Salam

Salam

Senin, 16 Desember 2013

Halal Haram Dalam Islam (ke-2)

Mengharamkan yang Halal dan Menghalalkan yang Haram adalah Berdosa Besar
Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan bagi manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan keleluasaan.
Nabi Muhammad SAW sendiri telah berusaha untuk memberantas perasaan yang keterlaluan ini. Diantaranya ialah dengan mencela dan melaknat orang-orang yang suka berlebih-lebihan tersebut, sebagaimana sabdanya :
 
اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. مسلم و احمد و ابو داود
 
Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. [HR. Muslim, Ahmad dan Abu Dawud]
Dan beliau bersabda tentang sifat risalah beliau:
 
بُعِثْتُ بِاْلحَنِيْفِيَّةِ السَّمْحَةِ. احمد
 
Saya diutus dengan membawa suatu agama yang lurus dan longgar. [Ahmad]
Yaitu suatu agama yang teguh dalam beraqidah dan tauhid, serta longgar dalam hal pekerjaan dan perundang-undangan. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam khutbahnya :
 
اَلاَ اِنَّ رَبِّى اَمَرَنِى اَنْ اُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِى يَوْمِى هذَا. كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَ اِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَ اِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاحْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا اَحْلَلْتُ لَـهُمْ وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوْنِى مَا لَمْ اُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. مسلم
 
Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanku memerintahkan padaku untuk mengajarkan kepadamu apa-apa yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah mengajarkan kepadaku pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta yang Aku berikan kepada hamba adalah halal, dan Aku ciptakan hamba-hamba-Ku ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syetan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh (mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan keterangan kepadanya". [HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Dengan hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat dipersamakan dengan syirik. Dan justru itu pula Al-Qur'an menentang keras terhadap sikap orang-orang musyrik Arab terhadap berhala mereka, dan tentang sikap mereka yang berani mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan binatang yang baik-baik, padahal Allah tidak mengizinkannya. Diantara mereka telah mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Al-Qur'an bersikap keras terhadap sikap pengharaman ini, Firman Allah :
 
مَا جَعَلَ اللهُ مِنْ بَحِيْرَةٍ وَّ لاَ سَآءِبَةٍ وَّ لاَ وَصِيْلَةٍ وَّ لاَ حَامٍ وَّ لكِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ اْلكَذِبَ وَ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ. وَ اِذَا قِيْلَ لَـهُمْ تَعَالَوْا اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ابَآءَنَآ اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:103-104
 
Allah sekali-kali tidak mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah mengikuti apa yang telah diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab : "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikutinya juga nenek-moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?". [Al-Maidah 103-104]
Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang ke lima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
Saaibah, ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nadzar. Misalnya : Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan untanya saibah bila maksud atau perjalannya berhasil dan selamat.
Washiilah, ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan Haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
Keterangan :
Di dalam menerangkan arti bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, para ulama tafsir berbeda-beda. Adapun yang kami kutip diatas adalah keterangan yang tercantum dalam Tafsir Al-Qur'an Tarjamah dari DEPAG RI.
Dalam surat Al-An'aam ada bantahan terhadap prasangka merka yang telah mengharamkan beberapa binatang, seperti : unta, sapi, biri-biri dan kambing.
 
ثَمَانِيَةَ اَزْوَاجٍ مّنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ اْلمَعْزِاثْنَيْنِ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ نَـبّـئُوْنِيْ بِعِلْمٍ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، وَ مِنَ اْلاِبِلِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ اْلبَقَرِ اثْنَيْنِ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ اِذْ وَصَّاكُمُ اللهُ بِهذَا. الانعام:143-144
 
yaitu delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba, dan sepasang dari kambing. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya ?". Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu ?". [Al-An'aam : 143-144]
Dan firman Allah dalam surat Al-A'raaf : 32-33
 
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللهِ الَّتِيْ اَخْرَجَ لِعِبَادِه وَ الطَّيّبَاتِ مِنَ الرّزْقِ، قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ امَنُوْا فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ اْلقِيَامَةِ. كَذلِكَ نُفَصّلُ اْلايتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ. قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبـّيَ اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ وَ اْلاِثْمَ وَ اْلبَغْيَ بِغَيْرِ اْلحَقّ وَ اَنْ تُشْرِكُوْا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزّلْ بِه سُلْطَانًا وَّ اَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ. الاعراف: 32-33
 
Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?" Katakanlah : "Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. Katakanlah : "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-A'raaf : 32-33]
Firman Allah tersebut adalah ayat-ayat Makkiyah yang justeru diturunkan untuk mengukuhkan aqidah dan tauhid. Ini membuktikan, bahwa persoalan tersebut dalam pandangan Al-Qur'an bukan termasuk dalam kategori cabang atau bahagian, tetapi termasuk masalah-masalah pokok.
Di Madinah, ketika di kalangan kaum muslimin ada orang-orang yang cenderung untuk berbuat keterlaluan, melebih-lebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal-hal yang baik, Allah menurunkan ayat-ayat untuk menegakkan mereka dalam batas ketentuan Allah dan mengembalikan mereka ke jalan yang lempang.
Firman Allah SWT :
 
يآيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُحَرّمُوْا طَـيّـباَتِ مَآ اَحَلَّ اللهُ لَكَمْ وَ لاَ تَعْتَدُوْا، اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ اْلمُعْتَدِيْنَ. وَ كُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَـيّـبًا وَّ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ اَنْـتُمْ بِه مُؤْمِنُوْنَ. المائدة:87-88
 
Hai orang-orang yang beriman: Janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Yang kamu beriman kepada-Nya. [Al-Maaidah : 87-88]
4.  Mengharamkan yang halal akan berakibat timbulnya bahaya
Diantara hak Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan memberi nikmat yang tiada terhitung banyaknya itu, ialah menentukan halal dan haram, sebagaimana Dia juga berhak menentukan perintah-perintah dan syi'ar-syi'ar ibadah dengan sesukanya.
Ini semua adalah hak Ketuhanan. Namun Allah juga berbelas-kasih kepada hamba-Nya. Oleh karena itu Ia menentukan halal dan haram justeru mengandung hikmah ada beberapa alasan yang ma'qul demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Justeru itu pula Allah tidak akan menghalalkan sesuatu kecuali yang baik, dan tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali yang jelek.
Benar! Bahwa Allah pernah juga mengharamkan hal-hal yang baik kepada orang-orang Yahudi. Tetapi semua itu justeru merupakan hukuman kepada mereka atas kedurhakaan yang mereka perbuat dan pelanggaran terhadap larangan Allah. Hal ini telah dijelaskan sendiri oleh Allah dalam firman-Nya :
 
وَ عَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍ، وَ مِنَ اْلبَقَرِ وَ اْلغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَا اِلاَّ مَا حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ اْلحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ذلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ وَ اِنـَّا لَصَادِقُوْنَ. الانعام : 146
 
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang diperut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar. [Al-An'aam : 146]
Di antara bentuk kedurhakaan orang Yahudi itu dijelaskan Allah di dalam firman-Nya :
 
فَبِظُلْمٍ مّنَ الَّذِيْنَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَـيّـبَاتٍ اُحِلَّتْ لَـهُمْ وَ بِصَدّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ كَـثِيْرًا وَّ اَخْذِهِمُ الرّبـَوا وَ قَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَ اَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِاْلبَاطِلِ. النساء:160-161
 
Maka disebabkan kedhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungnguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. [An-Nisaa' : 160-161]
Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dengan membawa agama yang universal dan abadi, maka salah satu diantara rahmat kasih sayang Allah kepada manusia, dihapusnya beban haram yang pernah diberikan Allah sebagai hukuman sementara yang bertujuan mendidik itu, dimana beban tersebut cukup berat bagi manusia.
Kerasulan Nabi Muhammad SAW ini telah disebutkan dalam Taurat, dan namanya punsudah dikenal oleh ahli-ahli kitab, yaitu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an :
 
اَلذَّيِنْ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ اْلاُمّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَه مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرـةِ وَ اْلاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَنْهتـهُمْ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ يَحِلُّ لَـهُمُ الطَّـيّـبَاتِ وَ يُحَرّمُ عَلَيْهِمُ اْلخَبَآئِثَ وَ يَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَ اْلاَغْلاَلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْ. الاعراف:157
 
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. [Al-A'raaf : 157]
Di dalam Islam cara Allah menutupi kesalahan hamba-Nya, bukan dengan mengharamkan barang-barang baik yang lain, tetapi ada beberapa hal yang diantaranya ialah :
1.  Taubat dengan ikhlas (taubatan nasuha). Taubat ini dapat menghapuskan dosa bagaikan air jernih yang dapat menghilangkan kotoran.
2.  Dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, karena amalan-amalan yang baik itu dapat menghilangkan kejelekan.
3.  Dengan bersedekah (shadaqah) karena shadaqah itu dapat menghapus dosa, bagaikan air yang dapat memadamkan api.
4.  Dengan ditimpa oleh beberapa musibah dan percobaan, di mana musibah dan percobaan itu dapat meleburkan kesalahan-kesalahan, bagaikan daun pohon kalau sudah kering akan mejadi hancur.
Dengan demikian, maka dalam Islam dikenal, bahwa mengharamkan sesuatu yang halal itu dapat membawa satu keburukan dan bahaya. Sedang seluruh bentuk bahaya adalah hukumnya haram.
Keadaan ini diperjelas sendiri oleh Al-Qur'an, misalnya tentang arak, Allah berfirman :
 
يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَ اِثْمُهُمَا اَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا. القبرة: 219
 
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". [Al-Baqarah : 219]
Dan begitu juga suatu jawaban yang tegas dari Allah ketika Nabi Muhammad SAW ditanya tentang masalah halal dalam Islam. Jawabannya singkat, Thayyibaat (yang baik-baik). Firman Allah :
 
يَسْأَلُوْنَكَ مَا ذَا اَحِلَّ لَـهُمْ قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ الَّطّـبَات. المائدة:4
 
Mereka menanyakan kepadamu : "Apakah yang dihalalkan bagi mereka ?". Katakanlah : "Dihalalkan bagimu yang baik-baik". [Al-Maidah : 4]
Dan firman-Nya pula, :
اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّـيّـبَاتُ. المائدة:5
 
Pada hari ini telah dihalalkan bagimu semua yang baik-baik. [Al-Maidah : 5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar