11. Perdebatan para Pendeta Yahudi dengan Pendeta-pendeta Nashrani Najran Semakin Memuncak.
Para
pendeta Yahudi dan pendeta Nashrani Najran, setelah mereka itu
memperdebatkan tentang agama Nabi Ibrahim dan tentang ketuhanan
masing-masing, orang Yahudi menganggap 'Uzair adalah putera Allah dan
orang Nashrani menganggap 'Isa adalah putera Allah, lalu mereka pun saling menuduh dan saling menyalahkan.
Ibnu
Ishaq meriwayatkan, ketika orang-orang Nashrani dari Najran datang
kepada Rasulullah SAW, para pendeta Yahudi lalu datang kepada mereka.
Kemudian mereka saling berdebat dan bertengkar dihadapan Nabi SAW.
Seorang pendeta Yahudi yang bernama Rafi' bin Huraimilah berkata, "Kamu orang-orang Nashrani tidak diatas kebenaran". Pendeta Yahudi tersebut mengkufuri Nabi 'Isa dan kitab Injil. Lalu seorang pendeta Nashrani Najran menjawab, "Kamu orang-orang Yahudilah yang tidak diatas kebenaran".
Pendeta Nashrani tersebut mengkufuri kenabian Nabi Musa dan kitab
Taurat. Sehubungan dengan perkataan mereka itu maka Allah menurunkan
ayat :
وَ
قَالَتِ اْليَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصرى عَلى شَيْءٍ وَّ قَالَتِ النَّصرى
لَيْسَتِ اْليَهُوْدُ عَلى شَيْءٍ وَّ هُمْ يَتْلُوْنَ اْلكِتبَ، كَذلِكَ
قَالَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ، فَاللهُ يَحْكُمُ
بَيْنَهُمْ يَوْمَ اْلقِيمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ.
البقرة:113
Dan
orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nashrani itu tidak mempunyai
suatu pegangan", dan orang-orang Nashrani berkata, "Orang-orang Yahudi
tidak mempunyai sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca
Al-Kitab. Demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka
itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari qiyamat,
tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. [QS. Al-Baqarah : 113]
Demikianlah perdebatan antara kaum Yahudi Madinah dengan kaum Nashrani Najran di hadapan Nabi SAW yang masing-masing berkeras kepala memperta-hankan pendiriannya yang salah.
Adapun penjelasan-penjelasan Nabi Muhammad
SAW kepada kedua pihak yang bertengkar dan berbantah tersebut
sebenarnya merupakan penjelasan yang tegas, jelas, tepat dan benar,
tetapi lantaran mereka masing-masing sudah diliputi oleh perasaan
fanatik, taqlid buta dan mengikut saja kepada apa yang telah ada, maka
mereka tidak mau lagi mempergunakan fikirannya sedikitpun. Dengan
demikian, maka tetaplah mereka tidak dapat mendengar dan menerima
kebenaran yang haqiqi.
Dan orang-orang Yahudi mengatakan, "Orang-orang yang akan menjadi pengisi surga kelak tidak ada lain kecuali kaum Yahudi". Begitu pula para pendeta Nashrani mengatakan, "Orang-orang yang akan menjadi pengisi surga kelak tidak ada lain kecuali kaum Nashrani".
Maka anggapan mereka itu ditolak oleh Allah dengan firman-Nya :
وَقَالُوْا
لَنْ يَّدْخُلَ اْلجَنَّةَ اِلاَّ مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصرى، تِلْكَ
اَمَانِيُّهُمْ، قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صدِقِيْنَ،
بَلى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَه ِللهِ وَ هُوَ مُحْسِنٌ فَلَه اَجْرُه عِنْدَ
رَبّه، وَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَ لاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ. البقرة:111-112
Dan
mereka (Yahudi dan Nashrani) berkata : "Sekali-kali tidak akan masuk
syurga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani".
Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah :
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. [QS. Al-Baqarah : 111-112]
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Ishak, bahwa Rafi' bin Huraimilah, seorang pendeta Yahudi berkata kepada Rasulullah SAW : "Hai
Mumammad, jika kamu betul-betul Rasul dari Allah, katakanlah kepada
Allah, agar Dia berbicara langsung kepada kami sehingga kami mendengar
perkataan-Nya".
Sehubungan dengan peristiwa tersebut, maka Allah menurunkan firman-Nya :
وَ
قَالَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ لَوْ لاَ يُكَلّمُنَا اللهُ اَوْ
تَأْتِيْنَآ ايَةً، كَذلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مّثْلَ
قَوْلِهِمْ، تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ، قَدْ بَيَّنَّا اْلايتِ لِقَوْمٍ
يُّوْقِنُوْنَ. البقرة:118
Dan
orang-orang yang tidak mengetahui berkata : "Mengapa Allah tidak
(langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya
kepada kami ?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah
mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. [QS. Al-Baqarah : 118]
Dan Abdullah bin Shuriya berkata kepada Rasulullah SAW : "Tidak ada petunjuk kecuali yang kami anut, maka ikutilah kami hai Muhammad, pasti kamu mendapat petunjuk". Dan orang-orang Nashrani pun mengatakan seperti itu juga.
Sehubungan dengan perkataan Abdullah bin Shuriya dan perkataan orang-orang Nashrani tersebut, Allah menurunkan firman-Nya :
وَ
قَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصرى تَهْتَدُوْا، قُلْ بَلْ مِلَّةَ
اِبْرهِيْمَ حَنِيْفًا، وَ مَا كَانَ مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. قُوْلُوْآ
امَنَّا بِاللهِ وَ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَ مَآ اُنْزِلَ اِلى
اِبْرهِيْمَ وَ اِسْمعِيْلَ وَ اِسْحقَ وَ يَعْقُوْبَ وَ اْلاَسْبَاطِ وَ
مَآ اُوْتِيَ مُوْسى وَ عِيْسى وَ مَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ
رَّبّهِمْ، لاَ نُفَرّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مّنْهُمْ، وَ نَحْنُ لَه
مُسْلِمُوْنَ. فَاِنْ امَنُوْا بِمِثْلِ مَآ امَنْتُمْ بِه فَقَدِ
اهْتَدَوْا، وَ اِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍ،
فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ، وَ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. صِبْغَةَ
اللهِ، وَ مَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً، وَّ نَحْنُ لَه عبِدُوْنَ.
قُلْ اَتُحَآجُّوْنَنَا فِى اللهِ وَ هُوَ رَبُّنَا وَ رَبُّكُمْ وَ لَنَآ
اَعْمَالُنَا وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ، وَ نَحْنُ لَه مُخْلِصُوْنَ. اَمْ
تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرهِيْمَ وَ اِسْمعِيْلَ وَ اِسْحقَ وَ يَعْقُوْبَ
وَ اْلاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصرى، قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ
اَمِ اللهُ، وَ مَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَه مِنَ
اللهِ، وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ. تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ
خَلَتْ، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَ لَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ، وَ لاَ
تُسْئَلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. البقرة:135-141
Dan
mereka berkata : "Hendaklah kamu menjadi penganut Agama Yahudi atau
Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, bahkan
(kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim)
dari golongan orang musyrik". (135) Katakanlah (hai orang-orang mu'min) :
"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya,
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (136) Maka jika
mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh
mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, sesungguhnya
mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara
kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(137) Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada
Allah ? Dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah. (138) Katakanlah :
"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia
adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu
amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati. (139) Ataukah
kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi
atau Nashrani ? Katakanlah : "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah
Allah, dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang menyembunyikan
syahadah dari Allah yang ada padanya ?". Dan Allah sekali-kali tiada
lengah dari apa yang kamu kerjakan. (140) Itu adalah umat yang telah
lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan;
dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah
mereka kerjakan. (141) [QS. Al-Baqarah : 135-141]
12. Islamnya Abdullah bin Salam
Abdullah
bin Salam, nama kecilnya adalah Hushain bin Salam bin Harits, dari
keturunan Nabi Yusuf bin Ya'qub AS. Ia adalah seorang pendeta dan ulama
Yahudi dari Bani Qainuqa' yang paling dalam pengetahuannya tentang kitab
Taurat. Sebelum Nabi SAW berhijrah ke Madinah, ia telah menanti-nanti
kedatangan Rasul Allah yang terakhir tersebut, yang sifat-sifatnya telah
termaktub dalam Taurat dan Injil, serta kedatangannya telah dijanjikan
di dalamnya. Kemudian, pada hari Nabi SAW tiba Madinah, ia mendapat
berita bahwa orang yang dinanti-nanti dan diharap-harap kedatangannya
itu telah tiba di Madinah. Beberapa hari kemudian ia datang menghadap
Nabi SAW seorang diri secara rahasia, karena khawatir nasib dirinya dan
keluarganya jika keislamannya terdengar oleh kaumnya, terutama
kawan-kawannya sesama pendeta Yahudi. Setelah berhadapan dengan Nabi
SAW, ia mencocokkan sifat-sifat beliau dengan sifat-sifat yang telah
disebutkan dalam Taurat dan Injil. Setelah diketahuinya bahwa
sifat-sifat dan tanda-tanda itu cocok, seketika itu juga ia masuk Islam.
Sekembalinya dari bertemu dengan Nabi SAW, lalu ia mengajak keluarganya
supaya mengikut seruan Nabi SAW. Dan seruannya itu pun diterima oleh
seluruh keluarganya, yang akhirnya mereka semua menjadi pengikut Nabi
SAW, itupun secara rahasia.
Kemudian
untuk membuktikan kepada Nabi SAW bahwa kaum Yahudi itu pendusta,
pembohong dan pengkhianat terhadap kebenaran, maka pada suatu hari
Abdullah bin Salam datang ke rumah Nabi SAW dengan diam-diam. Setelah
bertemu dengan beliau, lalu meminta kepada beliau, bahwa sewaktu-waktu
kaum Yahudi datang kepada beliau, supaya beliau menanyakan pendapat
mereka tentang dirinya (Abdullah bin Salam), agar mereka menerangkan
hal-hal tentang dirinya, dan ia minta pula kepada beliau supaya
diizinkan masuk ke dalam kamar beliau untuk bersembunyi jika kaum Yahudi
datang. Lalu Nabi SAW berjanji akan mengabulkan semua permintaannya.
Ketika
kelihatan dari rumah Nabi bahwa kaum Yahudi datang berbondong-bondong
menuju ke rumah beliau, maka beliau segera menyuruh Abdullah bin Salam
masuk ke dalam kamar. Pada waktu itu kaum Yahudi yang datang ke rumah
Nabi SAW belum mengetahui bahwa Hushain bin Salam telah menjadi pengikut
Islam, dan belum mengetahui bahwa waktu itu ia sedang bersembunyi di
dalam kamar Nabi.
Setelah mereka berhadapan dengan Nabi SAW, beliau lalu bertanya kepada mereka : "Bagaimana keadaan seorang lelaki yang bernama Hushain bin Salam ?"Mereka menjawab : "Ia ada di dalam kebaikan". Nabi SAW bertanya pula : "Bagaimana pendapatmu tentang dia ?" Mereka menjawab : "Menurut
hemat kami, Hushain bin Salam itu adalah tuan kami dan anak lelaki dari
tuan kami. Ia adalah sebaik-baik orang kami dan anak lelaki dari
sebaik-baik orang kami. Ia adalah semulia-mulia orang kami dan anak
laki-laki dari semulia-mulia orang kami. Ia adalah seorang yang paling
alim dari golongan kami, karena dewasa ini di kota Madinah tidak ada
seorang pun yang melebihi kealimannya tentang kitab Allah (Taurat)".
Demikianlah mereka memuji Abdullah bin Salam. Lalu Nabi SAW bersabda kepada mereka : "Jadi, Hushain bin Salam itu adalah seorang dari golongan kalian yang paling terpandang segalanya ?" Mereka menjawab : "Ya, betul begitu Muhammad". Kemudian Nabi SAW memanggil Abdullah bin Salam : "Hai Hushain bin Salam, keluarlah".
Abdullah bin Salam segera keluar, lalu mendekat kepada Nabi SAW dan menghadapkan muka kepada mereka sambil berkata : "Hai
golongan orang-orang Yahudi ! Hendaklah kamu sekalian takut kepada
Allah ! Terimalah dengan baik segala apa yang telah datang kepada kamu !
Demi Allah, sesungguhnya kamu sekalian telah mengetahui bahwa beliau
ini Pesuruh Allah, yang kamu sekalian telah mendapati dan mengenal
sifat-sifat beliau ini didalam kitab yang ada di sisimu ?. Maka
sesungguhnya saya telah bersaksi bahwa beliau ini adalah nabi dan
pesuruh Allah. Sebab memang sebelumnya saya telah mengenal sifat-sifat
beliau sebagaimana yang tersebut dalam kitab Taurat. Oleh sebab itu
sekarang saya telah beriman kepada beliau, membenarkan segala apa yang
didatangkan oleh beliau dan mengikut semua seruan beliau".
Mendengar ucapan Abdullah bin Salam itu, dengan perasaan sangat menyesal mereka berkata : "Tuan berdusta ! Mengapa tuan berani berkata demikian ?".
Abdullah bin Salam menyahut : "Celakalah
kamu semua ! Hendaklah kamu takut kepada Allah !. Apakah kamu sekalian
tidak mengenal sifat-sifat beliau ini dalam kitab Taurat ?".
Mereka menjawab : "Tidak ! Tuanlah yang berdusta ! Tuan adalah sejelek-jelek orang dari golongan kami. Sebab tuan sekarang sudah beragama lain".
Kemudian
mereka bubar dan pergi meninggalkan rumah Nabi SAW, sedangkan Abdullah
bin Salam masih ada di hadapan beliau. Ia berkata kepada beliau : "Inilah
yang saya khawatirkan, ya Rasulullah. Saya sebelumnya telah menuturkan
kepada tuan bahwa kaum Yahudi itu adalah kaum pendusta, pembohong lagi
pengkhianat".
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
قُلْ
اَرَأَيْتُمْ اِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَ كَفَرْتُمْ بِه وَ شَهِدَ
شَاهِدٌ مّنْ بَنِيْ اِسْرَآءِيْلَ عَلى مِثْلِه فَامَنَ وَ
اسْتَكْبَرْتُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ.
الاحقاف:10
Katakanlah
: "Terangkanlah kepadaku bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur'an itu
datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi
dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut
dalam) Al-Qur'an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dhalim". [QS Al-Ahqaaf : 10]
Diriwayatkan,
bahwa setelah Abdullah bin Salam masuk Islam, dan diketahui oleh
pendeta-pendeta dan ulama-ulama Yahudi, ia dicaci maki, dihina,
dijelek-jelekkan dan sangat dimusuhi. Antara lain, pada suatu hari
diantara pendeta-pendeta Yahudi ada yang berkata kepada kawannya, dan
perkataan itu sengaja ditujukan kepada diri Abdullah bin Salam : "Tidak
ada orang yang percaya kepada Muhammad dan seruannya, melainkan
seburuk-buruk dan serendah-rendahnya orang. Orang yang sebaik-baik dan
semulia-mulia dari golongan kita tidak akan berani meninggalkan agama
pusaka nenek moyangnya lalu mengikut agama lain, dari golongan lain dan
dari bangsa lain. Barangsiapa dari golongan kita sampai mengikuti agama
Muhammad, maka teranglah bahwa ia sejahat-jahat orang di kalangan kita".
Sehubungan dengan peristiwa itu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
لَيْسُوْا
سَوَآءً، مِنْ اَهْلِ اْلكِتب اُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَّتْلُوْنَ ايتِ اللهِ
انَآءَ الَّيْلِ وَ هُمْ يَسْجُدُوْنَ. يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ
اْلاخِرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ
وَ يُسَارِعُوْنَ فِى اْلخَيْرَاتِ، وَ اُولـئِكَ مِنَ الصّلِحِيْنَ. وَ
مَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ، وَ اللهُ عَلِيْمٌ
بِاْلمُتَّقِيْنَ. ال عمران: 113-115
Mereka
itu tidak sama, diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku
lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,
sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah
dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan;
mereka itu termasuk orang-orang yang shalih. Dan apa saja kebajikan yang
mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima
pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertaqwa. [QS. Ali Imran : 113-115]
Demikianlah
riwayat masuk Islamnya Hushain bin Salam. Setelah ia memeluk Islam,
namanya diganti oleh Nabi SAW dengan Abdullah bin Salam. Selanjut-nya ia
menjadi pemeluk Islam yang thaat, ia termasuk dari sahabat Anshar, dan
meninggal dunia pada tahun 43 H di Madinah pada zaman Khalifah
Mu'awiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar