6. Para Pemuka Musyrikin Quraisy menemui Nabi SAW
Pada
suatu hari semua penganjur dan pemuka Quraisy melaksanakan keputusan
mereka, yaitu hendak bertemu dengan Nabi SAW. Pada waktu itu Nabi SAW
sedang duduk seorang diri di Masjid. Adapun yang datang lebih dahulu
ialah Abu Jahal bin
Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubay bin Khalaf, Utbah bin Rabi'ah, kemudian
datang yang lain-lainnya lagi. Setelah mereka semua berada dihadapan
Nabi SAW, beliau lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur'an, dengan maksud
berda'wah kepada mereka..
Pada
waktu itu Nabi SAW bersungguh-sungguh dan penuh harapan, supaya mereka
itu segera menjadi pengikut beliau (masuk Islam). Sebab itu beliau
sangat menghormati mereka. Karena beliau tidak mengerti maksud
kedatangan mereka yang sangat jahat itu. Beliau tidak menyangka bahwa
kedatangan mereka itu hendak menghina, merendahkan, mengejek dan
mentertawakan seruannya. Bahkan sebaliknya beliau menyangka bahwa
kedatangan mereka itu hendak mengikuti seruannya dan beriman. Karena
memang sejak beberapa waktu sebelumnya beliau sudah mengharap-harapkan
hal itu. Karena beliau beranggapan, bahwa apabila mereka itu sudah mau
mengikuti seruannya, lalu menjadi pemuka-pemuka Islam, maka sudah barang
tentu semakin banyaklah orang-orang yang dari lapisan bawah, dari
rakyat jelata akan terbawa mengikuti jejak mereka, sehingga lebih
pesatlah kemajuan langkah beliau dalam menyiarkan agama Islam serta
lekas tercapai apa yang dicita-citakannya.
Namun
ketika Nabi SAW tengah asyik bercakap-cakap dengan mereka dan dengan
wajah berseri-seri, tiba-tiba datanglah seorang yang buta, yang
pakaiannya compang-camping
ingin bertemu beliau. Orang buta itu bernama Abdullah bin Suraih bin
Malik bin Rabi'ah Al-Fihry, dan ia dikenal orang dengan nama Ibnu Ummi
Maktum (anak lelaki dari Ummi Maktum).
Kedatangannya
itu dengan sungguh-sungguh serta dengan tulus ikhlas ingin mengetahui
seluk beluk agama Islam dan hendak mempelajari pelajaran Allah yang
telah diturunkan dan diajarkan kepada beliau. Pada saat itu Nabi SAW
masih terus bercakap-cakap dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dengan
asyiknya kepada mereka dengan wajah yang berseri-seri. Dan beliau tidak
memperdulikan orang buta yang papa yang datang kepada beliau itu. Dan setiap kali selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an beliau menanyakan kepada mereka :
اَ لَـيْسَ حَسَنًا مَا جـِئْتُ بِهِ ؟
"Bukankah apa yang kudatangkan ini baik ?"
Mereka menjawab dengan tertawa : "Ya, baik, demi Allah ! Sungguh memang amat baik !"
Nabi SAW lalu membacakan beberapa ayat yang lainnya lagi lantas menanyakan pula kepada mereka :
هَلْ تَرَوْنَ بِمَا اَقُوْلُ لَكُمْ بَأْسًا ؟
Apakah menurut pendapatmu apa yang kukatakan kepadamu ini jelek ?
Mereka menyahut bersama-sama : "Tidak, demi Allah ! Sungguh semuanya baik".
Demikianlah
hingga terjadi berulang-ulang. Dan ditengah-tengah beliau asyik
bercakap-cakap begitu, orang buta yang papa itu selalu menyela :
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu !".
Begitulah
perkataan Ibnu Ummi Maktum berkali-kali. Tetapi Nabi SAW tidak
mempedulikan dan tidak pula memperhatikan permintaan orang buta itu,
bahkan beliau bermasam muka dan memalingkan muka dari orang buta itu ke
arah para pembesar dan pemuka Quraisy.
Sehubungan dengan adanya peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada beliau SAW :
عَبَسَ
وَتَوَلّى. اَنْ جَآءَهُ اْلاَعْمى. وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّه يَزَّكّى.
اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرى. اَمَّا مَنِ اسْتَغْنى.
فَاَنــْتَ لَه تَصَدّى. وَمَا عَلَيْكَ اَلاَّ يَزَّكّى. وَ اَمَّا مَنْ
جَآءَكَ يَسْعى. وَهُوَ يَخْشى. فَاَنــْتَ عَنْهُ تَـلَـهّى. كَلاَّ
اِنــَّهَا تَذْكِرَةٌ. عبس:1-11
"Dia (Muhammad)
bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta
kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu
memberi manfaat kepadanya ? Adapun orang yang menganggap dirinya serba
cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau
dia tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu
dengan bersegera (untuk mendapatkan pelajaran), sedang ia takut kepada
(Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian) !
Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, ['Abasa : 1 - 11].
Diriwayatkan
setelah Nabi SAW, mendapat teguran Allah itu, beliau tidak pernah lagi
memasamkan muka atau memalingkan muka dari siapapun yang datang kepada
beliau, terutama jika yang datang itu adalah orang dari lapisan bawah
yang papa, miskin dan sebagainya, maka dengan segera beliau
menghormatinya dan mendudukkannya sambil menanyakan apa yang menjadi
keperluannya. Terutama bila beliau kedatangan Ibnu Ummi Maktum tersebut
yang menyebabkan beliau mendapat teguran dari Allah, maka beliau
sangatlah memberi penghormatan kepadanya seraya berkata :
مَرْحَبًا بِمَنْ عَاتَبَنِىْ فِيْهِ رَبـِّى.
"Selamat datang wahai orang yang menyebabkan aku mendapat teguran dari Tuhanku".
1. Hijrah ke negeri Habsyi yang pertama.
Walaupun
pada masa itu orang-orang dari bangsa Arab Quraisy dan bangsa Arab
lainnya bertambah banyak yang mengikut Nabi SAW, tetapi
rintangan-rintangan yang dihadapkan kepada beliau dan kaum Muslimin
makin hari semakin besar pula.
Singkatnya,
bahwa setiap orang yang menjadi pengikut Nabi SAW baik laki-laki maupun
perempuan, baik tua maupun muda, pastilah mereka masing-masing pernah
mendapat penganiayaan dari kaum musyrikin, terutama jika ia adalah
seorang yang terpandang lemah, hina, rendah, tidak berkekuatan sesuatu
apapun, maka ia pasti memperoleh penganiayaan yang berupa pukulan dan
juga siksaan sampai setengah mati, sehingga ada yang sampai
menghembuskan nafas yang penghabisan.
Sedang
Nabi SAW selain hati beliau selalu disakiti, beliau pernah diperlakukan
dengan sewenang-wenang, dan dimusuhi dengan cara yang biadab oleh
kepala-kepala kaum Quraisy, juga beliau dimusuhi dengan cara-cara yang
sangat halus. Karena mereka mengetahui bahwa merintangi beliau dengan
perbuatan-perbuatan kasar tidaklah mendatangkan hasil yang mereka
maksudkan, maka mereka lalu merintangi beliau dengan cara yang sangat
halus. Dan andaikata bukanlah dia seorang Nabi dan Rasul yang dipilih
oleh Allah, dengan hati yang terpelihara benar-benar, niscaya akan
terpengaruh dan terpedayalah oleh bujukan dan perbuatan mereka.
Sebagaimana firman Allah yang diturunkan kepadanya pada waktu itu :
وَ
اِنْ كَادُوْا لَـيَفْتِنُوْنَـكَ عَنِ الَّذِىْ اَوْحَيْنَآ اِلَـيْكَ
لِـتَفْتَرِيَ عَلَـيْنَا غَيْرَه وَ اِذًا لاَّ تـَّخَذُوْكَ خَلِـيْلاً.
وَلَوْلاَ اَنْ ثَبَتْنكَ لَـقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَـيْهِمْ شَيْئًا
قَلِـيْلاً. اِذًا لاَذَقْنكَ ضِعْفَ اْلحَيوة وَضِعْفَ اْلمَمَاتِ ثُمَّ
لاَ تَجـِدُ لَكَ عَلَـيْنَا نَصِيْرًا. الاسراء:73-75
"Dan
sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap
Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi
shahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya
kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi
demikian, benar-benarlah Kami akan merasakan kepadamu (siksaan) berlipat
ganda di dunia dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati,
dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap (siksa) Kami." [Al-Israa' : 73 - 75]
Demikianlah
Allah memperingatkan diri Nabi SAW pada saat itu. Adapun sebab-sebab
turunnya wahyu itu menurut satu riwayat adalah demikian :
Pada
suatu ketika Nabi SAW sedang berada disamping Ka'bah. Pada waktu itu Abu
Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan para pemuka musyrikin Quraisy
lainnya kebetulan ada ditempat itu juga. Setelah mereka mengetahui bahwa
Nabi SAW sedang ada di tempat tersebut, maka mereka bersama-sama
menemui beliau, dan salah seorang dari mereka berkata : Muhammad,
kebetulan sekali engkau ada di sini sekarang, karena memang telah
beberapa hari kami mencari engkau, tetapi selalu tidak dapat betemu.
Kami hendak berbicara sedikit kepadamu, dan memang kebetulan sekali
engkau ada di sini. Hai Muhammad, mari kita meminta berkah dari tuhan
kami, nanti kami akan mengikut seruanmu dan memeluk agamamu".
Pada
waktu itu Nabi SAW memang sangat memperhatikan keadaan bangsanya, agar
mereka jangan sampai berpecah belah, dan beliau sangat
mengharap-harapkan keislaman mereka. Karena itu hati beliau timbul
perasaan hendak menuruti keinginan mereka dengan maksud kalau-kalau
mereka nanti sungguh-sungguh akan mengikut seruannya dan memeluk Islam.
Karena peristiwa itu, kemudian Allah menurunkan wahyu tersebut .
Inilah
suatu bukti dari pada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Nabi SAW itu
adalah seorang ma'shum, yang dipelihara Allah dari perbuatan-perbuatan
yang akan membawa atau menimbulkan dosa.
Selanjutnya,
sekalipun Nabi SAW pada masa itu menempuh bermacam-macam ujian dan
rintangan dari kaum Musyrikin Quraisy, tetapi pendirian beliau tetap
teguh, dan iman beliau tetap kuat dan tebal kepada Allah. Namun demikian
setelah beliau setiap hari senantiasa melihat dan menyaksikan
pengikut-pengikut beliau (kaum Muslimin) terus-menerus dianiaya dan
diperlakukan sewenang-wenang oleh mereka itu, terutama dari mereka yang
terpandang lemah, hina dan rendah, maka akhirnya pada suatu hari beliau
memerintahkan kepada kaum Muslimin, baiklaki-laki maupun perempuan,
supaya mereka hijrah ke luar negeri, yaitu ke negeri Habsyi yang disana
tidak ada perbuatan yang sewenang-wenang dan penganiayaan darifihak
pemerintah.
Negeri
Habsy atau Abessinia, terletak di benua Afrika. Gelaran Raja Habsyi
dikala itu ialah Najasyi (Negus). Adapun pada masa itu raja Habsyi dan
sebagian besar dari rakyatnya memeluk agama Nasrani (Kristen).
Oleh sebab itu pada suatu hari beliau mengumpulkan para pengikut beliau (kaum Muslimin) lalu bersabda kepada mereka :
لَوْ
خَرَجْتُمْ اِلَى اَرْضِ اْلحَبَشَةِ فَاِنَّ فِيْهَا مَلِكًا لاَ
يُظْلَمُ اَحَدٌ عِنْدَهُ حَتَّى يَجْعَلَ اللهُ لَكُمْ فَرَجًا
وَمَخْرَجًا مِمَّا اَنـْـتُمْ فِيْهِ.
"Jikalau
kamu mau keluar berpindah ke negeri Habsyi, (adalah lebih baik) karena
di sana ada seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorangpun yang
dianiaya, sehingga Allah menjadikan suatu masa kemudahan dan keluasan
kepada kamu, dari pada keadaanmu yang seperti sekarang ini".
Perintah Nabi SAW tersebut ditujukan kepada siapa saja yang mau di antara
kaum Muslimin. Maka perintah itu setelah diterima oleh kaum Muslimin,
lalu sebagian dari mereka menjalankan perintah itu dengan tulus ikhlas.
Tetapi sebagian besar di antara mereka (kaum Muslimin) lebih suka tetap
bertempat tinggal di kota Makkah bersama-sama dengan Nabi SAW; senang
atau susah akan dirasakan dan ditanggung bersama-sama dengan beliau.
Adapun
kaum Muslimin yang berhijrah, mereka berangkat dari kota Makkah dengan
sembunyi-sembunyi, supaya tidak diketahui oleh kaum musyrikin, dan
berangkatnyapun seorang demi seorang, atau berdua-dua dengan isterinya
masing-masing. Agar supaya perbuatan mereka itu jangan sampai diketahui
oleh kaum musyrikin, karena jika sampai diketahui oleh mereka, tentu
mereka di tengah jalan akan mendapat rintangan dari fihak kaum
musyrikin.
Kemudian
setelah mereka itu sampai dipantai laut Merah, mereka menyewa sebuah
perahu untuk berlayar ke negeri Habsyi, dengan tidak mendapat halangan
sesuatu apa, maka tinggallah mereka di sana dengan aman dan sejahtera.
Adapun
mereka yang berangkat hijrah itu sebanyak 10 orang laki-laki dan 5 orang
perempuan, jadi seluruhnya 15 orang. Adapun nama mereka masing-masing
adalah sebagai berikut :
1. Utsman
bin Affan (dari Bani Umayyah), 2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabiah
(dari Bani Abdu Syamsin), 3. Abu Salamah bin Abdul Asad (dari Bani
Makhzum), 4. Az-Zubair bin Al-Awwam (dari Bani Asad), 5. Mus'ab bin
Umair (dari Bani Abdud Dar), 6. Abdurrahman bin Auf (dari Bani Zuhrah),
7. Amir bin Rabi'ah (dari Bani Ady bin Ka'ab), 8.Utsman bin Madh'un
(dari Bani Jamuh), 9. Abu Sabrah bin Abi Wahmin (dari Bani Amir), 10.
Sahl bin Baidla' (dari Bani Al-Harits) 11. Ruqoyyah binti Muhammad,
puteri Nabi SAW (isteri Utsman bin Affan), 12. Sahlah binti Suhail
(isteri Abu Hudzaifah), 13. Ummu Salamah binti Abi Umayyah (isteri Abu
Salamah), 14. Laila binti Abi Khaitsamah (isteri Amir bin Rabiah), dan
15. Ummu Kultsum (isteri Abu Sabrah).
Hijrah
inilah yang disebut di dalam kitab-kitab tarikh Islam dengan sebutan
"Hijratul-Ula" (hijrah yang pertama). Dan menurut riwayat, berangkat
mereka itu dari kota Makkah pada permulaan bulan Rajab tahun ke 5 dari
tahun Bi'tsah.
Setelah mereka sampai di negeri Habsyi, mereka diterima dan dihormati dengan sebaik-baik penghormatan oleh raja Najasyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar