10. Nabi SAW Mengobarkan Semangat Berperang.
Setelah
peperangan berlangsung dahsyat, maka Nabi SAW mengobarkan semangat
berperang terhadap pasukannya. Beliau memberikan anjuran-anjuran yang
dapat menimbulkan semangat membaja bagi tentara muslimin, agar mereka masing-masing tidak mundur dalam menghadapi lawan yang besar itu. Antara lain beliau bersabda :
وَ
الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يُقَاتِلُهُمُ اْليَوْمَ رَجُلٌ
فَيُقْتَلُ صَابِرًا مُحْتَسِبًا مُقْبِلاً غَيْرَ مُدْبِرٍ اِلاَّ
اَدْخَلَهُ اللهُ اْلجَنَّةَ. الكامل فى التاريخ 2:23
Demi Dzat yang jiwa Muhammad
ada di tangan-Nya, pada hari ini tidaklah seseorang yang memerangi
musuh dengan shabar, tahan sampai mati menghadapi musuh, bukan melarikan
diri, melainkan Allah memasukkannya ke surga. [Al-Kamil fit Tarikh 2:23]
Mendengar seruan dan undangan suci ini,
maka semangat pasukan muslimin semakin berkobar-kobar dan
menyala-nyala, dan hati mereka semakin membaja. Dan diriwayatkan bahwa
diantara yang ikut serta dalam barisan tentara muslimin dalam perang
Badr ada seorang pemuda yang baru berumur 16 tahun, bernama‘Umair bin Al-Humam Al-Anshariy. Ketika ia mendengar seruan Nabi SAW menggembirakan kaum
muslimin supaya berjuang dan berperang terus, serta memberikan janji
surga bagi siapa yang tahan sampai mati dalam pertempuran tersebut, maka
pemuda tersebut yang waktu itu sedang memakan buah kurma, lalu membuang
kurma itu dari tangannya sambil berkata :
بَخٍ، بَخٍ، مَا بَيْنِى وَ بَيْنَ اَنْ اَدْخُلَ اْلجَنَّةَ اِلاَّ اَنْ يَقْتُلَنِى هؤُلاَءِ. الكامل 2:23
“Bagus, bagus. Kalau begitu, tidak ada dinding yang membatasi aku dari masuk surga selain mereka membunuhku”.
Kemudian
buah kurma itu dilemparkannya dan segera maju ke medan perang
dengan pedang terhunus. Kemudian Mihja’ bekas budak ‘Umar bin Khaththab
terbunuh sebagai syahid karena terkena panah, dan itu merupakan orang
pertama dari kaum muslimin yang terbunuh, kemudian Haritsah bin Suraqah
Al-Anshariy juga terbunuh kena panah, kemudian ‘Auf bin ‘Afraa’ terus
berperang sehingga terbunuh.
‘Umair
bin Al-Humam terus bertempur dengan gagah berani dan terus-menerus
mengejar lawan (tentara Quraisy) hingga ia menemui syahid sesuai dengan
apa yang ia cari. Dan
peperangan semakin dahsyat. Kemudian Rasulullah SAW mengambil segenggam
pasir dan dilemparkan ke arah orang-orang Quraisy sambil bersabda, “Alangkah buruknya wajah-wajah itu”. Dan beliau bersabda kepada para shahabat, “Terus tingkatkan gempuran kepada mereka !”.
Begitulah
semangat yang telah diberikan Nabi SAW kepada segenap pasukannya yang
tengah menghadapi lawan yang lebih banyak jumlahnya dan lebih cukup
perlengkapannya. Dengan demikian, semangat tentara muslimin waktu itu
makin berkobar, masing-masing terus menggempur lawan dan terus menyerbu
barisan musuh. Akhirnya tentara musyrikin Quraisy semakin terdesak lalu
mengundurkan diri, karena mereka telah bercerai-berai dan banyak pula yang mati terbunuh dan tertawan oleh tentara muslimin.
Anjuran Nabi SAW tersebut adalah sesuai dengan bunyi Firman Allah yang termaktub dalam surat Al-Anfaal : 65, yang artinya, “Hai
Nabi, kobarkanlah semangat orang yang beriman untuk berperang. Jika ada
20 orang yang shabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
200 orang musuh. Dan jika ada 100 orang (yang shabar) diantara kamu,
mereka dapat mengalahkan 1.000 dari orang-orang kafir, disebabkan
orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. [QS. Al-Anfaal : 65]
Diriwayatkan, bahwa waktu itu Abu Jahl sebagai kepala pasukan musyrikin Quraisy berdoa kepada Tuhan, yang diantaranya demikian, “Ya
Tuhan, siapakah orang yang lebih cinta kepada Engkau dan yang lebih
ridla pada sisi Engkau, maka berilah pertolongan akan dia. Ya Tuhan,
kamilah yang lebih membela kebenaran, maka berilah pertolongan kepada
kami. Ya Tuhan, agama kami yang lama, dan agama Muhammad yang baru. Ya
Tuhan, tolonglah oleh-Mu akan sebaik-baik diantara kedua agama itu !”.
Demikianlah
doa Abu Jahl. Dia merasa lebih cinta dan lebih rela kepada Allah, dan
ia merasa di dalam kebenaran, maka ia sangat berani mengajukan
permohonan kepada Allah. Dia menganggap bahwa agamanya (agama menyembah
berhala) itu yang benar, dan agama yang di bawa oleh Nabi SAW
dipandangnya agama baru. Dia tidak mengerti, bahwa doanya itu laksana
senjata makan tuan. Bahkan diriwayatkan pula, bahwa dikala akan terjadi
pertempuran antara tentara muslimin dengan tentara musyrikin, Abu Jahl
berdoa kepada Allah yang artinya, “Ya Allah, siapa dari antara kami
(dua golongan) yang lebih memutuskan tali perhubungan darah, memecah
persatuan bangsa dan yang telah mendatangkan barang yang tidak dikenal,
maka binasakanlah ia besok pagi !”.
11. Kemenangan Tentara kaum Muslimin.
Sebab
dari keteguhan dan ketabahan hati segenap tentara muslimin, sebab
kebersihan tauhid mereka kepada Allah, maka Allah menolong kaum
muslimin, dengan menurunkan bantuan seribu malaikat, kemudian ditambah
lagi sehingga menjadi tiga ribu malaikat, kemudian ditambah lagi hingga
menjadi lima ribu malaikat. Firman Allah SWT :
اِذْ
تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنّيْ مُمِدُّكُمْ
بِاَلْفٍ مّنَ اْلمَلئِكَةِ مُرْدِفِيْنَ. وَ مَا جَعَلَهُ اللهُ اِلاَّ
بُشْرى وَ لِتَطْمَئِنَّ بِه قُلُوْبُكُمْ، وَ مَا النَّصْرُ اِلاَّ مِنْ
عِنْدِ اللهِ، اِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ. الانفال:9-10
(Ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu, “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu
dengan seribu malaikat yang datang berutut-turut. Dan Allah tidak
menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai khabar
gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu
hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. [QS. Al-Anfaal : 9-10]
وَ
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَّ اَنْتُمْ اَذِلَّةٌ، فَاتَّقُوا
اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. اِذْ تَقُوْلُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ اَ لَنْ
يَّكْفِيَكُمْ اَنْ يُّمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلثَةِ الاَفٍ مّنَ
اْلمَلئِكَةِ مُنْزَلِيْنَ. بَلى اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا وَ
يَأْتُوْكُمْ مّنْ فَوْرِهِمْ هذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ
الاَفٍ مّنَ اْلمَلئِكَةِ مُسَوّمِيْنَ. وَ مَا جَعَلَهُ اللهُ اِلاَّ
بُشْرى لَكُمْ وَ لِتَطْمَئِنَّ قُلُوْبُكُمْ بِه، وَ مَا النَّصْرُ اِلاَّ
مِنْ عِنْدِ اللهِ اْلعَزِيْزِ اْلحَكِيْمِ. لِيَقْطَعَ طَرَفًا مّنَ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوْا خَآئِبِيْنَ. ال
عمران:123-127
Dan
sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badr, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (123) (Ingatlah), ketika kamu
mengatakan kepada orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah
membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)
?”. (124) Ya (cukup), jika kamu bershabar dan bersiap-siaga, dan mereka
datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong
kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (125) Dan Allah tidak
menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira
bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (126) (Allah menolong kamu dalam perang Badr dan memberi bala
bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau
untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada
memperoleh apa-apa. (127)
Dan
akhirnya tentara muslimin yang jumlahnya hanya sepertiga tentara
musyrikin, dan walaupun alat-alat perlengkapan kaum muslimin serba
kurang jika dibanding dengan perlengkapan tentara musyrikin, akan tetapi
pertolongan Allah tetap dikaruniakan kepada tentara muslimin sehingga
mendapat kemenangan yang gilang-gemilang.
Abu Jahl
sebagai Panglima perang tentara musyrikin Quraisy yang begitu sombong
dan ganas dapat dibunuh oleh Mu’adz (Mu’awwadz) bin ‘Afraa’ dan lehernya
dipancung oleh Abdullah bin Mas’ud. Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh
Quraisy yang begitu congkak dan kejam, dan terkenal biasa berperang,
dapat dibunuh Bilal bekas budak beliannya yang pernah dianiaya dan
disiksanya ketika di Makkah hingga hampir mati karena mengikut Islam.
Demikian pula diantara ketua-ketua dan kepala-kepala musyrikin Quraisy
yang lain, ketika itu mati terbunuh dalam keadaan hina-dina.
Pada
perang Badr tersebut tentara musyrikin Quraisy yang mati terbunuh ada 70
orang, dan yang tertawan 70 orang juga. Adapun tentara muslimin yang
syahid hanya 14 orang, terdiri dari 6 orang dari kaum Muhajirin dan 8
orang dari Anshar.
Shahabat
yang syahid dari Muhajirin adalah : 1. ‘Ubaidah bin Al-Harits, 2. ‘Umair
bin Abu Waqqash (saudaranya Sa’ad bin Abu Waqqash), 3. ‘Umair Dzusy
Syamalain bin ‘Abdu ‘Amr, 4. ‘Aqil bin Bukair, 5. Shafwan bin Baidlaa’
dan 6. Mihja’ budak ‘Umar bin Khaththab. Dan yang dari Anshar : 1. ‘Auf
bin Al-Harits, 2. Mu’awwadz bin ‘Afraa’ saudara ‘Auf, 3. Haritsah bin
Suraqah, 4. Raafi’ bin Al-Mu’alla, 5. ‘Umair bin Al-Humam, 6. Yazid bin
Harits (mereka itu dari golongan Khazraj), 7. Sa’ad bin Khaitsamah dan
8. Mubasysyir bin ‘Abdul Mundzir (dari golongan ‘Aus).
Diriwayatkan,
bahwa ketika Abu Jahl dapat dibunuh oleh Mu’adz bin ‘Afraa dan
kepalanya dipancung oleh ‘Abdullah bin Mas’ud, maka kepalanya lalu
dibawa oleh ‘Abdullah bin Mas’ud dan ditunjukkan di hadapan Nabi SAW.
Ketika itu Abdullah berkata, “Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahl musuh Allah”. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada ‘Abdullah :
اَللهُ، لاَ اِلهَ غَيْرُهُ. اَللهُ، لاَ اِلهَ غَيْرُهُ. اَللهُ، لاَ اِلهَ غَيْرُهُ. قَتَلْتَ اَبَا جَهْلٍ؟
Allah, tidak ada Tuhan selain-Nya. Allah, tidak ada Tuhan selain-Nya. Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, kamu membunuh Abu Jahl ?.
‘Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Ya”,
ia sambil meletakkan kepala Abu Jahl di hadapan Nabi SAW, dan beliau
seketika itu bersujud kepada Allah, menunjukkan syukur kepada-Nya lalu
mengucap :
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَ هَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ.
Segala
puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hamba-Nya
dan yang telah mengalahkan tentara musuh dengan sendiri-Nya.
12. Bangkai-bangkai Tentara Musyrikin Dikuburkan ke Dalam Sumur Badr.
Menurut
riwayat, bahwa setelah selesai peperangan, maka ketika itu Nabi SAW
memerintahkan kepada sebagian tentara muslimin supaya melemparkan dan
menguburkan bangkai-bangkai tentara musyrikin yang terbunuh di Badr, ke
dalam sebuah tanah galian (sumur). Kemudian setelah bangkai-bangkai itu
dilemparkan dan dikuburkan semuanya, beliau berdiri di atas tempat
mereka itu sambil bersabda :
يَا اَهْلَ الْقَلِيْبِ . هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَاِنِّيْ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا.
Hai
orang-orang yang di dalam sumur ! Apakah kamu telah mendapatkan apa yang
telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ? Karena sesungguhnya aku telah
mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku itu benar.
Ketika itu, diantara kaum muslimin ada yang bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, mengapa engkau berkata-kata kepada orang-orang yang telah menjadi bangkai ?”
Nabi SAW bersabda :
لَقَدْ عَلِمُوْا اَنَّ مَا وَعَدَهُمْ رَبُّهُمْ حَقٌّا.
Sesungguhnya mereka itu telah mengetahui, bahwa apa-apa yang dijanjikan oleh Tuhan mereka itu benar.
Dan
diriwayatkan pula, bahwa pada malam harinya di tengah malam (sebelum
Nabi SAW kembali ke Madinah), dipanggillah nama-nama para kepala Quraisy
yang telah dilemparkan ke dalam sumur itu oleh Nabi SAW satu demi satu.
Sabda beliau, “Wahai ‘Utbah bin Rabi’ah, Wahai Syaibah bin Rabi’ah,
Wahai Abu Jahal bin Hisyam, Wahai Umayyah bin Khalaf, Wahai Fulan bin
Fulan”, dan demikianlah seterusnya, dan beliau lalu bersabda :
هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَاِنِّيْ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا.
Apakah
kamu mendapatkan apa-apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ?
Karena sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan
oleh Tuhanku itu benar.
Ketika itu ada diantara kaum muslimin yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau memanggil-manggil orang-orang yang telah menjadi bangkai?”.
Nabi SAW bersabda :
مَا اَنْتُمْ بِاَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ. وَلكِنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اَنْ يُجِيْبُوْنِ.
Tidaklah kamu lebih mendengar pada apa yang aku katakan daripada mereka, hanya mereka itu tidak dapat menjawab kepadaku.
Kemudian beliau bersabda :
يَا
اَهْلَ الْقَلِيْبِ . بِئْسَ عَشِيْرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ
لِنَبِيِّكُمْ! كَذَّبْتُمُوْنِى وَصَدَّقَنِى النَّاسُ. وَ
اَخْرَجْتُمُوْنِى وَ آوَانِى النَّاسُ، وَقَاتَلْتُمُوْنِى وَ نَصَرَنِى
النَّاسُ. النبلاء 1:312
Hai
bangkai-bangkai yang ada di dalam sumur ! Sejahat-jahat orang yang
berkawan dan berkumpul dengan Nabi, adalah kamu sekalian terhadap
Nabimu. Kamu mendustakan kepadaku, padahal orang banyak membenarkan
kepadaku. Kamu mengusirku padahal orang banyak memberi tempat kepadaku.
Kamu memerangi aku, padahal orang banyak menolong dan membela kepadaku.
Selanjutnya beliau bersabda :
هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا ؟ فَاِنِّيْ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِى رَبِّى حَقًّا.
Apakah
kamu telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar
? Karena sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan
oleh Tuhanku itu benar.
Nabi SAW
berulang kali bersabda kepada mereka yang telah dilemparkan ke dalam
sumur tersebut memang sengaja, karena mereka selalu berlaku sombong,
congkak, kejam dan ganas terhadap beliau dan kaum pengikutnya.
Dan
diriwayatkan, ketika bangkai-bangkai tokoh-tokoh Quraisy dilemparkan ke
dalam sumur, yang diantara bangkai-bangkai itu ialah bangkai ‘Utbah bin
Rabi’ah yaitu ayah shahabat Abu Hudzaifah, maka ketika itu Nabi SAW
melihat wajah Abu Hudzaifah tampak sangat susah. Oleh sebab itu beliau
bertanya kepadanya :
يَا اَبَا حُذَيْفَةَ , لَعَلَّكَ قَدْ دَخَلَكَ مِنْ شَأْنِ اَبِيْكَ شَيْئٌ ؟
Hai Abu Hudzaifah, barangkali ada sesuatu yang masuk ke dalam hatimu mengenai urusan orang tuamu ?.
Abu Hudzaifah menjawab, “Tidak,
demi Allah ya Rasulullah, saya tidak ada keragu-raguan tentang orang
tua saya, dan tidak pula mengenai tempat kematiannya, tetapi saya
mengetahui bahwa orang tua saya itu mempunyai pikiran, mempunyai
kelebihan, mempunyai perasaan penyantun, dan sifat-sifat yang demikian
itu kiranya akan membawanya kepada Islam. Akan tetapi setelah saya
mengetahui apa yang telah engkau sebutkan tentang kekufurannya, yang
pada mulanya saya harapkan keislamannya itu, maka keadaan yang demikian
itu menjadikan hati saya berduka cita”.
Setelah mendangar jawaban shahabat Abu Hudzaifah yang demikian itu Nabi SAW lalu mendoakan kebaikan kepadanya, “Semoga untuk selanjutnya baiklah baginya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar