Mengharamkan yang Halal dan Menghalalkan yang Haram adalah Berdosa Besar
Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan bagi manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan keleluasaan.
Nabi Muhammad
SAW sendiri telah berusaha untuk memberantas perasaan yang keterlaluan
ini. Diantaranya ialah dengan mencela dan melaknat orang-orang yang suka
berlebih-lebihan tersebut, sebagaimana sabdanya :
اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. اَلاَ هَلَكَ اْلمُتَنَطِّعُوْنَ. مسلم و احمد و ابو داود
Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. Ingatlah, mudah-mudahan binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan. [HR. Muslim, Ahmad dan Abu Dawud]
Dan beliau bersabda tentang sifat risalah beliau:
بُعِثْتُ بِاْلحَنِيْفِيَّةِ السَّمْحَةِ. احمد
Saya diutus dengan membawa suatu agama yang lurus dan longgar. [Ahmad]
Yaitu
suatu agama yang teguh dalam beraqidah dan tauhid, serta longgar dalam
hal pekerjaan dan perundang-undangan. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda
di dalam khutbahnya :
اَلاَ
اِنَّ رَبِّى اَمَرَنِى اَنْ اُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا
عَلَّمَنِى يَوْمِى هذَا. كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ وَ
اِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَ اِنَّهُمْ اَتَتْهُمُ
الشَّيَاطِيْنُ فَاحْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ
مَا اَحْلَلْتُ لَـهُمْ وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوْنِى مَا لَمْ
اُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. مسلم
Ketahuilah,
sesungguhnya Tuhanku memerintahkan padaku untuk mengajarkan kepadamu
apa-apa yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah
mengajarkan kepadaku pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta
yang Aku berikan kepada hamba adalah halal, dan Aku ciptakan
hamba-hamba-Ku ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah
syetan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari
agamanya, dan mengharamkan atas
mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh
(mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku
tidak menurunkan keterangan kepadanya". [HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Dengan hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat dipersamakan dengan syirik. Dan justru itu pula
Al-Qur'an menentang keras terhadap sikap orang-orang musyrik Arab
terhadap berhala mereka, dan tentang sikap mereka yang berani
mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan binatang yang
baik-baik, padahal Allah tidak mengizinkannya. Diantara mereka telah
mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Al-Qur'an bersikap
keras terhadap sikap pengharaman ini, Firman Allah :
مَا
جَعَلَ اللهُ مِنْ بَحِيْرَةٍ وَّ لاَ سَآءِبَةٍ وَّ لاَ وَصِيْلَةٍ وَّ
لاَ حَامٍ وَّ لكِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللهِ
اْلكَذِبَ وَ اَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ. وَ اِذَا قِيْلَ لَـهُمْ
تَعَالَوْا اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا
حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ابَآءَنَآ اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ
يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:103-104
Allah
sekali-kali tidak mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan
haam, akan tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah,
dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka :
"Marilah mengikuti apa yang telah diturunkan Allah dan mengikuti Rasul".
Mereka menjawab : "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak
kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikutinya juga
nenek-moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?". [Al-Maidah 103-104]
Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima
kali dan anak yang ke lima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah
telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh
diambil air susunya.
Saaibah,
ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu
nadzar. Misalnya : Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu
atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernadzar akan menjadikan
untanya saibah bila maksud atau perjalannya berhasil dan selamat.
Washiilah,
ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari
jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak
disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan Haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
Keterangan :
Di
dalam menerangkan arti bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, para ulama
tafsir berbeda-beda. Adapun yang kami kutip diatas adalah keterangan
yang tercantum dalam Tafsir Al-Qur'an Tarjamah dari DEPAG RI.
Dalam
surat Al-An'aam ada bantahan terhadap prasangka merka yang telah
mengharamkan beberapa binatang, seperti : unta, sapi, biri-biri dan
kambing.
ثَمَانِيَةَ
اَزْوَاجٍ مّنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ اْلمَعْزِاثْنَيْنِ قُلْ
آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ
اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ نَـبّـئُوْنِيْ بِعِلْمٍ اِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِيْنَ، وَ مِنَ اْلاِبِلِ اثْنَيْنِ وَ مِنَ اْلبَقَرِ اثْنَيْنِ
قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ اَمِ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمَّا اشْتَمَلَتْ
عَلَيْهِ اَرْحَامُ اْلاُنْثَيَيْنِ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ اِذْ
وَصَّاكُمُ اللهُ بِهذَا. الانعام:143-144
yaitu
delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba, dan sepasang
dari kambing. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah
ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya
?". Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang
orang-orang yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.
Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang
betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu
menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu ?". [Al-An'aam : 143-144]
Dan firman Allah dalam surat Al-A'raaf : 32-33
قُلْ
مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللهِ الَّتِيْ اَخْرَجَ لِعِبَادِه وَ
الطَّيّبَاتِ مِنَ الرّزْقِ، قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ امَنُوْا فِى اْلحَيوةِ
الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ اْلقِيَامَةِ. كَذلِكَ نُفَصّلُ اْلايتِ
لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ. قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبـّيَ اْلفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ وَ اْلاِثْمَ وَ اْلبَغْيَ بِغَيْرِ اْلحَقّ
وَ اَنْ تُشْرِكُوْا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزّلْ بِه سُلْطَانًا وَّ اَنْ
تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ. الاعراف: 32-33
Katakanlah
: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik ?" Katakanlah : "Semuanya itu disediakan
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui. Katakanlah : "Tuhanku hanya
mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-A'raaf : 32-33]
Firman
Allah tersebut adalah ayat-ayat Makkiyah yang justeru diturunkan untuk
mengukuhkan aqidah dan tauhid. Ini membuktikan, bahwa persoalan tersebut
dalam pandangan Al-Qur'an bukan termasuk dalam kategori cabang atau
bahagian, tetapi termasuk masalah-masalah pokok.
Di
Madinah, ketika di kalangan kaum muslimin ada orang-orang yang cenderung
untuk berbuat keterlaluan, melebih-lebihkan dan mengharamkan dirinya
dalam hal-hal yang baik, Allah menurunkan ayat-ayat untuk menegakkan
mereka dalam batas ketentuan Allah dan mengembalikan mereka ke jalan
yang lempang.
Firman Allah SWT :
يآيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُحَرّمُوْا طَـيّـباَتِ مَآ اَحَلَّ اللهُ
لَكَمْ وَ لاَ تَعْتَدُوْا، اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ اْلمُعْتَدِيْنَ. وَ
كُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَـيّـبًا وَّ اتَّقُوا اللهَ
الَّذِيْ اَنْـتُمْ بِه مُؤْمِنُوْنَ. المائدة:87-88
Hai
orang-orang yang beriman: Janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang
telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Yang kamu beriman
kepada-Nya. [Al-Maaidah : 87-88]
4. Mengharamkan yang halal akan berakibat timbulnya bahaya
Diantara
hak Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan memberi nikmat yang
tiada terhitung banyaknya itu, ialah menentukan halal dan haram,
sebagaimana Dia juga berhak menentukan perintah-perintah dan
syi'ar-syi'ar ibadah dengan sesukanya.
Ini semua
adalah hak Ketuhanan. Namun Allah juga berbelas-kasih kepada hamba-Nya.
Oleh karena itu Ia menentukan halal dan haram justeru mengandung hikmah
ada beberapa alasan yang ma'qul demi kemaslahatan manusia itu sendiri.
Justeru itu pula Allah tidak akan menghalalkan sesuatu kecuali yang
baik, dan tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali yang jelek.
Benar!
Bahwa Allah pernah juga mengharamkan hal-hal yang baik kepada
orang-orang Yahudi. Tetapi semua itu justeru merupakan hukuman kepada
mereka atas kedurhakaan yang mereka perbuat dan pelanggaran terhadap
larangan Allah. Hal ini telah dijelaskan sendiri oleh Allah dalam
firman-Nya :
وَ
عَلَى الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِيْ ظُفُرٍ، وَ مِنَ
اْلبَقَرِ وَ اْلغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُوْمَهُمَا اِلاَّ مَا
حَمَلَتْ ظُهُوْرُهُمَآ اَوِ اْلحَوَايَآ اَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ
ذلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ وَ اِنـَّا لَصَادِقُوْنَ. الانعام : 146
Dan
kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku;
dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua
binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang
diperut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah
Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya Kami
adalah Maha Benar. [Al-An'aam : 146]
Di antara bentuk kedurhakaan orang Yahudi itu dijelaskan Allah di dalam firman-Nya :
فَبِظُلْمٍ
مّنَ الَّذِيْنَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَـيّـبَاتٍ اُحِلَّتْ
لَـهُمْ وَ بِصَدّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ كَـثِيْرًا وَّ اَخْذِهِمُ
الرّبـَوا وَ قَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَ اَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ
بِاْلبَاطِلِ. النساء:160-161
Maka
disebabkan kedhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungnguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
yang bathil. [An-Nisaa' : 160-161]
Setelah
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dengan membawa
agama yang universal dan abadi, maka salah satu diantara rahmat kasih
sayang Allah kepada manusia, dihapusnya beban haram yang pernah
diberikan Allah sebagai hukuman sementara yang bertujuan mendidik itu,
dimana beban tersebut cukup berat bagi manusia.
Kerasulan
Nabi Muhammad SAW ini telah disebutkan dalam Taurat, dan namanya
punsudah dikenal oleh ahli-ahli kitab, yaitu seperti yang disebutkan
dalam Al-Qur'an :
اَلذَّيِنْ
يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ اْلاُمّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَه
مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرـةِ وَ اْلاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ
بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَنْهتـهُمْ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ يَحِلُّ لَـهُمُ
الطَّـيّـبَاتِ وَ يُحَرّمُ عَلَيْهِمُ اْلخَبَآئِثَ وَ يَضَعُ عَنْهُمْ
اِصْرَهُمْ وَ اْلاَغْلاَلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْ. الاعراف:157
orang-orang
yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. [Al-A'raaf : 157]
Di dalam
Islam cara Allah menutupi kesalahan hamba-Nya, bukan dengan mengharamkan
barang-barang baik yang lain, tetapi ada beberapa hal yang diantaranya
ialah :
1. Taubat
dengan ikhlas (taubatan nasuha). Taubat ini dapat menghapuskan dosa
bagaikan air jernih yang dapat menghilangkan kotoran.
2. Dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, karena amalan-amalan yang baik itu dapat menghilangkan kejelekan.
3. Dengan bersedekah (shadaqah) karena shadaqah itu dapat menghapus dosa, bagaikan air yang dapat memadamkan api.
4. Dengan
ditimpa oleh beberapa musibah dan percobaan, di mana musibah dan
percobaan itu dapat meleburkan kesalahan-kesalahan, bagaikan daun pohon
kalau sudah kering akan mejadi hancur.
Dengan
demikian, maka dalam Islam dikenal, bahwa mengharamkan sesuatu yang
halal itu dapat membawa satu keburukan dan bahaya. Sedang seluruh bentuk
bahaya adalah hukumnya haram.
Keadaan ini diperjelas sendiri oleh Al-Qur'an, misalnya tentang arak, Allah berfirman :
يَسْأَلُوْنَكَ
عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّ
مَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَ اِثْمُهُمَا اَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا. القبرة:
219
Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : "Pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfa'atnya". [Al-Baqarah : 219]
Dan
begitu juga suatu jawaban yang tegas dari Allah ketika Nabi Muhammad SAW
ditanya tentang masalah halal dalam Islam. Jawabannya singkat,
Thayyibaat (yang baik-baik). Firman Allah :
يَسْأَلُوْنَكَ مَا ذَا اَحِلَّ لَـهُمْ قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ الَّطّـبَات. المائدة:4
Mereka menanyakan kepadamu : "Apakah yang dihalalkan bagi mereka ?". Katakanlah : "Dihalalkan bagimu yang baik-baik". [Al-Maidah : 4]
Dan firman-Nya pula, :
اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّـيّـبَاتُ. المائدة:5
Pada hari ini telah dihalalkan bagimu semua yang baik-baik. [Al-Maidah : 5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar