Nabi SAW dan ditanya tentang kaum Quraisy, maka jawabnya, “Demi Allah, keadaan kaum Quraisy sekarang ada di belakang jurang ini ...., dan di sebelah ini dan itu”. Lalu Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa kaum quraisy yang datang ?”. Mereka menjawab, “Banyak”. Nabi SAW bertanya,“Berapa bilangannya ?”. Mereka menjawab, “Kami tidak tahu”. Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa ekor kambing yang disembelih tiap hari ?”. Mereka menjawab, “Tiap-tiap hari memotong 9 sampai 10 ekor kambing”.
Nabi SAW bersabda, kalau begitu, sudah barang tentu mereka itu antara 900 sampai 1000 orang banyaknya. Nabi SAW bertanya, “Siapa saja kepala-kepala dan ketua-ketua Quraisy yang ikut berangkat ?”. Mereka menjawab, “Kepala-kepala
dan ketua-ketua Quraisy yang berangkat ialah : ‘Utbah bin Rabi’ah,
Syaibah bin Rabi’ah, Abul Bakhtary bin Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal
bin Khuwailid, Harits bin ‘Amir, Thu’aimah bin ‘Ady, Nadlar bin Harits,
Zam’ah bin Aswad, Abu Jahl bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Nufail bin
Al-Hajjaj, Munabbih bin Al Hajjaj, Suhail bin ‘Amr dan ‘Amr bin ‘Abdul
Wad”.
Kemudian mereka disuruh kembali, sedangkan Nabi SAW kembali kepada tentaranya, lalu bersabda, “Inilah Makkah, sungguh telah bertemu kepadamu sekalian sepotong jantung hatinya”.
5. Kekacauan tentara Quraisy di tengah jalan
Diriwayatkan, bahwa dalam perjalanan dikalangan tentara Quraisy telah timbul kekacauan yang hebat.
Bermula
setelah angkatan perdagangan Quraisy yang dikepalai oleh Abu Sufyan
telah dapat melepaskan diri dari kejaran pasukan kaum Muslimin, maka
ketika sampai di dusun Juhfah, lalu Abu Sufyan menyuruh seseorang supaya
menyusul tentara Quraisy dan mengkhabarkan kepada kepala tentara
Quraisy bahwa Abu Sufyan meminta supaya tentara Quraisy kembali saja,
jangan sampai meneruskan perjalanannya, karena apa yang dijaganya
telahterlepas dari bahaya yang dikhawatirkan. Tetapi permintaan Abu
Sufyan itu ditolak dengan keras dan penuh kesombongan oleh kepala
pasukan Quraisy Abu Jahl bin Hisyam.
Abu Sufyan setelah menerima khabar penolakan Abu Jahl yang begitu sombong dan congkak itu, lalu berkata, “Inilah orang yang kelewat batas. Orang yang semacam itu tentu akan celaka dan akhirnya akan jatuh”.
Kemudian
terjadi lagi satu keonaran yang hebat, yaitu : Juhaim bin Ash-Shalt,
seorang dari Bani Abdul Muththalib yang ikut menjadi tentara Quraisy
ketika berada di Juhfah, ia tertidur. Sewaktu terbangun ia berkata
kepada kawannya, “Saya baru saja mimpi, antara tidur dan jaga
tiba-tiba saya melihat seorang laki-laki yang berkendaraan kuda dan
membawa unta, lalu berhenti di muka saya”.
Juhaim bin Ash-Shalt lalu berkata, “
‘Utbah bin Rabi’ah akan mati terbunuh, begitu juga Syaibah bin Rabi’ah,
Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahl), Umayyah bin Khalaf, Sifulan dan
sifulan. Dia menyebutkan satu persatu tokoh-tokoh Quraisy yang terbunuh
pada perang Badar”.
Juhaim lalu melanjutkan cerita mimpinya, “Lalu
orang tadi memukul unta pada tengkuk lehernya sehingga mengeluarkan
darah yang banyak, dan unta tersebut lalu dilepaskan. Maka unta itu lalu
berlari ke sana ke mari di tengah-tengah tentara Quraisy. Darah unta
tersebut mengenai kemah-kemah tentara Quraisy, sehingga tidak ada
satu pun kemah tentara Quraisy yang tidak terkena darah”.
Kawan-kawan Juhaim yang mendengar perkataan semacam itu lalu menyahut, “Ah, itu omong kosong. Semuanya itu dari godaan syaitan saja”.
Kemudian
apa yang dikatakan oleh Juhaim tadi terdengarlah oleh Abu Jahl, ‘Utbah
dan lain-lainnya. Abu Jahl lalu datang menemui Juhaim seraya berkata, “Hai
Juhaim, saya dengar katanya kamu mendatangkan khabar dusta kepada
orang-orang banyak. Kamu akan tahu sendiri nanti, siapa yang akan mati
terbunuh. Siapa yang akan kocar-kacir. Dan nanti mesti kamu akan melihat
sendiri, siapa yang terbunuh, saya ataukah Muhammad”.
Selanjutnya Abu Jahl berkata kepada orang banyak, “Inilah Nabi dari Bani Muththalib”.
Demikian perkataan Abu Jahl dengan sombongnya. Maka ketika itu dari
sebab pengaruh Abu Jahl, sebagian besar dari tentara Quraisy timbul
kebencian kepada Juhaim bin Ash-Shalt.
Kemudian
timbul pula kejadian yang lain lagi di tengah perjalanan tentara
Quraisy. Di antara tentara Quraisy pada waktu itu ada segolongan pasukan
yang orang-orangnya terdiri dari kaum Bani Zuhrah yang dikepalai oleh
seorang yang bernama Akhnas bin Syuraiq, banyaknya + 100 orang.
Ketika itu Akhnas berkata, “Jika
kita mengikut kemauan Abu Jahl, kita akan mendapat kerugian yang
banyak. Sekarang buat apa kita mengikut kemauan orang yang sombong !”. Akhnas lalu mengumpulkan kaumnya lebih kurang 100 orang tersebut dan diberitahu, Akhnas berkata, “Hai
Bani Zuhrah ! Sekarang oleh karena Tuhan telah menyelamatkan harta
benda dan pimpinan kita dari kejaran kaum Muhammad, angkatan perdagangan
kita yang dikepalai oleh Abu Sufyan sekarang telah sampai di Makkah,
pada hal kita keluar dari Makkah ini sengaja untuk menjaga keamanan
angkatan perdagangan kita dfan menjaga Makhramah bin Naufal. Maka
sekarang telah selamat semuanya, maka lebih baik kita kembali (pulang)
saja, sebab sudah tidak berguna lagi bagi kita meneruskan perjalanan
ini, dan akan sia-sia jika kita sampai bertempur dengan Muhammad”.
Akhnas
memang seorang kepala dari Bani Zuhrah, maka sudah barang tentu semua
perkataannya diikuti oleh kaumnya. Abu Jahl setelah mendengar perkataan
Akhnas kepada kaumnya, lalu marah-marah kepadanya. Abu Jahl berkata
kepadanya, “Mengapa kamu berani berkata kalau kamu sampai bertempur dengan Muhammad, kamu menganggap sia-sia ?”.
Akhnas menjawab, “Ya,
sudah tentu. Kita masing-masing keluar dari Makkah ini tidak untuk
bertempur dengan Muhammad dan kaumnya. Tetapi untuk menjaga angkatan
perdagangan kita, maka dari itu apa gunanya kita bertempur dengan
Muhammad ?”.
Abu Jahl berkata, “Sekalipun
begitu, apakah kamu tidak mengerti, bahwa Muhammad itu seorang pendusta
besar, penyesat orang banyak dan penipu yang licin”.
Akhnas berkata, “Saya
mengerti. Tetapi pengertian saya tidak seperti pengertianmu. Saya
mengerti bahwa Muhammad itu seorang yang terpercaya. Dia dari sejah
kecil telah terkenal dengan nama “Al-Amin” bukan “Al-Khain”.
Kemudian
Abu Jahl dan Akhnas bertengkar mulut, dan makin lama semakin ramai, lalu
Akhnas mengundurkan diri. Dan akhirnya Akhnas membelakangkan diri dari
barisan Quraisy bersama kaumnya, kemudian terus pulang ke Makkah. Jadi
dalam peperangan di Badr, tidak ada seorang pun dari Bani Zuhrah yang
ikut berperang.
6. Permohonan Nabi SAW Kepada Allah
Nabi SAW
bersama tentara Islam setelah mendengar khabar dari budak kaum Quraisy
tersebut dan beliau memperkirakan, bahwa tentara Quraisy lebih kurang
ada 1000 orang, dan sudah tentu dengan bersenjata lengkap serta
persediaan cukup. Maka waktu itu Nabi SAW mengingat bahwa tentaranya
hanya 300 orang lebih sedikit, jadi sepertiganya tentara kaum Quraisy
dengan senjata kurang lengkap, dan persediaan perang serba kurang. Oleh
sebab itu untuk menebalkan iman tentaranya, dan untuk meneguhkan
semangat barisannya, maka Nabi SAW lalu berdoa kepada Allah,
اَللّهُمَّ
اِنَّهُمْ حُفَاةٌ فَاحْمِلْهُمْ. اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ عُرَاةٌ
فَاكْسُهُمْ. اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ جِيَاعٌ فَاَشْبِعْهُمْ. اَللّهُمَّ
اِنَّهُمْ عَالَةٌ فَاَغْنِهِمْ.
“Ya
Allah ! Sesungguhnya mereka (tentara Islam) ini sama kosong (tidak
membawa apa-apa), maka dari itu berilah mereka itu kendaraan. Ya Allah !
Sesungguhnya mereka itu telanjang, maka dari itu berilah mereka itu
pakaian. Ya Allah ! Sesungguhnya mereka itu lapar, maka dari itu berilah
mereka itu kenyang. Ya Allah ! Sesungguhnya mereka menderita maka dari
itu berilah mereka kekayaan”.
Kemudian
Nabi SAW dengan diiringkan oleh tentaranya terus berjalan sehingga
sampai pada suatu lembah yang jauh dari tempat air, di tempat yang penuh
pasir lagi kering. Oleh sebab itu tentara Islam banyak yang merasa
dahaga, dan kekurangan air.
Kemudiam Allah menurunkan hujan dengan lebatnya, yang sebelumnya tidak seorang pun yang menyangka akan turun hujan.
Dengan
sebab hujan yang sangat lebat itu, tentara Islam mendapat air yang
sebanyak-banyaknya, lembah-lembah mengalirkan air, kolam-kolam penuh
air, lalu masing-masing bisa mandi, berwudlu dan lain sebagainya, dan
tanah yang ditempatinya menjadi lekat.
Diriwayatkan,
bahwa sebelum Nabi SAW dan tentaranya mendapat air, beliau dengan
diiringkan oleh tentaranya terburu-buru datang ke tempat air di Badr.
Setelah sampai di tempat itu, Nabi lalu berhenti dengan maksud bahwa
tempat itu akan dipergunakan menjadi tempat pertempuran dengan tentara
Quraisy. Ketika itu oleh seorang sahabat yang bernama Habbab bin
Al-Mundzir, Nabi ditanya,
يَا
رَسُوْلَ اللهِ، اَ رَاَيْتَ هذَا اْلمَنْزِلَ. اَ مَنْزِلاً اَنْزَلَكَهُ
اللهُ لَيْسَ لَنَا اَنْ نَتَقَدَّمَ وَ لاَ اَنْ نَتَأَخَّرَ عَنْهُ اَمْ
هُوَ الرَّأْيُّ وَ اْلحَرْبُ وَ اْلمَكِيْدَةُ ؟ قَالَ: بَلْ هُوَ
اْلحَرْبُ وَ الرَّأْيُ وَ اْلمَكِيْدَةُ. فَقَالَ: فَاِنَّ هذَا لَيْسَ
بِمَنْزِلٍ فَانْهَضْ بِالنَّاسِ حَتَّى نَأْتِيَ اَدْنَى مَاءٍ مِنَ
الْقَوْمِ فَنَنْزِلُهُ ثُمَّ نُغَوِّرُ مَا وَرَاءَهُ مِنَ اْلآَبَارِ،
ثُمَّ نَبْنِى عَلَيْهِ حَوْضًا فَنَمْلَؤُهُ مَاءً، ثُمَّ نُقَاتِلُ
الْقَوْمَ فَنَشْرَبُ وَ لاَ يَشْرَبُوْنَ.
“Ya
Rasulullah, Apakah dalam memilih tempat ini tuan menerima wahyu dari
Allah SWT sehingga tidak dapat diubah lagi ? Ataukah berdasarkan
pendapat dan tipu muslihat peperangan ?” Rasulullah SAW menjawab,
“Tempat ini ku pulih berdasarkan pendapat dan tipu musilihat peperangan.
Kemudian Al-Habbab mengusulkan, “Ya Rasulullah, jika demikian, ini
bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang dekat
dengan musuh. Kita membuat kubu pertahanan di sana dan menggali
sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kolam dan kita isi dengan air
hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dalam keadaan
mempunyai persediaan air minum yang cukup, Sedangkan musuh tidak akan
memperoleh air minum”. Rasulullah SAW menjawab, “Pendapatmu sungguh
baik”.
Kemudian Rasulullah SAW bergerak dan pindah ke tempat yang diusulkan oleh Khabbab RA.
[Bersambung].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar