13. Rukanah bin 'Abdu Yazid dan Mu'jizat Nabi SAW
Rukanah bin
'Abdu Yazid bin Hasyim adalah seorang jagoan gulat yang terkenal kuat,
tetapi tergolong pemuka Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW. Pada
suatu hari ia bertemu sendirian dengan Nabi SAW di satu kampung yang
terletak di tepi kota Makkah. Waktu itu Nabi SAW bertanya kepadanya, : "Hai Rukanah, apakah tidak sebaiknya engkau takut kepada Allah dan menerima apa yang telah aku serukan kepadamu ?".
Rukanah menjawab dengan kasar, "Sesungguhnya jika aku mengetahui, bahwa yang engkau katakan itu benar, tentu aku telah menurut kepadamu !".
Nabi SAW bersabda, "Bagaimana pendapatmu, jika aku bisa membantingmu, apakah engkau mau mengerti bahwa yang aku serukan itu benar ?"
Rukanah menjawab, "Engkau akan membantingku, Muhammad ? Kalau bisa, silahkan bantinglah aku !"
Nabi SAW bersabda, "Berdirilah, engkau kubanting !"
Seketika
itu Rukanah berdiri dan siap untuk bergulat dengan Nabi SAW. Kemudian
mereka bergulat dengan sengitnya. Lalu Nabi SAW membantingnya hingga
jatuh terbaring di atas
tanah. Rukanah tidak berdaya sedikitpun untuk membalas Nabi SAW, tetapi
masih sombong dan mengajak bergulat lagi. Oleh Nabi SAW ketika itu
dilayani, lalu beliau bergulat lagi dengannya dan ia dibanting lagi
hingga jatuh. Setelah Rukanah merasa tidak mampu melawan Nabi SAW, ia
berkata, "Ini, sangat mengherankan. Apakah engkau akan membantingku lagi, Muhammad ?"
Nabi SAW bersabda, "Ada
lagi yang lebih mengherankan dari pada itu, jika engkau mau akan
kuperlihatkan juga kepadamu. Tetapi sesudah itu, apakah engkau mau takut
kepada Allah dan menurut perintahku ?"
Rukanah menjawab, "Ya. Apa itu ?"
Nabi SAW berkata, "Aku akan memanggil pohon yang engkau lihat itu, biar pohon itu datang kepadaku kemari".
Kata Rukanah, "Baik, panggillah pohon itu !"
Nabi SAW
lalu memanggil pohon yang ditunjukkan kepada Rukanah, lalu datanglah
pohon itu hingga berdiri dihadapan beliau. Kemudian pohon itu
diperintahkan lagi oleh Nabi SAW supaya kembali ke tempatnya semula,
maka pohon tadi kembali ke tempatnya semula.
Setelah itu Rukanah pergi kepada para kawannya dan mengatakan, "Hai
para kawan keturunan 'Abdu Manaf ! Muhammad telah melakukan sihir
hingga mengalahkan semua orang di bumi ini. Demi Allah, aku belum pernah
melihat seorangpun yang lebih pintar menyihir dari padanya". Kemudian ia memberitahukan kepada teman-temannya tentang segala yang diperbuat oleh Nabi SAW atas dirinya.
14. Peristiwa Abu Jahal dan Orang dari Iraasy
Pada
suatu waktu seorang laki-laki dari Iraasy atau Iraasyah datang dengan
membawa ontanya ke Makkah untuk dijual. Kemudian onta itu dibeli oleh
Abu Jahal, tetapi pembayarannya ditangguhkan. Setelah sampai beberapa
hari dan sudah terlewat dari janjinya, maka orang laki-laki tadi datang
menagih Abu Jahal, namun belum juga mau membayarnya. Maka dia datang ke
tempat pertemuan para ketua Quraisy untuk meminta tolong kepada mereka,
supaya diantara mereka ada yang mau menolong untuk memintakan uang
ontanya itu kepada Abu Jahal, sedang waktu itu Nabi SAW kebetulan duduk
di masjid. Orang Iraasy itu berkata dengan suara yang agak keras di
tempat tersebut, "Wahai para ketua Quraisy, siapa diantara tuan-tuan
yang mau menolong saya untuk mengembalikan milik saya dari Abul Hakam
bin Hisyam ? Karena saya ini adalah seorang pedagang yang datang dari
luar daerah. Ambilkanlah milik saya dari tangan Abul Hakam !".
Setelah para ketua Quraisy mendengar permintaan orang Araasy yang demikian itu lalu mempermainkannya dengan mengatakan, "Apakah engkau melihat orang yang sedang duduk di sana itu ?" (sambil menunjuk kepada Nabi SAW yang sedang duduk). "Pergilah kepada orang itu, nanti dia yang akan membayarkan uangmu yang ada di tangan Abul Hakam !".
Oleh
karena perkataan mereka itu disangka betul olehnya, maka ia segera
datang kepada Nabi SAW yang sedang duduk sendiri itu. Setelah di muka
Nabi SAW, ia menyampaikan maksudnya untuk meminta uang harga ontanya
yang sudah sekian hari dibeli oleh Abul Hakam (Abu Jahal), tetapi belum
dibayar.
Maksud
para ketua Quraisy berbuat demikian itu ialah agar Nabi SAW bertengkar
dan berkelahi dengan Abu Jahal, dan beliau biar dipukul oleh Abu Jahal
yang sudah lama merencanakan hendak memukul beliau. Namun Nabi SAW
setelah mendengar perkataan orang Iraasy tadi, lalu berdiri dan pergi
bersamanya ke rumah Abu Jahal. Sesampai di rumah Abu Jahal beliau
mengetok pintunya. Para ketua Quraisy setelah melihat Nabi SAW pergi
bersama orang Iraasy ke rumah Abu Jahal, mereka menyuruh utusan supaya
mengikuti dari belakang, karena ingin mengetahui akibat yang dialami
oleh Nabi SAW dari perbuatan Abu Jahal.
Abu Jahal mendengar pintu rumahnya diketok oleh orang dengan keras, lalu ia bertanya dari dalam, "Siapa itu ?"
Nabi SAW menjawab, "Muhammad; keluarlah kamu". Abu Jahal membuka pintu rumahnya lalu keluar dengan muka pucat serta ketakutan. Nabi SAW lalu berkata kepadanya, "Berikanlah kepada orang ini hak miliknya !".
Abu Jahal menyahut, "Baiklah ! Tunggu sebentar sampai saya membayar kepadanya !".
Abu Jahal
terus masuk ke rumah dan mengambil uang, lalu ia keluar lagi dan
membayar harga onta yang dibelinya itu kepada orang Iraasy tersebut.
Kemudian
Nabi SAW kembali bersama orang Iraasy dari rumah Abu Jahal, lalu
beliaupun menyuruh orang itu pulang. Tetapi orang Iraasy tadi sebelum
kembali, ia datang lebih dahulu ke tempat pertemuan para ketua Quraisy
tadi untuk menyampaikan terima kasihnya kepada mereka yang sudah memberi
nasehat kepadanya sampai haknya yang berada ditempat Abu Jahal bisa
kembali penuh kepadanya.
Kemudian
datanglah sebagian ketua Quraisy yang disuruh mengikuti dari belakang
dan mengintai apa akibat yang akan diterima oleh Nabi SAW dari perbuatan
Abu Jahal tadi ke tempat pertemuan tersebut. Setelah mereka ditanya
oleh orang yang menyuruhnya, mereka mengatakan dengan terus terang, "Sungguh
amat mengherankanku, Muhammad datang ke rumah Abu Jahal terus mengetok
pintunya, lalu keluarlah Abu Jahal dalam keadaan yang amat pucat mukanya
dan kelihatan sengat takut lalu ia disuruh membayar hutangnya dan
seketika itu juga ia membayarnya di muka Muhammad".
Kemudian para ketua Quraisy itu bertanya kepada Abu Jahal, "Celakalah engkau hai Abul Hakam ! Kami tidak pernah melihat seperti perbuatanmu baru-baru ini. Mengapa engkau sampai begitu ?"
Abu Jahal mendengar pertanyaan demikian itu lalu menyahut dengan marah, "Celakalah
kamu ! Demi Allah, ketika Muhammad mengetok pintu rumahku, aku
mendengar suaranya, maka seketika itu timbullah ketakutanku. Maka akupun
keluar untuk menemuinya, dan ketika itu pula aku melihat di atas
kepalaku telah ada seekor onta jantan yang belum pernah aku lihat selama
ini. Onta jantan itu besar kepalanya, pendek lehernya dan panjang
taringnya. Jika aku enggan, niscaya aku ditelan oleh onta itu".
Demikianlah kata Abu Jahal kepada mereka, dan mereka pun lalu diam.
Datangnya Utusan Nashrani Najran, Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
1. Kedatangan Utusan Kaum Nashrani Najran
Pada tahun ke-sepuluh dari bi'tsah (tahun kenabian),
dan belum selang sebulan dari hari kebebasan Nabi SAW dari bencana
pemboikotan di dalam syi'ib, tiba-tiba beliau kedatangan dua puluh orang
utusan dari kaum Nashrani Najran. Mereka memerlukan datang ke Makkah
untuk menghadap Nabi SAW dengan tujuan hendak membuktikan dengan mata
kepala sendiri : Betulkah pribadi beliau itu seorang Nabi serta Rasul Allah ? Karena
mereka di Najran telah mendengar berita yang disiarkan oleh ummat Islam
yang berhijrah ke negeri Habsyi, bahwa Nabi dan Rasul Allah yang
diberitakan (dinubuwatkan) dalam kitab suci mereka (Injil) telah
dibangkitkan di kota Makkah, dan telah menyiarkan seruannya di
tengah-tengah bangsanya.
Setiba di
kota Makkah, secara diam-diam mereka mencari Nabi SAW. Kemudian bertemu
dengan Nabi SAW di masjid, lalu mereka duduk bersama-sama Nabi SAW dan
bercakap-cakap serta menyampaikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Dan
mereka (para utusan Najran) tadi meneliti dan memperhatikan benar-benar
sifat-sifat pada diri Nabi SAW dan dicocokkan dengan apa yang telah
diketahuinya dalam kitab suci mereka.
Setelah
selesai memperhatikan sifat-sifat yang ada pada Nabi SAW dan selesai
membicarakan segala sesuatu yang mereka kehendaki pada beliau, lalu
beliau menyampaikan kepada mereka masing-masing supaya mau mengikut
seruan beliau. Dan beliau membacakan beberapa ayat Al-Qur'an kepada
mereka. Setelah mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca itu,
mengalirlah air mata mereka.
2. Kaum Nasrani Najran Masuk Islam
Kemudian
dengan tulus ikhlas mereka mengikut seruan Nabi SAW dan beriman kepada
beliau. Karena mereka insaf bahwa apa yang diketahuinya dalam kitab suci
mereka (Injil), sesuai dengan apa yang mereka lihat dengan mata kepala
tentang sifat-sifat yang ada pada diri Nabi SAW.
Setelah
mereka berdiri dan pergi dari hadapan Nabi SAW, Abu Jahal dan
kawan-kawannya yang sejak semula menyaksikan mereka dari tempat
pertemuan para pembesar Quraisy menyambut dengan perkataan yang sangat
keji dan menyakitkan hati. Antara lain Abu Jahal berkata, "Aku
belum pernah tahu orang yang datang dari luar negeri yang lebih bodoh,
lebih tolol dan lebih celaka daripada kamu semua ! Kamu disuruh oleh
kaum dan bangsamu, supaya kamu menyatakan adanya berita yang menerangkan
ada seorang laki-laki yang akalnya berobah, ingatannya telah rusak,
otaknya sudah miring, yang mengaku menjadi Nabi dan Rasul Allah.
Kedatangan kamu kemari, dengan tidak bertanya-tanya lebih dulu kepada
kami, lalu dengan terburu-buru kamu percaya kepada Muhammad, padahal ia
seorang pendusta belaka. Kami lebih tahu siapa Muhammad itu. Karena
kamilah yang lebih dekat dengan Muhammad daripada kamu. Mengapa kamu
terburu percaya kepadanya ? Sekarang kamu telah menjadi pengikutnya
sehingga kamu berani meninggalkan agama nenek moyangmu yang benar dan
agama yang dipeluk oleh kaum dan bangsamu. Dan Allah akan mencelakakan
kamu ! Dan tidak ada orang yang lebih tolol daripada kamu, sekalian".
Perkataan Abu Jahal yang semacam itu dijawab oleh sebagian mereka dengan lemah lembut, "Ya,
kami tidak akan membodoh-bodohkan kamu. Kamu hendaklah mengerjakan
agamamu, dan kami hendak mengerjakan agama kami. Mudah-mudahan kamu
selamat. Kami tidak akan mengikut orang-orang yang bodoh !".
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
اَلــَّذِيـْنَ
اتَـيْنهُمُ اْلكِتبَ مِنْ قَـبْلـِه هُمْ بِه يُـؤْمـِنُوْنَ. وَ اِذَا
يُتْلى عَلَـيْهِمْ قَالُوْآ امَنَّا بِه اِنَّـهُ اْلحَقُّ مِنْ
رَّبــِّنَـآ اِنَّـا كُـنَّا مِنْ قَـبْلـِه مُسْلـِمِيْنَ. اُولـئِكَ
يُـؤْتَـوْنَ اَجْرَهُمْ مَرَّتَـيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَ يَدْرَءُوْنَ
بِاْلحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَ مِمَّا رَزَقْـنـهُمْ يُـنْـفِـقُوْنَ. وَ
اِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَ قَالُـوْا لَـنَآ
اَعْمَالُـنَا وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ، سَلمٌ عَلَـيْكُمْ، لاَ نَـبْتَغِى
اْلجهِلـِيْنَ. القصص:52-55
Orang-orang
yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an,
mereka beriman (pula) dengan Al-Qur'an itu. Dan apabila dibacakan
(Al-Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya;
sesugguhnya Al-Qur'an itu suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya
kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya). Mereka itu
diberi pahala dua kali disebabkan keshabaran mereka, dan mereka menolak
kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami
rezqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Dan apabila mereka mendengar
perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan
mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu,
selamat tinggal bagimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
jahil".
[Al-Qashash : 52 - 55]
2. Kematian Paman Beliau Abu Thalib
Belum
berapa lama Nabi SAW dan segenap pengikut beliau bebas dari bencana
pemboikotan, dengan tiba-tiba wafatlah paman beliau yang sangat beliau
cintai, yaitu Abu Thalib. Beliau sangat cinta kepada paman beliau ini,
karena dialah satu-satunya paman yang sangat berjasa kepada beliau, baik
diwaktu beliau masih kecil maupun dikala telah dewasa, dan selanjutnya
sampai menjadi Nabi dan Rasul Allah.
Abu
Thalib pun sangat cinta kepada diri Nabi SAW; dan demikian besar
pembelaan Abu Thalib atas beliau SAW dikala mendapat ancaman dari fihak
kepala-kepala dan pembesar-pembesar Quraisy. Oleh sebab itu, Nabi SAW
selalu ingat akan jasa paman beliau yang tidak sedikit.
Dikala
Abu Thalib telah sakit keras, Nabi SAW berulang kali datang ke rumahnya
untuk mengajak supaya mau menyatakan pengakuannya di muka beliau bahwa,"Tidak ada Tuhan melainkan Allah".
Akan tetapi permintaan dan ajakan Nabi SAW yang sebaik dan seluhur itu
tetap tidak diikut hingga sampai ajalnya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan, bahwa Abu Thalib meninggal masih tetap mengikut agama Abdul
Muththalib.
Dikala
itu Nabi SAW insyaf, bahwa pamannya yang begitu besar jasanya itu wafat
masih dalam mengikut agama datuknya (Abdul Muththalib), ialah agama
menyembah berhala, maka dari itu beliau lalu bersabda :
وَ اللهِ، َلاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ اُنــْهَ عَنْكَ.
"Demi Allah ! Sungguh aku akan memohonkan ampunan kepada Allah untuk engkau pamanku, selama aku tidak dilarang".
Maka ketika itu Allah menurunkan wahyu kepada beliau :
مَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَ الَّذِيـْنَ امَنُوْآ اَنْ يَـسْتَغْفِرُوْا
لِلْمُشْرِكِـيْنَ وَ لَوْ كَانُـوْآ اُولـِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا
تَـبَـيَّنَ لَـهُمْ اَنــَّهُمْ اَصْحَابُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik
itu kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam".
[At-Taubah : 113]
Oleh
sebab itu ketika itu Nabi SAW tidak jadi memohonkan ampun kepada Allah
untuk pamannya (Abu Thalib), dan selanjutnya beliau lalu menerima wahyu
dari Allah :
اِنَّكَ لاَ تَـهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَ لكِنَّ اللهَ يَـهْدِيْ مَنْ يـَّشَآءُ، وَ هُوَ اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيـْنَ. القصص:56
Sesunggunya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi,
tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash : 56]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar