Berbagai Peristiwa Penting.
Sebelum
membahas peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW perlu kita ketahui
bahwa peperangan pada zaman Rasulullah SAW itu ada 2 macam, yaitu :
1. Sariyyah ialah
peperangan yang dilakukan oleh pasukan tentara Islam yang dikirim oleh
Nabi SAW, sedangkan beliau tidak turut di dalamnya.
2. Ghazwah ialah peperangan yang Nabi SAW turut di dalamnya.
1. Pasukan Islam yang dipimpin Hamzah bin Abdul Muththalib.
Menurut
riwayat, bahwa pada bulan Ramadlan tahun 1 Hijrah, Nabi SAW mengirim
pasukan Islam yang pertama kali dan dipimpin oleh Hamzah bin 'Abdul
Muththalib RA untuk menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tersebut terdiri
dari kaum
Muhajirin sebanyak 30 orang, berbendera putih dan yang membawa
benderanya ialah shahabat Abu Martsad RA. Hamzah berangkat bersama
tentara Islam yang jumlahnya sedikit tadi menuju ke suatu tempat yang
bernama 'Ish (Hish) dekat lautan yang dipergunakan jalan bagi angkatan
perdagangan kaum musyrikin Quraisy.
Adapun
kafilah Quraisy tersebut adalah mereka yang sedang kembali dari Syam
untuk berdagang sebanyak lebih kurang 300 orang dan dipimpin oleh Abu
Jahl. Setelah mereka saling berhadapan dan siap bertempur, tidak lama
kemudian datanglah seorang kepala Banu Dlamrah yang bernama Majdiy bin
'Amr Al-Juhaniy, mendamaikan dua golongan tersebut, sehingga pertempuran
tidak terjadi. Akhirnya tentara Islam kembali ke Madinah, dan kafilah
Quraisy melanjutkan pulang ke Makkah.
2. Pasukan Islam yang dipimpin oleh 'Ubaidah bin Al-Haarits.
Diriwayatkan, bahwa pada bulan Syawwal tahun 1 Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan pula
pasukan Islam yang dipimpin oleh shahabat 'Ubaidah bin Al-Haarits untuk
menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tentara Islam berjumlah 80 orang
Muhajirin, berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Misthah bin
Atsaatsah. Adapun kafilah musyrikin Quraisy sebanyak 200 orang.
Kedua pasukan ini setelah bertemu di tepi laut, di suatu tempat yang bernama Bathnu Rabigh yang terletak antara negeri Makkah dan Madinah,
lalu saling melepaskan panah. Akhirnya tentara kaum musyrikin ketakutan
terhadap kaum muslimin, lalu mereka mundur. Pada peristiwa tersebut
Sa'ad bin Abi Waqqash sempat melepaskan anak panah, dan itu merupakan
panah yang pertama kali dilepaskan dalam Islam. Dan diantara mereka ada
dua orang yang menyerahkan diri kepada pasukan muslimin. Kedua orang
tadi ialah Miqdad bin Al-Aswad dari Bani Zuhrah dan 'Utbah bin Ghazwan
dari Bani Naufal, yang duanya itu keturunan Quraisy. Setelah mereka
menyerahkan diri, lalu dengan ikhlash mengikut Islam.
Peristiwa lain-lain yang terjadi pada th. 1 Hijrah.
1. Wafatnya beberapa shahabat :
a. Wafatnya shahabat Kaltsum bin Hadam RA.
Kaltsum
bin Hadam adalah seorang shahabat Anshar yang pada waktu Nabi SAW sampai
di Quba' dalam perjalanan hijrah ke Madinah rumahnya didiami oleh Nabi
SAW. Dan dia adalah shahabat Anshar yang pertama wafat setelah Nabi SAW
hijrah ke Madinah.
b. Wafatnya 'Utsman bin Madl'un RA.
Shahabat
'Utsman bin Madl'un adalah seorang shahabat dan saudara susu Nabi SAW.
Dan dia termasuk dari orang-orang yang mula-mula masuk Islam, dan pernah
ikut berhijrah ke Habsyi. Dan dia adalah shahabat Muhajirin yang
pertama wafat. Dan diriwayatkan, bahwa pada waktu dia dimakamkan, Nabi
SAW memerintahkan kepada seorang laki-laki untuk mengambil sebuah batu
yang agak besar. Setelah Nabi SAW mendapatkan batu itu, beliau
meletakkannya di arah kepalanya sambil bersabda :
اَتَعَلَّمُ بِهَا قَبْرَ اَخِى وَ اَدْفِنُ اِلَيْهِ مَنْ مَاتَ مِنْ اَهْلِى. ابو داود و ابن ماجه
Aku menandai dengan (batu) ini akan kubur saudaraku ini dan aku mengubur di sini orang yang mati dari ahliku. [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
c. Wafatnya shahabat As'ad bin Zurarah RA.
Shahabat
As'ad bin Zurarah adalah seorang shahabat Anshar, dan dalam bai'at
'Aqabah yang kedua, Nabi SAW telah menetapkannya sebagai pengawas bagi
kaum Banu Sa'idah. Maka setelah ia wafat, jabatan pengawas bagi kaumnya
itu dipegang oleh Nabi SAW sendiri, dan hal ini berdasarkan kemauan dan
pilihan kaum Banu Sa'idah itu sendiri.
d. Wafatnya shahabat Barra' bin Ma'rur RA.
Dia
adalah seorang shahabat Anshar yang dalam bai'at 'Aqabah yang kedua
berbicara di hadapan Nabi SAW atas nama kaumnya (Banu Salamah) dan
dialah yang ditetapkan menjadi pengawas bagi kaumnya.
e. Kelahiran 'Abdullah bin Zubair RA
Menurut
riwayat, beberapa bulan sesudah Nabi SAW sampai di Madinah dalam hijrah
beliau, keluarga shahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menyusul hijrah.
Diantara keluarga ini ialah Asma' yaitu putri shahabat Abu Bakar, kakak
perempuan 'Aisyah, dan dia adalah istri shahabat Zubair bin 'Awwam.
Ketika Asma' berangkat berhijrah dia sedang hamil. Kemudian, beberapa
bulan sesudah dia sampai di Madinah, dia melahirkan seorang putera yang
dinamakan 'Abdullah. 'Abdullah bin Zubair ini adalah seorang putera dari
shahabat Muhajirin yang pertama-tama dilahirkan. Lahirnya shahabat
'Abdullah bin Zubair berarti lahirnya seorang calon pejuang Islam,
karena ternyata dia adalah seorang pejuang Islam sampai akhir hayatnya.
Dan pada tahun 1 Hijrah itu pula 2 orang musuh Islam telah meninggal :
1. Kematian Walid bin Mughirah.
Walid bin
Mughirah adalah seorang yang sangat memusuhi Islam dan merintangi
seruan Nabi SAW ketika di Makkah, karena dia memang salah seorang ketua
dan kepala bangsa Quraisy di Makkah. Pada tahun pertama hijrah, dia mati
dengan penuh penyesalan. Dan diriwayatkan bahwa pada saat ajalnya
hampir tiba, ia sering mengeluh dan tampak sangat susah. Maka Abu Jahl
bertanya kepadanya, "Wahai pamanku, mengapa engkau tampak begitu sedih, lalu apa yang menyebabkan engkau mengeluh ?". Walid bin Mughirah menjawab, "Saya
sedih ini bukan karena takut akan mati, tetapi karena saya khawatir,
kalau-kalau sepeninggal saya nanti agama Ibnu Abi Kabsyah mendapat
kemenangan". [Yang dimaksud Ibnu Abi Kabsyah adalah Nabi SAW].
Kemudian Abu Sufyan segera menyahut, "Jangan
khawatir, jangan takut, saya tanggung agama Ibnu Abi Kabsyah tidak akan
dapat masuk ke Makkah. Jangankan mendapat kemenangan, masuk saja tidak
akan bisa". Demikianlah riwayat kematian Walid bin Mughirah.
2. Kematian 'Ash bin Waail.
Beberapa
hari sesudah Walid bin Mughirah meninggal, lalu 'Ash bin Waail As-Sahmiy
menyusul meninggal. 'Ash ini adalah seorang kepala Quraisy Makkah yang
sangat memusuhi seruan Nabi SAW.
3. Perang Waddan.
Menurut
riwayat, Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq, dan dikuatkan pula oleh Imam
Bukhari dalam Tarikh Shaghirnya, bahwa ghazwah Waddan ini adalah ghazwah
(peperangan) yang pertama kali yang dikepalai oleh Nabi SAW. Waddan adalah
suatu nama gunung yang terletak diantara Makkah dan Madinah. Dan perang
tersebut juga dinamakan ghazwah Abwa', karena berdekatan dengan desa
Abwa'.
Ghazwah
Waddan ini terjadi pada tanggal 12 bulan Shafar tahun kedua Hijrah. Pada
hari dan bulan itu, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh
shahabat-shahabat Muhajirin sebanyak 70 orang. Shahabat-shahabat Anshar
tidak ada yang disuruh ikut. Sebelum Nabi SAW berangkat, pimpinan kaum
muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Sa'ad bin 'Ubadah RA.
Nabi SAW berangkat menuju Waddan diiringi oleh pasukan tersebut dengan
berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Hamzah RA, Nabi dan
tentaranya berangkat untuk menghadang seperangkatan unta yang membawa
perdagangan kaum musyrikin Quraisy. Tetapi ternyata seperangkatan unta
tersebut telah lewat, maka ghazwah tadi tidak sampai terjadi.
Kemudian
di tempat tersebut Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan kaum Arab dari
Bani Dlamrah, perjanjian tersebut oleh pembesar kaum ini yang bernama
Makhsyi bin Amr Adl-Dlamriy pemimpin mereka pada saat itu, dan telah
diterima dengan baik. Adapun isi perjanjiannya ialah :
1. Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada kaum muslimin.
2. Bahwa kaum muslimin tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada mereka.
3. Bahwa
jika masing-masing dari dua golongan mendapat serangan dari luar, maka
wajib membela dan menolong dengan sekuat-kuatnya.
4. Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan membantu apasaja kepada orang yang hendak memusuhi Islam.
Selanjutnya
setelah perjanjian perdamaian selesai, Nabi SAW bersama tentara Islam
kembai ke Madinah dengan selamat, dan menurut riwayat bahwa sejak dari
berangkat sampai kembalinya tentara Islam ini dalam waktu 15 hari.
4. Perang Buwath.
Sekembali
Nabi SAW ke Madinah, tidak lama kemudian Nabi SAW menerima khabar,
bahwa seperangkatan unta yang membawa perdagangan kaum musyrikin Quraisy
dari negeri Syam sebanyak dua ribu lima ratus unta dan seratus orang
laki-laki yang dipimpin Umayyah bin Khalaf akan kembali ke Makkah. Oleh
sebab itu Nabi SAW segera berangkat menuju desa Buwath. Buwath adalah
nama suatu gunung yang letaknya dari Madinah kira-kira perjalanan 5 pos
(dekat pelabuhan Yanbu'). Nabi SAW berangkat diiringi oleh pasukan
muslimin yang terdri dari shahabat Muhajirin sebanyak 200 orang, dengan
berbendera putih di bawa oleh shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash RA. Ketika
itu pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Saaib
bin 'Utsman bin Madl'un RA. Nabi SAW berangkat dalam bulan Rabi'ul Awwal
tahun kedua Hijrah. Setelah Nabi SAW sampai di tempat yang dituju,
ternyata seperangkatan unta kaum musyrikin Quraisy tersebut sudah
berlalu dari Buwath, maka dari itu pertempuran tidak terjadi, dan Nabi
SAW bersama tentara Islam lalu pulang kembali ke Madinah dengan selamat.
5. Perang 'Usyairah.
Menurut
riwayat, bahwa sekembali Nabi SAW di Madinah, tidak beberapa lama,
terdengarlah khabar oleh Nabi, bahwa kaum Quraisy di Makkah akan
mengadakan angkatan perdagangannya lagi ke negeri Syam, angkatan
tersebut sebanyak 1.000 unta, dengan membawa perdagangan seharga 50.000
dinar, dan orang-orang yang mengiringinya lebih dari 30 orang dan
dikepalai oleh seorang ketua Quraisy yang tidak asing lagi namanya ialah
Abu Sufyan bin Harb. Maka setelah khabar ini didengar oleh Nabi SAW
lalu beliau bersiap mengatur pasukan tentara kaum muslimin sebanyak 150
orang, kemudian pada hari permulaan bulan Jumadil Ula tahun kedua
Hijrah, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh pasukannya yang
terdiri dari shahabat-shahabat Muhajirin dengan membawa bendera putih
dan dibawa shahabat Hamzah RA. Pimpinan kaum muslimin di Madinah ketika
itu diserahkan kepada Abu Salamah bin 'Abdul Asad. Beliau berangkat
menuju suatu desa yang bernama 'Usyairah. Nama 'Usyairah ini asal
mulanya nama suatu jurang di dekat Yanbu', dimana beliau sengaja hendak
menghadang kaum Quraisy. Tetapi setelah tentara kaum muslimin sampai di
tempat tersebut seperangkatan unta kaum Quraisy itu telah berlalu. Maka
dari itu tidak terjadi pertempuran. Dan waktu itu Nabi SAW lalu
mengadakan perjanjian perdamaian dengan kepala qabilah Bani Mudlij, yang
ketika itu mereka di bawah pengaruh Banu Dlamrah, padahal Banu Dlamrah
telah mengadakan perdamaian dengan Nabi SAW. Dan perjanjian Nabi SAW
dengan Banu Mudlij tersebut adalah seperti perjanjian beliau dengan Banu
Dlamrah juga. Kemudian Nabi SAW bersama kaum muslimin kembali ke
Madinah dengan selamat.
6. Perang Badar yang pertama.
Diriwayatkan,
bahwa sekembali Nabi SAW dan kaum muslimin dari 'Usyairah tersebut,
selang beberapa hari Nabi SAW menerima khabar, bahwa di suatu desa yang
bernama Badr, ada
seorang bernama Kurz bin Jabir Al-Fahriy merusak tanaman dan merampas
buah-buahan kepunyaan penduduk Madinah. Maka Nabi SAW segera berangkat
bersama kaum muslimin (yang jumlahnya di dalam kitab-kitab tarikh yang
telah kami baca tidak disebutkan). Beliau berangkat dengan berbendera
putih dan dibawa oleh shahabat 'Ali bin Abu Thalib RA. Adapun pimpinan
kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Zaid bin Haritsah.
Nabi SAW berangkat sengaja hendak mengejar perampas dan perusak tadi,
tetapi setelah Nabi sampai di Badr, perampas dan perusak tadi sudah
meloloskan diri, maka pertempuran itu tidak terjadi.
Kemudian Nabi SAW bersama pengiringnya kembali ke Madinah dengan selamat.
Nama Badr
ini adalah nama suatu tempat mata air yang terletak diantara Makkah dan
Madinah, tetapi lebih dekat dari Madinah, dan perang ini di dalam
kitab-kitab tarikh dinamakan Perang Badrul ula dan disebut pula Perang
Shafwan. Nama Shafwan ini adalah nama suatu jurang di dekat Badr.
7. Pasukan Islam yang dipimpin 'Abdullah bin Jahsy.
Pada
bulan Rajab tahun kedua Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan 'Abdullah bin
Jahsy bersama 8 orang dan dikepalai oleh 'Abdullah bin Jahsy, adapun 8
orang tadi merupakan jago-jago pemuda shahabat Muhajirin, yaitu : 1.
Sa'ad bin Abu Waqqash, 2. 'Ukkasyah bin Mihshan, 3. 'Utbah bin Ghazwan,
4. Abu Hudzaifah bin 'Utbah, 5. Suhail bin Baidla', 6. 'Amir bin
Rabi'ah, 7. Waqid bin 'Abdullah, 8. Khalid bin Bukair, dan 'Abdullah bin
Jahsy sebagai kepala mereka. Tiap-tiap dua orang diantara mereka,
berkendaraan unta. Sebelum mereka berangkat, pimpinan mereka diberi
sepucuk surat tertutup oleh Nabi SAW. Surat tersebut tidak boleh dibuka
sebelum perjalanan dua hari dua malam. Setelah perjalanan dua hari dua
malam, barulah surat tersebut dibuka oleh 'Abdullah bin Jahsy, dan di
dalamnya berisi petunjuk, yaitu : "Apabila kamu telah membaca suratku
ini, hendaklah kamu terus berjalan sehingga sampai di desa Nakhlah yang
desa itu terletak diantara Makkah dan Thaif. Setelah tiba di sana, lalu
kamu turun dan selidikilah keadaan kaum Quraisy. Kemudian setelah kamu
mendapatkan berita tentang mereka, maka segeralah kamu memberi khabar
kepada kami".
Setelah surat tersebut dibaca 'Abdullah bin Jahsy, kemudian dia berkata kepada kawan-kawannya, "Sesungguhnya
Rasulullah SAW telah memerintahkan kepadaku supaya menyelidiki kaum
Quraisy dan rencana-rencana yang akan mereka perbuat. Dan Rasulullah SAW
juga melarangku untuk memaksa seorangpun diantara kalian semua. Maka
dari itu barangsiapa diantara kalian akan mencari mati syahid dan cinta
padanya, marilah kita berangkat bersama-sama, dan barangsiapa tidak
cinta kepada yang demikian itu, maka pulanglah. Adapun aku akan terus
berjalan mengikuti perintah Rasulullah SAW".
Dan
ternyata kawan-kawan 'Abdullah bin Jahsy semuanya ikut meneruskan
perjalanan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, dan tidak
ada seorangpun yang ingin kembali pulang. Namun sebelum sampai desa
Nakhlah, tiba-tiba tersesatlah unta yang dikendarai Sa'ad bin Abi
Waqqash dan Utbah bin Ghazwan dari jalan yang sebenarnya, sehingga
mereka itu tertinggal dari kawan-kawannya.
Dan
Abdullah bin Jahsy melanjutkan perjalanannya bersama kawan-kawannya
hingga sampai di desa Nakhlah. Dan di tempat itulah mereka dapat bertemu
dengan seperangkatan unta kaum Quraisy yang membawa dagangan sedang
berjalan dengan dipimpin oleh 'Amr bin Hadlramiy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar